Niskala masuk ke sekret SIMS yang selalu sepi setelah menggesekkan kartu pengenal di alat pemindai yang ada di dekat pintu. Setelahnya, dia masuk ke dalam dan membiarkan pintu itu menutup otomatis. Jam istirahat kedua saat ini akan Niskala gunakan untuk memberikan laporan perkembangan kasus Barata kepada Pak Noer. Lagi-lagi, Pak Noer sudah menunggu di dalam sambil menyeduh teh yang selalu kemanisan itu.
Kedatangan Niskala tidak lebih dari memenuhi panggilan Pak Noer. Setelah kemarin malam Niskala memberitahu perkembangan SIMS via chat, Pak Noer kemudian berkata kalau dia ingin mendengarnya lebih detail dan membicarakan beberapa hal lainnya secara langsung. Niskala dan Pak Noer sepakat untuk bertemu di jam istirahat kedua.
Seperti biasa, Pak Noer selalu menyuguhkan teh--yang kelewat manis--pada Niskala, dan ia harus meminumnya minimal satu teguk sebelum beliau mau berbicara serius. Entah mengapa, hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan setelah Niskala bergabung dengan SIMS. Tapi, ia tidak masalah. Yah, meski harus menahan rasa teh yang selalu kemanisan.
Pak Noer meletakkan cangkir tehnya, kemudian dia mulai berbicara.
“Niskala, jujur saya sangat kagum sama kamu. Catherine bilang apa yang kamu katakan di rapat kalian tempo hari sungguhan terjadi. Bagaimana bisa kamu melakukan itu?” Pak Noer melemparkan pertanyaan usai melihat Niskala meletakkan cangkir tehnya.
”Saya hanya mengolah informasi yang ada, Pak. Memunculkan kemungkinan, mengevaluasi, lalu mendapatkannya. Itu pun muncul karena adanya beberapa pertimbangan. Tidak semua yang saya perkirakan benar, karena itu saya bersyukur kalau apa yang saya pikirkan tentang masalah ini sesuai dengan ekspektasi.”
“Kamu memang murid yang luar biasa.”
“Terima kasih, Pak,” jawabnya singkat. “Daripada itu, saya ingin membahas sesuatu pada Bapak.”
“Mengenai apa?”
“Pendekatan dengan Barata,” tegas Niskala. “Di awal penyelidikan, Bapak pernah menyarakan saya untuk menjalankan rencana pendekatan ini. Saat Pak Gandhi datang bertemu SIMS nggak lama dari kecelakaan. Belakangan, saya, Yosa, dan Catherine sudah pernah coba pakai cara ini, tapi ternyata gagal. Dari reaksi yang Barata kasih sepertinya bakal sulit untuk terus pakai rencana tersebut.”
“Yah, itu benar. Rencana pendekatan Barata juga tadinya saya sarankan supaya dia ingat apa yang diketahuinya dari Danuar. Tapi setelah Catherine bilang bukti tentang kejahatan Danuar bisa dibongkar cepat oleh Pradana, saya rasa rencana pendekatan itu juga sudah tidak perlu dilanjutkan.”
Niskala mengangguk setuju. “Memaksa Barata agar ingatannya cepat kembali memang bukan ide yang bagus dari awal. Saya nggak mau membuatnya lebih menderita lebih dari ini.”
“Saya mengerti,” ujar Pak Noer. Kurang lebih dirinya sudah paham dengan situasi yang saat ini sedang dialami oleh Niskala. “Nah, Niskala, sekarang Bapak tanya padamu. Bagaimana persiapan rencana penangkapan Danuar?”
“Untuk selanjutnya, SIMS berjanji untuk tidak melibatkan Barata ke dalam misi lagi. Dengan bukti yang ada, ditambah sekarang Catherine sedang mengupayakan bukti tak terbantahkan, saya rasa bisa menyusunnya sebelum Festival IMS. Saya ingin masalah ini cepat selesai. Sudah lebih dari enam bulan, dan sekaranglah waktu yang tepat untuk menguak semua kejahatannya.”
Pak Noer kembali mengangguk. “Tentu saja. Kita semua ingin mengakhiri permainan Danuar. Saya akan menunggu laporan kamu berikutnya terkait rencana penangkapan, Niskala.”
“Baik, Pak. Terima kasih.”
“Omong-omong....”
“Iya, Pak?”
“Tidak ada yang kamu sembunyikan, kan?”
Obrolan lengang sejenak. Meninggalkan suara pendingin ruangan yang menjadi musik latar belakang mereka. Segera Niskala menggeleng seraya tersenyum tipis. “Tidak, Pak.”

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Jugendliteratur[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...