Niskala sudah resmi keluar dari IMS, begitupun dengan Windu yang dikeluarkan secara tidak hormat. Semua data diri mengenai mereka sudah berubah, dari yang statusnya siswa aktif menjadi siswa yang pindah sekolah. Khusus untuk Windu, statusnya berubah menjadi siswa yang drop out. Namun, berita hiperbola Niskala masih lebih hangat daripada kebenaran tentang Windu.
Istirahat tiba. Catherine tidak seceria biasanya. Beberapa teman sekelas atau sesama anggota klub siaran mengajaknya ke kafetaria bersama, namun Catherine hanya memberikan penolakan halus. Langkahnya pelan tetapi mantap, berjalan menyusuri lorong koridor dan pergi ke rumah kecil yang lumayan sedikit jauh dari bangunan kelasnya. Rumah dengan dinding yang dicat abu-abu itu milik pengurus kebun dan salah satu penjaga sekolah yang terkenal galak. Pak Mun namanya.
Waktu istirahatnya hanya digunakan untuk menemui Pak Mun, meminjam seperangkat alat pembersih meja untuk dipakai. Sekembalinya di kelas, tanpa banyak bicara ia mulai membersihkan semua coretan yang tidak pantas Niskala dapatkan. Ia melakukannya acapkali meja itu penuh coretan. Tak peduli jika harus membersihkannya berulang kali.
Catherine percaya pada Niskala. Ia sudah tahu kalau Niskala tidak akan melakukan apa yang Danuar minta dan menurutinya begitu saja. Dan setelah mendengar seluruh cerita aslinya dari Niskala, ia jadi semakin yakin kalau Danuar Brawijaya benar-benar manusia brengsek yang dikenalnya. Satu-satunya hal yang bisa Catherine lakukan di sekolah ini untuk Niskala hanyalah meredakan rumor yang disebarkan Windu. Niskala tidak melakukan apa-apa selain mencuri bukti. Bukan Niskala yang menyebabkan kecelakaan itu. Mereka semua bahkan tidak tahu kalau sebenarnya Niskala adalah korban ancaman dari orang-orang seperti mereka, orang yang berkuasa.
Bau tiner menyeruak indra penciumannya. Sepadan dengan hilangnya coretan hinaan di meja yang sebelumnya ditempati Niskala. Catherine beranjak. Kini mendekati loker kosong dengan kunci yang tergantung begitu saja. Lagi-lagi, isi loker itu penuh. Entah dengan tulisan apa, tapi Catherine yakin mungkin hanya ada hinaan yang tertulis di sana. Ia memilah singkat. Firasatnya benar, semuanya hanyalah hujatan.
Seluruh kertas di dalam loker itu lantas diambilnya, dijadikan satu dalam plastik kecil sebelum akhirnya membuang semua itu. Catherine tidak akan membiarkan kebaikan yang dilakukan Niskala selama ini hancur sia-sia hanya karena kesalahan yang nyatanya tersebar tanpa tahu kebenaran. Niskala memperingatinya untuk membiarkan masalah mereda dengan sendirinya. Niskala bilang anggap saja sebagai balasan atas kesalahannya. Bagaimana bisa Catherine diam saja setelah mendengar hal itu dari mulut sahabatnya?
"Astaga.... Gue nggak nyangka lo sebaik ini, Cath."
Catherine yang semula hendak membuang kertas-kertas dari loker lantas menghentikan langkahnya. Ia kemudian menatap segerombolan siswa perempuan dengan tatapan tajam.
Ia tidak terlalu mengenal dua lainnya. Tapi salah satu dari perempuan itu adalah Zafina.
"Lo diapain sama Niskala sampai rela sebegitunya? Padahal, kan dia nggak punya apa-apa," lanjutnya disahuti dengan tertawaan teman-temannya. Catherine tidak mengenal dua gadis di belakang Zafina. Tak peduli juga sebenarnya.
"Bacot," ujar Catherine.
Gadis itu melotot. "Apa lo bilang?!"
"Budeg lo?" balasnya sarkas. "Perlu gue beliin cotton bud?"
Ucapan Catherine jelas menyulut emosi. Dengan cepat Zafina menampar pipinya. Menjadikan adu mulut mereka sebagai bahan tontonan beberapa orang yang kebetulan melihat dan tertarik untuk menyaksikan siapa yang akan membungkam siapa.
"Bangsat! Lo ngatain gue?!"
Bahu Catherine terangkat. "Yah, kalo lo ngerasa."
"Anjing lo ya! Padahal gue ngomong fakta, kalo sahabat lama lo itu cuma si miskin yang nggak punya dan nggak bisa apa-apa! Ngapain sih lo segitu alaynya bela dia? Biarin aja kali dia nerima apa yang seharusnya dia terima! Harusnya dari awal Niskala tuh ngaca! Cuma murid beasiswa aja kelakuan sok berkuasa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Genç Kurgu[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...