Niskala mendongakkan kepala, melihat ke arah jam dinding. Tujuh tiga puluh pagi. Tidak lama dari itu, terdengar pengumuman penting yang disiarkan lewat interkom. Pengumuman itu berbunyi agar seluruh siswa segera pergi ke Gedung Aula karena akan ada pengumuman. Jika dilihat dari tanggal sekarang dan beberapa hari penting beberapa bulan ke depan, Niskala menebak jika pengumuman yang hendak disampaikan adalah tentang perayaan ulang tahun sekolah yang menjadi event terbesar di sekolahnya.
Seluruh siswa mulai bergegas. Ada yang sambil menggerutu, ada yang senang karena jam belajar diundur, dan ada yang cari-cari alasan supaya tidak harus ikut ke Gedung Aula. Sama halnya dengan siswa lain, Niskala juga ikut berjalan keluar kelas. Akan tetapi, tujuannya berbeda. Sepuluh menit sebelum pengumuman penting itu disiarkan, Niskala mendapat pesan yang tidak bisa diabaikan dari pembina organisasi yang diketuai dirinya.
Jalan menuju sekret organisasi berlainan arah dengan Gedung Aula. Sambil berusaha tidak menabrak orang, Niskala memilih berjalan di pinggir koridor dan kadang-kadang nyaris menyentuh dinding ruangan. Untungnya, arus gerombolan siswa itu sudah semakin reda, dan Niskala sudah sampai di Gedung B tempat ruang sekretariat organisasi berada. Sejauh mata memandang, koridor gedung B lantai dua memang sedikit lebih sepi daripada bagian dari sekolah yang lainnya. Katanya, sih seram dan sering muncul suara-suara aneh yang mencurigakan. Berita horor itu lalu tersebar dengan cepat. Bahkan sampai ada yang menamainya dengan sebutan misteri sudut IMS.
Konyol. Tiga hal yang bisa Niskala pikirkan. Satu, tidak mungkin hantu muncul siang hari. Dua, sudut gedung itu hanya ada ruangan khusus. Tiga, ruangan yang di sudut itu adalah milik SIMS.
Pintu terbuka lebar tepat setelah Niskala menggesekkan kartu pengenal yang hanya dimiliki anggota SIMS. Ia langsung beranjak masuk ke dalam dan melihat pembinanya sudah duduk menunggu. Niskala mendekat. Pintu kembali menutup. Terkunci otomatis.
“Duduk saja, Nis.”
Kepalanya mengangguk. Omong-omong, beliau adalah salah satu guru di IMS, namanya Pak Noer. Lengkapnya adalah A.B. Noer. Beliau sering memaksa muridnya untuk memanggil dirinya dengan sebutan Mr. A.B. ketimbang Pak Noer yang katanya terlalu lokal untuk wajahnya yang kelewat blasteran. Di kelas, Pak Noer adalah guru yang menyenangkan. Mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris, dan menjadi salah satu guru yang kompeten di jajaran keguruan Indonesia. Rahasia yang hanya diketahui oleh petinggi sekolah dan beberapa orang saja adalah Pak Noer merangkap sebagai pembina salah satu organisasi di IMS yang bernama SIMS. Tapi, ssstt....
Orang-orang mungkin tahu namanya, tapi tidak benar-benar tahu apa yang itu SIMS. Mereka hanya tahu kalau SIMS kependekan dari Safety International Mandala School. Tapi apa yang dilakukan dan siapa saja anggotanya tidak ada yang tahu. Itu karena semua hal yang berkaitan dengan SIMS adalah rahasia dan dijaga ketat oleh pihak sekolah untuk menghindari kejadian buruk yang tidak diinginkan. Karena sifatnya dirahasiakan, semuanya orang jadi bertanya-tanya tujuan SIMS dibentuk.
Singkatnya, jika OSIS menjadi jembatan aspirasi antara siswa dan sekolah, maka, SIMS adalah organisasi yang memiliki tugas untuk menjaga keseimbangan antara siswa dan sekolah. SIMS menjadi wadah untuk membongkar masalah-masalah yang terjadi di IMS.
Bukan masalah yang besar, melainkan hanya masalah seputar siswa di IMS saja. Misalnya, mencari pelaku dan korban perundungan, menemukan bukti, membawa mereka ke komite sekolah untuk ditindaklanjuti, atau mencari pihak-pihak yang melakukan kecurangan saat ujian seperti dengan membeli kunci jawaban, dan masih banyak lagi. Karena itulah, identitas semua anggotanya dirahasiakan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Semuanya berjalan aman, sampai peristiwa tujuh bulan yang lalu itu akhirnya terjadi.
“Gimana kabarmu, Nak?” Pak Noer bertanya. Ia menuangkan teh manis dari teko ke dalam cangkir kosong, lalu menyerahkannya ke Niskala.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Fiksi Remaja[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...