17 || TAK PERNAH MENOLEH

4 3 0
                                    

Silau menghantam penglihatannya. Perlahan demi perlahan kelopak matanya terbuka. Ia mengerjap beberapa kali. Dengan napas yang masih lemah, ia berusaha menerka di mana dirinya berada sekarang.

Bau ini tak asing. Sensasi yang sama kembali dirasakannya untuk kedua kali. Tubuhnya kaku, tidak dapat bergerak. Lambat laun ia merasa ketika bernapas ada sesuatu yang menyumbat lubang hidungnya. Beberapa jari hanya bisa ia gerakkan pelan tanpa ada tenaga. Akhirnya, ia mulai melirikkan netra ke sekeliling, tak ayal pula muncul kerutan di dahi karena pening tak kunjung hilang.

Pandangannya buram. Kemudian menjadi lebih jelas setelah beberapa detik terlewati. Di depannya, hanya ada jam yang bunyi setiap detik mengacaukan konsentrasi. Kepalanya tertoleh ke kanan, tidak ada siapa-siapa. Hanya struktur bangunan yang tidak ia kenali, tetapi begitu dekat.

Ia menoleh ke kiri dan terlihat sosok bayangan yang menyilaukan.

"....rata...."

"Barata...."

"Barata.... Kamu sudah sadar?"

Tante ... Anne?

"Bentar, ya. Tante panggil dokter dulu."

Wanita itu kemudian berjalan ke luar ruangan. Menyisakan Barata yang masih terbaring di tempat. Kini, ia sudah tahu kalau bau aneh yang menyeruak itu. Bau rumah sakit. Pantas aromanya tidak asing di indera penciumannya. Dan entah karena apalagi, kini ia kembali ke tempat tersebut.

Tak lama setelah Tante Anne pergi keluar, dia kembali dengan membawa dokter. Pria itu memeriksa Barata sekilas sebelum melakukan percakapan dengan Tante Anne yang tidak terdengar jelas di telinganya. Barata tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan dan dikatakan dokter itu. Pikirannya masih kacau. Yang ia ingin tahu adalah sudah berapa lama ia berada di rumah sakit.

"Terima kasih, Dok."

"Sama-sama. Lebih baik biarkan pasien istirahat terlebih dahulu," ucap sang dokter. Kemudian, pria itu menoleh ke arah Barata sambil tersenyum. "Kalau kondisinya sudah cukup baik, kita bisa melakukan pemeriksaan."

"Pemeriksaan apa?" tanya Barata spontan.

"Tante menemukan kamu tergeletak di lantai. I don't know why, tapi sepertinya kamu jatuh dari tangga. Untuk memastikan kalau kamu baik-baik saja, dokter akan melakukan CT scan karena saat ini kamu masih termasuk pasien amnesia."

"Tantemu benar," ucap sang dokter menimpali. "Jadi, istirahatlah yang cukup sampai kami menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya."

Barata menjawab asal. "Baik."

"Kalau begitu saya pamit keluar, ya."

"Terima kasih, Dokter."

Dokter itu pergi sambil tersenyum tipis. Kini meninggalkan ruang antara Barata dan Tante Anne.

Tante Anne adalah orang yang menemani Barata selama ia koma setelah kecelakaan. Tidak tahu, sih. Tapi katanya begitu. Tante Anne juga yang menjemput saat Barata diperbolehkan untuk pulang dan kerap meninggalkan pekerjaannya demi menemani Barata di rumah. Meski sebenarnya saat itu Barata sendiri pun tak ingat dengan Tante Anne.

Tapi sekarang sudah tidak.

"Kamu nggak apa?" tanya Tante Anne lemah. Suaranya begitu lembut. "Tante benar-benar khawatir dan takut saat kamu pingsan hari itu. Beruntung Tante datang ke rumahmu."

"Berapa lama aku pingsan?"

Wanita itu mengernyit. Heran karena Barata lebih tertarik dengan berapa hari dirinya tidak sadarkan diri daripada cerita tentang alasannya bisa terdampar di rumah sakit untuk kedua kalinya. Namun, tanpa banyak bertanya wanita itu menjawab seadanya.

𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang