Windu Brawijaya.
Siapa yang tidak kenal dengan perempuan itu. Cantik, kaya raya, jago bernyanyi. Acapkali dirinya berjalan di ruang publik, orang-orang akan menatapnya tanpa kedip selama beberapa saat. Kulitnya yang seputih susu, rambut hitam yang pendek sebahu dan berponi, serta tahi lalat mungil di hidung bagian kanannya, namun tidak menghilangkan pesona kecantikannya. Ditambah lagi Windu adalah saudara kembar dari Julian Brawijaya. Tidak kalah populer dengan saudaranya, Julian juga cukup terkenal di kalangan atlet taekwondo karena keikutsertaannya dalam kejuaraan nasional ataupun internasional.
Meski begitu, tidak semua orang menyukai Windu, khususnya perempuan. Rumor buruk tersebar di IMS kalau Windu adalah sosok yang sombong dan jahat. Namun, sampai saat ini tidak ada yang berani untuk menargetkan Windu. Tentu saja, semua itu karena latar belakang sosial dan keluarga yang membuat semua orang harus berpikir dua kali atau lebih untuk berhadapan dengan gadis itu. Yah, tak peduli apakah rumor itu benar atau tidak, pada kenyataannya tak pernah ada bukti yang berhasil menunjukkan bahwa dirinya seorang berbuat kejahatan.
Seperti biasa kafeteria selalu ramai. Bersama ketiga temannya, Aneisha, Lintang, dan Zafina, mereka menduduki salah satu meja sambil menikmati jatah makan siang.
"Eh, kalian inget Marina?" Zafina membuka topik obrolan setelah beberapa saat yang lalu terus berkutat di ponselnya.
Aneisha dan Lintang saling tatap menatap. Dahi mereka mengernyit heran. "Marina siapa?" tanyanya bersamaan.
Zafina berdecak. "Serius kalian nggak inget?" Pandangannya kemudian lurus ke arah Windu yang sama sekali tidak tertarik dengan obrolan Zafina. Lantas, hal itu membuat Zafina menyentil punggung tangan Windu sampai perempuan itu menatapnya dengan sungut. "Marina Sandekala. Perempuan yang pernah lo bully. Masa nggak inget?"
"Hah? Sorry to say gue nggak pernah bully, ya," kata Windu tidak terima.
Mendengarnya, Zafina, Lintang, dan Aneisha hanya tertawa kecil. "Jadi ceritanya mau berperan sebagai korban sampe sekarang?" sambung Lintang.
"Boleh juga main playing victimnya."
Windu hanya tersenyum tipis. "Sorry, guys. Gue nggak inget sama orang-orang yang pernah gue bully."
"Anjir, ngakak banget," umpat Aneisha sembari tertawa.
"Emang kenapa, sih?" Lintang mendekatkan diri. Posisinya yang duduk di samping Zafina membuatnya bisa melihat berita apa yang menarik minat perempuan itu membahas Marina.
Ia kemudian menunjukkan layar ponselnya, meletakkan di atas meja agar yang lain juga bisa melihat. "Marina Sandekala. Peserta final lomba lukis nasional."
"And you want to?"
"Kacauin nggak, Win?" Zafina melirik ke arah Windu.
Seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh ketiga temannya, Windu mengangguk kecil seraya menampilkan seulas senyuman tipis. "Kapan acaranya?" tanyanya pada Zafina.
"Minggu ini."
***
Selesai menghabiskan makan siangnya, Windu dan teman-teman berjalan kembali ke kelas. Jam istirahat juga sudah hampir selesai. Mereka semua berada di satu kelas yang sama. XI-B, bersama dengan Julian dan juga Yosa. Memang agak sedikit ramai dengan orang-orang yang sangat ia kenali dan sama femousnya. tapi tak masalah. Windu tidak kehilangan eksistensi dan masih tetap terkenal.
Belum sempat melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, atensinya tertuju pada seseorang yang menyandarkan diri tepat di sebelah pintu. Tanpa perlu ditanya, sudah pasti Windu yang dicari oleh pemuda itu. Ia meminta teman-temannya untuk masuk duluan ke kelas, sementara ia ingin mendengar apa yang membuat Barata tertarik ingin berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!
Teen Fiction[ COMPLETED ] Cerita dimulai sejak munculnya Barata Aswatama, siswa IMS--International Mandala School--dengan kesabaran setipis kertas dan bertemperatur kasar yang akhirnya kembali masuk sekolah setelah mengalami kecelakaan di awal tahun ajaran baru...