24 || SEGALA TENTANG NISKALA

7 3 0
                                    

Niskala menundukkan kepalanya, sementara selembar amplop putih sudah diserahkan pada Pak Noer dan kepala sekolah pengganti--sebab kepala sekolah sebelumnya terlibat dalam kasus Danuar Brawijaya. Setelah beberapa hari ia memantapkan niat, Niskala akhirnya bisa memutuskan bagaimana ia akan melangkah esok hari.

Pengunduran dirinya akan segera diproses.

Ketika Pak Noer meminta penjelasan mengapa tiba-tiba Niskala berkeinginan untuk keluar dari SIMS dan juga sekolah, dengan singkat ia hanya menjawab.

“Saya pikir ini memang keputusan yang terbaik bagi saya. Segalanya tidak pernah aman, semenjak saya masuk ke IMS. Saya bukannya mau menyalahkan sekolah ini. Justru saya sangat bangga pernah menjadi bagian dari sekolah yang sangat saya impikan ini. Tapi, berita yang berbedar itu benar. Saya adalah pencuri. Bukti yang Barata kumpulkan sebelum kecelakaan itu adalah ulah saya. Saya hanya ingin mengakhirinya. Karena semenjak saya sekolah di sini, saya semakin menyadari bahwa saya tidak akan pernah lepas dari genggaman orang berkuasa yang seenaknya.”

“Kita bisa cari jalan keluarnya,” ucap Pak Noer mencegah.

“Saya takut, Pak.” Niskala menggeleng. “Sudah pernah saya merasa begitu ketakutan karena ancaman dari Danuar. Saya trauma. Saya bahkan berniat keluar semenjak Barata kecelakaan tahun lalu. Tapi saya merasa bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Jadi saya memilih untuk kuat. Berada di titik ini pun adalah sisa-sisa keberanian saya untuk mengungkapkan kebenarannya. Sekarang, Danuar sudah ditangkap. Saya tidak yakin masih ada alasna bagi saya untuk tetap sekolah di sini.”

“Niskala....”

“Saya sudah mendiskusikan dengan kedua orang tua saya. Mereka mendukung semua keputusan saya. Dan inilah keputusan yang saya pilih, Pak. Keluar dari IMS. Mengundurkan diri.”

Setelah pembicaraan itu dirasa telah mencapai puncaknya, Niskala pamit keluar dari ruangan. Sulit bagi dirinya untuk mengambil keputusan ini. Namun, benar seperti yang sudah dikatakannya. Mungkin inilah jalan terbaik bagi Niskala sekarang.

Gadis itu menatap langit senja dari balik jendela koridor gedung. Sudah hampir seminggu setelah perseteruannya dengan Barata saat puncak festival IMS. Sudah ada seminggu pula sejak Windu menyebarluaskan berita tentang Niskala yang mencuri bukti milik Barata saat berusaha menguak kejahatan Danuar Brawijaya.

Hidupnya tidak pernah tenang lagi.

Langkah kakinya menuju kelas terasa sangat berat. Murid-murid dari seluruh kelas menatapnya dengan sinis. Beberapa dari mereka mulai membicarakannya sambil bisik-bisik, bahkan ada yang secara jelas dan terang-terangan. Niskala tidak peduli dengan itu semua. Toh, memang dirinya yang mencuri bukti itu. Tapi yang membuat Niskala sakit hati adalah berita yang tersebar dilebih-lebihkan.

Orang-orang tidak ada yang tahu kalau alasannya mencuri demi keluarganya.

Tapi semua orang menatapnya dengan begitu keji.

Apa bagi mereka keluarga bukanlah segalanya?

Dia mencuri karena bisa dapet kiriman uang dari pejabat.

Jangan-jangan dia simpanan Danuar Brawijaya?

Alah, sudah pasti dia ngasih itu ke si Danuar.

Jahat.

Mulut semua orang sama jahatnya ketika mereka menghakimi seseorang.

“Hai, gimana rasanya dibenci sama orang yang lo bela mati-matian?”

Niskala menghentikan langkah. Ia menolehkan kepala. Hanya menatap lelah. “Makasih buat hiburannya, Windu,” jawabnya sambil tersenyum tipis. Salah kalau gadis itu menganggap Niskala langsung kalah hanya karena dikucilkan.

𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang