3O || MASIH BERSAMAMU

5 3 0
                                    

Arjuna--Ayah Niskala langsung berlari setibanya di kantor polisi dan menemui putrinya. Ia memeluknya erat, menciumi pucuk kepala Niskala, dan mengelus punggung gadis itu. Tangis kembali pecah, bagi Niskala maupun bagi Arjuna. Ia tidak menyangka kalau anaknya mengalami penyerangan malam ini. Arjuna sangat terkejut ketika Barata menelepon ponselnya, menjelaskan dengan singkat apa yang sebenarnya terjadi.

Sedangkan Barata dipanggil ke dalam ruangan khusus untuk diminta keterangan. Di situ, ia menceritakan semuanya. Bagaimana dirinya bisa bertemu Niskala dan menyelamatkannya dari serangan pria suruhan Danuar Brawijaya.

Saat itu, Barata berniat menemui Niskala di kafe tempatnya bekerja. Ia mengetahui tempat itu setelah beberapa hari mendesak Yosa dan Catherine untuk menceritakannya. Sesampainya di sama, kafe De Rose rupanya sudah tutup. Hanya tinggal si pemilik kafe yang juga sedang bersiap untuk pulang. Tanpa memikirkan apapun, Barata bertanya tentang jalan yang biasa Niskala lalui ketika pulang, dan pemilik kafe itu bilang kalau ada gang kecil yang biasa dijadikan jalan pintas dan langsung menuju ke arah rumah Yosa, sepupunya. Dan itu artinya Niskala juga bisa pulang lewat gang kecil itu.

Setelah mengucapkan terima kasih, Barata menginjak gas mobilnya pelan, mencari gang kecil yang dikatakan oleh si pemilik kafe tersebut. Menitipkan mobil sebentar pada tukang parkir yang sedang duduk-duduk di warung kopi, Barata memasuki gang kecil itu untuk menyusul Niskala. Entah kenapa, ia merasa khawatir. Ditambah dengan suasana gang kecil yang tampak remang-remang dan sepi.

Tidak lama setelah masuk ke dalam gang, Barata mendengar jeritan. Seorang perempuan. Jelas, kepanikan Barata semakin membesar. Ia pun berlari kecil, mencari di mana asal suara itu. Beberapa menit tanpa kejelasan, tiba-tiba dari arah masuk gang itu, Barata melihat seorang perempuan yang sedang dikejar oleh pria berpakaian serba hitam. Merasa bahwa pemandangan yang dilihatnya tidaklah benar, ditambah tadi ia mendengar suara teriakan, Barata mulai berpikiran negatif.

Bagaimana kalau perempuan yang dikejar itu adalah Niskala?

Dengan ketakutan itulah, Barata berlari kencang ke arah pria itu. Dan tanpa pikir panjang ia mulai menyerang, menendang, meninju wajah pria itu tanpa segan sampai tak sadar bahwa orang tersebut sudah jatuh ke dalam mimpinya, pingsan dibuat Barata.

Amarahnya membuncah saat itu, namun menyadari Niskala yang benar-benar ketakutan membuat emosinya sedikit mereda. Melihat keadaan Niskala yang sangat kacau, membuat hatinya sangat sakit. Ia tidak tahu seberapa takutnya Niskala malam itu. Barata hanya ingin memeluk gadis itu untuk menenangkannya. Akan tetapi, ia sadar akan batasan yang tidak harusnya dilanggar.

Alhasil, Batara hanya meminjamkan jaketnya. Kemudian, menghubungi polisi hingga sekarang inilah yang terjadi.

Pintu ruangan tempat Barata memberikan keterangan atas kejadian yang terjadi tiba-tiba terbuka. Kepala Niskala menyembul dari balik pintu, kemudian masuk ke dalam diikuti dengan Arjuna yang masih mendekat tubuh putrinya.

“Saya nggak mau kasus ini terkait lagi dengan Danuar Brawijaya. Anggap aja ini penyerangan terhadap siswa SMA biasa,” pinta Niskala dengan suara serak.

Salah satu petugas yang sedang menginterogasi Barata menggeleng. “Nggak bisa begitu. Sudah jelas kalau Danuar Brawijaya yang mendalangi serangan ini. Nomor yang dipakai untuk menelepon di hp pria ini juga nomor Danuar. Kamu nggak mau dia dapat hukuman yang setimpal?”

Niskala hanya terdiam. Tentu saja dia ingin. Sangat. Niskala sangat mau melihat Danuar Brawijaya mendapatkan hukuman sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya selama ini. Akan tetapi, Niskala masih dikuasai rasa takut. Keberanian yang tersisa dalam dirinya direnggut dalam semalam akibat serangan yang terjadi padanya tadi. Pikirannya kalut, takut, dan waspada yang bercampur jadi satu.

𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐒𝐈𝐌𝐒!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang