Batas

1.4K 186 9
                                    

"Darimana?" tanya Haruto bersedekap dada dengan mata memerah menatap Lisa yg barusaja masuk ke rumah.
Sudah sekitar satu jam lamanya setelah Haruto bangun dari tidur nya dipagi hari dan tidak menemukan keberadaan Lisa di rumahnya.
Kamar Lisa kosong, Lisa keluar rumah tanpa berpamitan dan tanpa membawa ponsel.
Kemana Haruto bisa mencari keberadaan Lisa membuat Haruto benar-benar marah saat ini.

"Ke toserba di lantai bawah" ucap santai Lisa memperlihatkan tentengan belanjanya.

"Tidak bisakah bilang padaku?"

"Tadi kamu masih tertidur" ucap Lisa berjalan melewati Haruto seperti tidak terjadi apa apa.

"Bisa membangunkan aku kan?" ucap Haruto mencekal lengan Lisa.

"Tadi tidak kefikiran kesitu, dan...hanya ke toserba di bawah kenapa harus dipermasalah kan sih" Lisa berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Haruto.

"Kenapa? Aku meminta ijin ayahmu membawamu kesini untuk menjagamu seutuhnya, dan kamu bertindak semaumu lalu apa yg harus aku katakan pada ayahmu jika sesuatu yg buruk terjadi padamu hah?" teriak Haruto dengan wajah merahnya.

"Bukankah kamu satu satu nya orang yg pernah melakukan hal buruk terhadapku?" ucap Lisa dengan tatapan berapi-api.

"Apa? Apa kamu benar-benar tidak bisa memaafkan ku?"

"Tidak" jawab lantang Lisa.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu dan ini balasanmu hmm?" ucap Haruto dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak pernah menyuruhmu mengkhawatirkanku dan aku juga tidak butuh rasa khawatirmu" ucapan Lisa sungguh membuat dada Haruto sesak.

"Suka atau tidak suka aku tetap suamimu, aku yg akan dimintai pertanggung jawaban jika sesuatu terjadi padamu" teriak Haruto.

"Pernikahan ini hanya status, jadi berhenti bersikap seolah-olah kita benar suami istri" teriak balik Lisa membuat Haruto bungkam.

Haruto marah, sangat marah, tangannya mengepal, tubuhnya memanas, hanya gelap yg ada di pandangan matanya, terakhir Haruto seperti ini, dia melakukan hal buruk terhadap Lisa dan saat ini dia tidak mungkin melampiaskan kemarahannya pada Lisa lagi. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menyakiti Lisa lagi.

Haruto lebih memilih pergi dari apartmentnya, meluapkan semua kemarahannya di luar sana.

"Ah sial...masih terlalu pagi buat ke night club" Haruto mengacak acak rambutnya sepanjang perjalanan.

🦋🦋🦋

"Jam berapa ini bro?" tanya Jeno melihat jam di dinding baru menunjukan pukul 8pagi.
"Uda nyampah aja di tempat gw" ucap Jeno terkekeh.

"Sial lo, gw dikata sampah"

"Ada masalah bro? Pengantin baru kusut banget mukanya" ledek Jeno.

"Dia benci banget sama gw Jen" lirih Haruto.

"Ya pastilah" ucap Jeno menyimak curhatan sohibnya.

"Bukan gitu Jen...gw udah berusaha kayak gimana juga dia tetep benci gw" lirih Haruto membuka kaleng beer dari kulkas Jeno

"Kirain Lo udah nggak minum lagi setelah kejadian itu?"

"Bodo lah, stress gw, dia keluar dari rumah waktu gw tidur dan nggak ada ijin ke gw, gw panik nyarilah. Dia kan warga negara asing, kalo nyasar gimana? Kalo Ada yg jahatin dia gimana? Dia belum punya ponsel sini pulak" jelas Haruto.

"Ternyata dia kemana?"

"Cuma ke toserba bawah apart gw sih, tapi gw tetep khawatirlah sejam lebih gw tungguin"
"Waktu gw marah, malah galakan dia, pake bilang nggak butuh rasa khawatir gw lagi, sakit banget dengernya asli" curhat Haruto malah membuat Jeno terkekeh.

"Lo baru berusaha beberapa hari kan? Cewek nggak bisa dipaksa bro...kasih dia waktu" ucap Jeno.

"Dan satu lagi.....pakai teori tarik ulur bro jangan dikejar terus. Coba cuekin dulu" ucap Jeno.

"Taulah gw pusing...numpang tidur dulu disinilah" ucap Haruto.

"Ya terserah lo"

Dan benar saja Haruto berada di rumah Jeno hingga tengah malam.

🦋🦋🦋

Lisa sedari tadi hanya berguling guling diatas kasurnya, matanya masih enggan terpejam meski sudah dari beberapa jam yg lalu Lisa merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Jam sudah hampir menunjukan tengah malam tapi Haruto masih belum ada tanda tanda pulang, sangat tidak ingin peduli tapi nyatanya Lisa tetap tidak bisa tenang memikirkan Haruto yg keluar dari rumah dalam keadaan marah terlebih sampai jam segini dia belum pulang.

Jam 3 dini hari Haruto baru kembali ke apartment nya, mendengar suara pintu apartmentnya terbuka membuat Lisa yg tadinya memutuskan menunggu Haruto di ruang tamu hingga akhirnya tertidur menjadi terbangun.

"Sudah pulang?" tanya Lisa dengan suara serak bangun tidurnya.

"Kenapa tidur disini?" tanya Haruto.

"Nunggu kamu pulang" lirih Lisa.

"Kenapa harus menunggu? Aku bukan anak kecil lagi dan ini rumahku, aku pasti pulang" ucap Haruto.

"Duduk sini ayo bicara" ucap Lisa menepuk sofa sebelahnya.

"Apa?" tanya Haruto saat mendudukan diri di sebelah Lisa.

"Maaf.." lirih Lisa.

"Semua ucapanmu benar, kenapa minta maaf?"

"Aku....sudah....keterlaluan, maaf" lirih Lisa.

"Tidak perlu meminta maaf, dari awal aku yg bersalah, wajar kalau kamu sangat membenci ku, aku bisa mengerti"
"Tidur di kamar, jangan disini nanti kamu bisa sakit. Aku tidak mau disalahkan ayahmu karna tidak becus menjagamu" lirih Haruto.

"Jangan tidur dalam keadaan marah, selesaikan dulu" lirih Lisa.

"Aku tidak marah.....aku khawatir, sangat khawatir tapi kalau rasa khawatirku mengusik mu, aku yg minta maaf" lirih Haruto

"Awal pernikahan kita memang tidak baik, tapi aku juga tidak ingin sepanjang pernikahan kita tidak baik, tapi...kamu bilang semuanya hanya status, jadi aku bisa apa?" lirih Haruto

"Dan.....terima kasih sudah mengingatkanku tentang batasan diantara kita. Aku akan berusaha untuk tidak melewatinya, jadi sekarang tidurlah di kamar, diluar sangat dingin nanti kamu bisa sakit"

"Setidaknya izinkan aku menjaga bayiku agar tidak sakit sampai dia terlahir dan kamu membawanya pergi" ucap Haruto mengusap pucuk kepala pelan sebelum masuk ke kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setidaknya izinkan aku menjaga bayiku agar tidak sakit sampai dia terlahir dan kamu membawanya pergi" ucap Haruto mengusap pucuk kepala pelan sebelum masuk ke kamarnya.

DIA (Haruto-Lalisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang