Painful

1.3K 169 22
                                        

"Lisa....tentang Karina, kamu sudah mendengarnya?" tanya Jeno sepulang dari perjalanan bisnis keluar kota dan langsung menemui Lisa.

"Aku melihat kremasinya" lirih Lisa.

"Melihat...kremasinya? Maksudmu melihat suamimu menangisi nya?" tanya Jeno.

"Bukan....aku sudah tidak menganggapnya suamiku" lirih Lisa.

🦋🦋🦋

Flashback on

"Kau puas? Kalau masih belum...kamu bisa membunuhku sekarang, sekalian aku di kremasi" ucap Haruto terdengar begitu menusuk bagi Lisa, bagaimana mungkin Haruto bisa mengucapkan itu terhadapnya, apa Lisa sejahat itu baginya? Bukankah kenyataannya justru mereka berdua yg sudah menjahati Lisa.

"Kau fikir aku akan membiarkanmu mati dengan mudah?" bisik Lisa menatap Haruto dengan tatapan membunuhnya.

"Aku pastikan kamu tidak akan mati sebelum merasakan kesakitan yg setimpal dengan perbuatanmu" ucap Lisa.

"Kamu memiliki dendam padaku, aku yg menyakitimu, kenapa melemparkan semua kesalahan pada Karina? Karina tidak pernah melakukan apapun terhadapmu" ucap Haruto balik dengan tatapan tajamnya.

"Bagiku sama saja, yg satu membusuk di neraka dan yg satunya....akan aku jadikan duniamu seperti di neraka hingga kamu memohon untuk sebuah kematian" ucap Lisa.

"Kamu fikir kamu siapa bisa mengancamku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu fikir kamu siapa bisa mengancamku?"

"Aku? Aku ibu dari anakmu" bisik Lisa sebelum berjalan meninggalkan Haruto.

Flashbacks off

🦋🦋🦋

"Mau kemana Li? Kenapa berkemas" tanya Jeno khawatir.

"Sebentar lagi aku akan melahirkan, wajar kan jika aku berkemas?"

"Kamu tidak sedang berbicara dengan anak kecil Li, kamu bukan berkemas untuk melahirkan" Jeno mencegah Lisa memasukkan barang barangnya ke salam ransel.

"Jeno...boleh aku minta tolong?" lirih Lisa mulai pecah tangisannya.

"Apapun itu Li...."

"Tolong jaga putraku" lirih Lisa.

"Apa maksudmu? Kamu tidak pernah berfikir untuk meninggalkan putramu bersama ayah bajingan seperti dia kan?" marah Jeno.

"Aku...harus...melakukannya" lirih Lisa.

"Sinting....nggak! Aku nggak akan membantu mu. Kalau mau pergi, ayo pergi jauh....bawa putramu bersamamu dan hidup bahagia. Kamu dan putramu pantas bahagia"

"Aku...tidak...bisa"

"Kalau marah sama ayahnya, bales ke ayahnya, maki dia, pukul dia, kalau perlu bunuh sekalian, aku bantuin.....jangan bales ke bayi ini. Bayi ini nggak salah Li.....jangan ya" lirih Jeno memohon bahkan berlutut di hadapan Lisa.

Tapi Lisa tetaplah Lisa, si keras kepala yg mungkin sudah terlalu lelah mengalah.

Hari persalinan Lisapun tiba...
Caesar....ya Lisa harus operasi caesar karena bayinya masih belum juga kontraksi meski sudah memasuki HPLnya, bahkan belum pembukaan satupun saat dokter kandungan memeriksa.

"Ibunya terlalu tegang...atau justru sangat tertekan? Denyut nadinya sangat cepat" ucap dokter sesaat sebelum melakukan operasi.

Semua keluarga Jeno datang, plus kedua orang tua Haruto tentu saja sangat menantikan kelahiran cucu pertama mereka. Jangan ditanya apakah ayah bayi ini juga datang? Mungkin jika saat ini Haruto datang....Lisa masih mau menatap wajah bayinya.

Haruto lebih memilih menyibukan diri dengan segala aktifitas pekerjaannya di luar negri meski dia tau betul tanggal HPL istrinya.

Hal yg paling dikhawatirkan dokterpun terjadi, Lisa yg terlalu tegang, denyut jantungnya terlalu cepat dan membahayakan proses operasi, hingga Lisa kehabisan banyak darah di ruang operasi. Bahkan tiga jam setelah bayinya berhasil dilahirkan kedunia, Lisa masih belum sadarkan diri.

"Ya Tuhan....apa yg terjadi dengan menantuku" tangisan mommy Haruto pecah melihat keadaan Lisa yg terkulai lemas di ranjang pasien dengan selang oksigen di hidungnya.

"Dokter apa yg sebenarnya terjadi pada menantu kami?" marah daddy Haruto.

"Pasien kehilangan banyak darah sehingga sempat tidak sadarkan diri, namun sekarang keadaannya sudah mulai stabil, dan sekarang.. Pasien belum sadar bukan karena belum pulih, tapi karena pasien enggan membuka matanya"

"Jeno....bisa tolong tenangkan Lisa kami? Kami tidak tega melihatnya seperti ini" mohon mommy Haruto.

"Akan saya coba ajak bicara Lisa"

......

"Li....buka matamu, bayimu sangat tampan, matanya mirip sekali denganmu, kamu tidak ingin melihatnya?" lirih Jeno.

Perlahan Lisa membuka matanya dengan derai air mata yg terus menetes.

"Biarkan aku pergi darisini Jen....aku mohon, aku tidak sanggup lagi" lirih Lisa dengan suara parau.

"Ayo pergi Li, pergi yg jauh....ketempat hanya akan ada kebahagiaan untukmu dan bayimu hmm?"

"Tidak....aku tidak bisa membiarkan dia lepas dari rasa sakit begitu saja, dia harus sakit, harus...." Lisa menangis sesegukan.

"Tapi bayimu tidak bersalah Li...cukup sakiti ayahnya, jangan bayinya"

"Aku tau apa yg harus aku lakukan, dan jangan menghalangiku" ucap Lisa.

"Aku tau itu sakit dan sangat berat, aku ada disini untukmu Li....ayo pergi jauh dan lupakan semua kesakitanmu disini. Tidak perlu mengingat kamu pernah berada disini hmm?"

🦋🦋🦋

Singkat lagi karna author udah nggak kuat ngetiknya 🥹

DIA (Haruto-Lalisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang