Hari minggu itu, Puan Lee tiba-tiba mengarahkan agar kedua anaknya berkemas. Hendak bercuti sekeluarga katanya.
Meski ditentang Minho di awal namun berkat suara keras sang ayah, Minho akhirnya menurut.
"Wah! Besarnya kapal terbang." Melangkah masuk saja ke dalam lapangan terbang, mulut becok Jisung laju mengutarakan kalimat-kalimat pujian.
"Kapal terbang kan berat tapi kenapa dia tak jatuh, papa?" Usai menududukkan plushie berbentuk tupainya di kerusi, Jisung kemudian turut sama duduk, bersebelahan dengan plushie dan ayahnya.
"Sebab tarikan gravity."
Jisung berkerut bila perkataan asing itu diucap sang ayah.
Melihat kerutan di dahi anaknya, Puan Lee dan suami saling tertawa kecil. Pucuk kepala anak bongsu mereka diusap sebelum keduanya menerangkan.
Entah sama ada bocil itu mengerti atau tidak, janji saat ini Jisung cukup berpuas hati dengan jawapan itu.
Meski tidak faham, tapi yahh turutkan saja.
Saat ketiga mereka berbicara itu ini tiba-tiba datang seorang staff lapangan, minta Tuan Lee dan sang isteri menemui pengarah. Ada urusan mendadak yang perlu mereka berdua andalkan.
"Adik duduk dengan abang. Jangan pergi mana-mana selagi mama dengan papa tak sampai." Tuan Lee kemudian membawa Jisung ke Minho yang saat ini tengah berdiri.
Tangan si kecil kemudian didekatkan dengan tangan Minho. Nak tak nak Minho terpaksa menggenggam tangan kecil halus milik si adik.
"Jaga adik. Kamu dah besar Minho, jangan buat perangai budak-budak." Bisik sang ayah yang hanya disambut Minho dengan putaran bola mata ke atas.
Duduk sedekat ini dengan sang abang menyebabkan mulut becok itu terkunci rapat. Mengingatkan kalau Minho tak menyukai dirinya, Jisung nak tak nak terpaksa berdiam diri. Meski hatinya melonjak-lonjak ingin bertanya itu ini.
Jisung melihat sejenak tangan kecilnya yang terletak elok di genggaman Minho. Entahlah kenapa tapi ada secebis rasa senang bersarang di hatinya. Wajah Minho yang tak pernah tersenyum itu dipandang lama.
'Terima kasih abang.'
"Apasal?" Suara Minho tiba-tiba menjerkah.
Jisung yang ketahuan menatap Minho menggeleng laju.
Bersamaan dengan itu juga matanya terpaku melihat sebuah kedai menjual gula-gula kapas. Melihat benda halus berwarna-warni itu terbalut plastik lut sinar seakan memanggil-manggil dirinya untuk segera membeli dan makan itu snek.
"Nak ke?"
Upss
Sekali lagi Jisung ketahuan menatap sesuatu oleh Minho.
Wajah datar sang abang dipandang.
"Aku tanya kau nak ke tak benda itu?" Minho jadi kesal bila soalannya tadi tak dijawab Jisung.
"Boleh?" Dengan kepala yang dimiringkan, si manis bertanya.
Tanpa sedar ada senyuman halus terbit di wajah Minho mendengar soalan polos adiknya.
Alih-alih menjawab, Minho lebih dulu tarik tangan si tupai menyebabkan tubuh kecil itu sedikit terdorong.
Si manis masuk sendirian ke dalam kedai. Dahinya berkerut melihat harga gula-gula kapas yang dijual.
Mahal!
Setelah melakukan tour kedai dan istikharah barang sejenak, Jisung akhirnya memilih yang termurah.