34 ● Wolf Night

124 14 1
                                    

4 tahun lalu

Setelah Azumi melihat kepergian Tobirama di bukit itu ia menunduk mencoba mencerna semua namun ia terlalu lelah akan semua ini. Sampai suara langkah kaki terdengar. Azumi mengangkat kepalanya dan melihat ayahnya mendekat. "Ayah..."

"Ayah, tolong hentikan semua ini ayah aku mohon padamu." Azumi berlari mendekat pada ayahnya dan memohon. Namun sang ayah hanya menatap datar putrinya. "Azumi, ini tidak bisa dihentikan. Begitu Madara datang demi tujuannya, tidak ada yang bisa menghentikannya."

Azumi terkaget. Madara. Ia baru ingat kejadian saat Madara pergi ke rumahnya dan menyanderanya. Membayangkannya membuat ia merinding.

"Kau harus ikut ayah pergi sekarang juga" seru ayahnya menarik pergelangan tangan anaknya.

"Kemana ayah??!! Aku harus membantu teman-teman ku disini. Banyak warga yang harus kita tolong. Lepaskan aku ayah!" Namun sang ayah tetap tidak memperdulikan itu. "Bagaimana dengan ibu dan Akumii? Kita harus memastikan mereka selamat" Azumi baru teringat adik dan ibunya. Seketika Natsuo menghentikan langkahnya. Azumi pun terheran karena ayahnya tiba-tiba berhenti. Setelahnya Ia berbalik dan menghadap Azumi.

"Apakah kau mau lari dari semua ini ayah?" Tanya Azumi menyimpulkan perbuatan ayahnya. Keheningan menyelimuti dua insan tersebut. "Dimana ibu dan Akumi?" Azumi kembali menodongkan pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban.

"JAWAB AKUU!!!" teriak Azumi kepada ayahnya. "DIAM!" Bentak Natsuo yng akhirnya berbicra satu kata yang mengagetkan perempuan itu. Ia tidak berani saat ayahnya sudah berteriak karena ayahnya adalah orang yang terbiasa berbicara datar.

Natsuo menarik napas dalam dan berkata "Aku yakin kau sudah bertemu dengan Madara. Dan ayah salah, targetnya bukanlah pemberontakan ini. Melainkan dirimu"

DEG

Azumi tidak tahu harus berkata apa.

"Disana pasti aman. Kau harus percaya itu." Azumi menggeleng. Ia tidak siap jika harus tinggal terpisah dengan semua. dengan warga desa, dengan ibu dan adiknya, dengan teman temannya, dengan...

"Tidak ayahh, aku akan lebih aman jika tetap di Konoha." "Azumi dengar--"

"B-bagaimana dengan ibu dan Akumi ayah? Nagaimana dengan teman-temanku?!!" Suaranya bergetar. Tidak siap berpisah seperti ini. "Kau tidak akan aman disana, Madara akan mencarimu sampai ia mendapatkanmu." Jawab ayahnya.

Azumi berpikir keras untuk tetap tinggal. "Hokage! Tidak ada tempat paling aman selain di dekat hokage ayah, lagipula hanya dia yang bisa menandingi Madara bukan?" "Jangan berani beraninya kau sebut nama itu didepanku" jawab Natsuo membuat Azumi gentar. Ia pun menangis.

"Tapi ayah, aku ingin tetap di Desa. Tolong biarkan aku menetap disana." Natsuo tidak menghiraukannya dan kembali menarik pergelangan tangan Azumi masuk kedalam hutan ditengah malam. Tidak memperdulikan tangisan anaknya.

"Bagaimana kau bisa setega itu pada anakmu sendiri yah??! Bukankah kau adalah sekutu dari Madara? Mengapa ia jadi berbalik melawanmu?" Berbagai pertsnyaan Azumi kerahkan namun sang ayah tetap diam.

Akhirnya mereka pun sampai ke sebuah gubuk tua ditengah hutan. Jarak antar satu gubuk dengan yang lainnya tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat. Azumi memandang betapa kesepiannya ia disini. "Jangan tinggalkan aku ayah!!" Azumi memohon dengan sangat pada ayahnya. Ia tidak mau masuk kedalam. Natsuo menarik napas dan memaksa hingga mendorong Azumi ke dalam. Ia jatuh tersungkur. Natsuo berbalik dan ingin segera pergi.

"Kau adalah ayah terburuk!" Adalah kata kata yang keluar dari mulut Azumi. Dan kata kata itu dapat menghentikan langkah ayahnya. Ia berdiri dan menghapus air matanya. Menatap tajam pada sang ayah yang membelakanginya.

"Ini semua terjadi karena kau. Kau yang merencanakannya, namun kau sekarang lari dari masalah. Apa yang kau lakukan skrg huh? Melindungku? Kau hanya melindungi dirimu sendiri. Kau egois dengan tidak menerima bantuan Konoha."

"Mengapa kau berubah ayah?.." tangis Azumi pun pecah. Namun sang ayah tidak bergerak sedikutpun atau membalas. Azumi merasa kepalanya sangat pusing.

Natsuo tertawa. Akhirnya pria itu bersuara. Ia berbalik dan tersenyum pada putrinya.

"Kau mau tahu kebenarannya? Kebenarannya adalah aku tidak menginginkan kehadiranmu di dunia ini, Azumi"

DEG

Perkataan dari sang ayah begitu membuatnya terkejut dan kecewa. Rasanya hatinya seperti tertusuk oleh sesuatu yang sangat tajam. Mendengar perkataan dari ayahnya sendiri bahwa ia tidak diinginkan di dunia ini.

"Sampai pada hari ini, Lord Madara menginginkanmu. Aku berpikir ternyata kau berguna juga. Dia melihat dan menginginkan sesuatu yang istimewa dari dirimu."

Azumi mengepalkan tangannya. Ayahnya masih menjadi budak Madara ternyata.

"Apa tadi kau bilang? Ya benar, aku tidak melindungimu. Aku hanya ingin kau bersiap sampai Madara akan menjemputmu. Ingat, Madara tidak ingin perempuan yang hanya bisa menangis, bahkan kau tidak bisa bertarung, dan tidak berguna sepertimu. Jadi, jangan permalukan aku. Madara memilih kau yang adalah keturunanku. Sedikit bergunalah, Azumi."

DEG

Azumi tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semua perkataan itu... Ayahnya menang. Ia hanyut dalam cacian dan makian ayahnya tentang dirinya yang tak berguna. Tidak pernah sekalipun terpikirkan dalam benaknya bahwa ayahnya hanya memanfaatkannya.

Natsuo pergi dari hadapannya dan ia terjatuh meratapi nasibnya. Hari demi hari ia lalui hanya menangis dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya daripada bertemu dengan Madara.

Ia merindukan teman-temannya, ia merindukan ibunya, ia merindukan adiknya, dan tidak dipungkiri ia merindukan keluarganya. Keluarga berarti termasuk ayahnya.

Ia mengingat masa kecil saat ia dan Akumi diajari memancing oleh ayah memakai perahu di danau dekat rumah mereka. Ia mengingat saat ia dibawa oleh ayahnya ke kamp Uchiha dan dibanggakan disana.

"Oh Natsuo-san, itu anakmu? Cantik sekali, namun aku paling suka matanya. Matanya benar benar sangat indah!" Tanya salah satu bawahan ayahnya. "Namanya Azumi, dia adalah kebangaanku." Seru ayahnya bangga didepan para Uchiha. Azumi menangis meraung mengingat itu semuanya. Alu ia membenci ayahnya karena perkataannta kepadanya ia ingin kenangan itu kembali.

Hal yang sama terjadi juga pada sang adik, Akumi. Ia tengah dalam gendongan punggung sang Hatake Hachiro menuju rumahnya. Dengan tangan melingkar di leher ia menyenderkan kepalanya di bahu lelaki itu. Ia berusaha tak mempercayai apa yang baru saja terjadi. Ayahnya melakukan itu padanya.

Ia teringat masa kecil saat ia dan kakaknya Azumi bersama ayahnya pergi latihan kunai bersama di tempat latihan. Ia juga mengingat saat ia diajak ayahnya pergi berbelanja di pasar. Ia begitu senang ayahnya punya waktu luang sehingga senyumannya ia pamerkan kepada setiap orang di pasar. Saat mampir untuk membeli permen, sang penjual bertanya pada Natsuo "wah anakmu kah itu Natsuo? Rambutnya bagus sekali'' "Dia akumi, kebahagiaanku" seru Natsuo tersenyum sambil mengelus tangannya ke pucuk kepala Akumi. Sang penjual pun tersenyum.

Kembali ke Akumi sekarang, ia tersenyum miris. Ia merindukan semua kenangan itu kembali...

Natsuo sampai di suatu tempat. Ia tengah berhadapan dengan seseorang. "Kau melakukannya?" Tanya orang itu. Natsuo menundukan kepala "ya, dengan sangat sempurna."

Aktualisasi Konoha | TobiramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang