Apa yang ia pikirkan ? Mengapa ia marah pada saat mengetahui rencana pemberontakan Uchiha Madara ? Mengapa juga ia merasa kecewa melihat ayahnya ikut ambil bagian dalam rencana tersebut ? Apa ia sudah berjanji melindungi desanya sekarang ?
Bertubi-tubi pertanyaan ada dalam otak Azumi memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya. Jujur saja setelah oerdamaian ia tidak merasakan apa-apa. Hanya ingin menjadi warga biasa tanpa punya arah dan tujuan. Ia juga tak ingin terlalu melindungi desa ini, mengingat ada harga yang mahal untuk membuat kedua klan bersatu. Dan harga itu adalah nyawa teman nya.
"Ckckck" Azumi pusing sendiri memikirkan hal itu, ia berjalan-jalan menikmati pemandangan sore desa ini yang harus ia akui sangat indah, juga udara yang sejuk mengingat banyak sekali pohon tumbuh subur di Konoha.
Taj terasa berjalan ia telah sampai pada suatu pasar yang lumayan ramai, ia berdiri di dekat kedai dango dan membuatnya teringat pertemuan dengan teman-teman barunya. Bagaimana ia menjalankan misi bersama mereka melindungi perbatasan.
Ah, mengingat hal itu membuat tekad melindungi desa Azumi semakin bertumbuh. Ia bukanlah Azumi dahulu, seorang pembalas dendam. Ia yakin tak hanya dirinya yang merasakan kehilangan, tetapi semua orang yang berperang. Ia juga akan berperang mempertahankan desanya.
Tak lama ekor mata Azumi menangkap siluet 5 orang yang sedang berkumpul memakan dango. Hal itu membuat Azumi sumringah. Bagaimana ia lupa ? Tempat ini adalah markas mereka.
"Hei, Ikka tidak ikut hari ini ? " Tanya perempuan bergigi taring.
"Tidak, seperti biasa" Jawab Shikama malas.
"Latihan kah ? Kasihan sekali dia mendapat takdir sebagai pewaris hyuga ya." Shinyan ikut menimpali.
Azumi ingin menenangkan pikiran sangat gembira melihat kehadiran teman-temannya. Iamaju mendekati mereka dan melambaikan tangan seraya tersenyum.
"Hai teman tema--"
Omongannya terputus kala melihat kelima temannya itu menatap sedih ke arahnya lalu mengalihkan pandangan. Mood Azumi yang tadinya naik kembali turun drastis. Senyum di bibirnya kembali pudar.
Oh ya, bagaimana ia lupa ? Mereka pasti sudah mengetahui identitasnya sebagai seorang Uchiha bukan ? Azumi tanpa berlama lama kembali meninggalkan tempat itu secepat yang ia bisa.
Ia datang ke sebuah bukit yang tinggi menjulang, ia perhatikan sudah ada datu wajah yang menghiasi bukit tersebut. Wajah sang hokage. Ia mengeluarkan semua emosinya dengan memanjat bukit itu sampai naik ke atas.
Azumi benar-benar gigih untuk sampai puncak, berusaha membuat dirinya lelah agar bisa melupakan sejenak masalah-masalah ini. Sebenarnya jika ditarik kesimpulan , hanya ada satu kata yang dapat mewakilkan semua masalah ini.
Uchiha.
Jika saja ia tidak terlahir dari klan tersebut, maka hidupnya akan lebih tenang bukan ?
Memikirkan kalimat tersebut membuat mata Sharingan Azumi kembali aktif. Jantungnya terpacu lebih cepat. Seperti ada energi baru yang ia dapatkan. Tentu ia memanjat 2x lebih cepat dari seblumnya, seringai muncul di wajahnya.
"Ckckck sharingan berproses ketika aku memikirkan kata Uchiha, huh ?" pikir Azumi masih dengan seringainya.
Ia kembali memanjat, mungkin sudah seperempat bukit ia panjat. Disela -sela kegiatannya, berbagai pikiran mulai merasukinya.
"Jika kamu tidak menjadi Uchiha maka kau tidak akan bertemu dengan Izuna dan merasakan kehilangan dirinya."
Azumi merasa sesak di dadanya, mengapa pemikiran ini begitu konyol ? Namun ia juga menginginkannya, ia lebih baik tidak mengenal pria itu daripada harus kehilangannya.
"Jika kamu tidak menjadi Uchiha maka kau dan keluargamu akan lebih bahagia, dan ayahmu tidak mendapat perintah pemberontakan dari Madara"
Merasakan mempunyai keluarga bahagia tanpa ada kegelapan adalah impian dirinya. Azumi mengerti tidak ada orang yang semua daftar keinginannya terpenuhi, tapi bisakah ia merasakan hal itu ? Bisakah ia mempercayai itu ? Bahwa ayahnya menyayanginya sebagai anak, bukan sebagai pewaris klan.
Ia makin memikirkan hal itu membuat satu butir air mata jatuh entah di ketinggian berapa, mengingat saat ini kecepatan Azumi bertambah cepat.
"Jika kamu tidak menjadi Uchiha, kamu bebas berteman dengan siapa saja, termasuk Senju. Dan teman-temanmu tidak akan menjauhimu"
Mengingat hal itu membuat air mata tak terbendung lagi, ia bisa melihat raut kekecewaan di mata teman-temannya. Pastilah ia dibenci. Karna rumor mengatakan setiap klan membenci Uchiha karena mereka begitu istmewa dengan Sharingannya. Banyak orang yang malah menyalahgunakan mata itu untuk memperbudak klan lain membuat seakan-akan derajat mereka lebih tinggi. Azumi paham betul kekecewaan mereka. Namun Azumi bukanlah orang itu, ia ingin berteman tanpa mengenal latar belakang..
Tak terasa, pertanyaan terakhir membawa Azumi tepat di puncak bukit. Ia mengangkat tubuhnya sedikit dan akhirnya ia bisa merebahkan badan setelah mencapai puncak bukit.
Napas wanita itu terengah-engah, ia mungkin telah memanjat sekitar 100 meter dalam 10 menit. Lumayan cepat untuk ukuran orang yang baru saja pingsan bukan ? Itulah istimewanya Sharingan.
Ia bangkit menyesuaikan posisi tubuhnya untuk duduk melihat desa ini dalam satu ruang lingkup, dapat dilihat betapa makmur desanya untuk ukuran desa yang baru saja dibangun. Yeah, itu semua berkat kerjasama antar klan untuk membangun desa ini.
Apa yang tadi ia pikirkan ? Membela desa ini ? Azumi tertawa kecil. Bahaimana ia lupa bahwa ia dilahirkan di sebuah klan yang dibenci sesama klan lainnya. Ia adalah seorang Uchiha, seorang pembalas dan pendendam. Seorang Uchiha dapat melakukan apapun untuk dendamnya, tidak segan-segan untuk melawan dunia.
Azumi tersenyum miris, apakah ia harus membantu ayahnya ? Tentu itu bukanlah masalah besar, mengingat Uchiha Madara juga berlaku baik padanya karena ia adalah teman sejati Izuna adiknya. Ia adalab pembawa kebahagiaan bagi Izuna.
Entah setiap Izuna selesai berperang dan merasa sangat kelelahan, ia selalu pamit pada kakaknya untuk ke taman. Dan ketika pulang dari sana, semangat Izuna seperti membuncah. Madara hanya tersenyum simpul, ia tahu adiknya menyimpan rasa pada temannya sendiri, kadang Izuna sendiri yang berterus terang pada Madara. Sayangnya hanya Azumi yang tak tahu perasaan Izuna padanya.
Kembali ke Azumi, ia merasa sangat bimbang. Untuk apa dia memperjuangkan desa ini ? Berperang bersama ? Dia tidak akan diterima kembali. Lagipula, ini saat yang tepat untuk membalaskan dendam Izuna pada Tobirama bukan ? Azumi berpikur, ia hanya akan melawan Tobirama itu saja, ia tidak akan melawan teman-temannya dan Hachiro, ia tidak bisa.
Sekilas pikiran saat Tobirama melindunginya di misi terbawa kembali, saat Tobirama dan ia berbincang dekat perapian. Saat Tobirama menyuruh Azumi mengambil jacketnya, dan saat ia menerima permintaan pertemanan Azumi.
"Arrghh" Azumi mengacak rambutnya frustasi, ia menumpu kepalanya pada kedua kakinya berharap tidak ada yang melihat dirinya di keadaan terlemahnya. Pada saat itu, Azumi menangis, isakan keluar dari bibirnya menandakan ia bahkan tak mampu.
Tak mampu melawan Tobirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktualisasi Konoha | Tobirama
Fantasy"apakah benar hokage kedua tidak mempunyai keturunan?" "Heh! jangankan keturunan, orang seperti dia tidak mungkin pernah merasakan cinta." Mungkin inilah pendapat orang-orang desa mengenai hokage yang dijuluki "The Creator" tersebut, namun mereka b...