13 ● Exhaustion

207 25 1
                                    

Langit sudah mulai menghitam diselingi gemuruh petir yang saling bersahut-sahutan menandakan hujan akan turun lebat hari ini. Anehnya jalanan sangat sepi, hampir tak ada orang berlalu-lalang mengingat tadi pagi lautan manusia mengerumuni kantor Hokage.

Sepertinya ia salah mengambil keputusan untuk menenangkan diri dengan berjalan-jalan, karena nyatanya semua toko libur hari ini. Lagipula siapa orang yang merasa depresi hari ini ? Semua orang bersukacita atas lahirnya pemimpin baru mereka.

Everyone except herself.

Azumi menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan setelah menemukan satu spot yang dikiranya tepat untuk kondisinya hari ini. Ia kembali merenungkan kejadian-kejadian yang membuatnya kelelahan. Hanya satu fakta dan mengubah Azumi sepenuhnya. Tidak, ia memang menunggu hal ini sebelumnya. Ia memang membutuhkan dan mengingini informasi ini, tapi ia terlalu takut, terlalu kecut akan kebenaran didepannya.

Deru angin dan sapuan ombak membawa semua pikiran tertuju ke hari itu. Tepat mereka bertemu untuk pertama kalinya. Di sebuah rumah yang cukup luas yang dulu ia tempati bersama dengan keluarganha mengingat jabatan ayahnya lumayan penting. Azumi mengingat betul ekspresi lelaki itu yang tersenyum, jujur ia kaget untuk pertama kalinya melihat senyum tulus di wajah lelaki itu bukan seringai yang biasa ia tunjukan pada lawannya.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah dekat seperti kakak dan adik. Bahkan roti dan mentega pun tidak cukup dekat untuk menggambarkan jarak antara mereka berdua. Akumi, adiknya pun menjadi saksi bagaimana mereka menjadi sahabat saat di lingkungan rumah, menjadi partner saat berperang, menjadi rekan saat mengurusi urusan klan. Tapi satu hal yang pasti, mereka tidak akan menjadi pasangan.

Azumi tidak merasakan ciri-ciri dan kriteria yang tepat untuk bisa dinamakan "jatuh cinta". Nyaman, sangat namun hanya sekedar nyaman tidak lebih. Lelaki itu adalah orang yang sangat Azumi hormati, sangat Azumi sayang. Tentu kepergiannya membuat bekas luka cukup dalam di hatinya hingga masih berbekas. Siluet orang itu bahkan setia mendampingi Azumi dalam mimpinya selama 1,5 bulan setelah kepergiannya. Namun Azumi tak dapat menganggap hal itu baik adanya, karena yang ia lakukan setelah mendapat mimpi itu adalah bangun dengan teriakan, menyadari sekelujur tubuhnya berkeringat dan jantungnya berdegup lebih cepat.

Ya, mimpi buruk. Cukup menyisakan trauma untuk perempuan itu mengalami hal itu berulang kali hingga akhirnya bisa tidur kembali setelah mencoba mengihklaskan. Namun ternyata mimpi itu kembali datang, membuat perempuan itu harus menderita lebih lagi. Ia merasakannya setelah bertemu dengan seseorang, yang cukup rumit untuk dideskripsikan. Perkenalan awal yang tidak bagus, malah cenderung buruk. Namun setelah melakukan misi bersama, orang tersebut cukup membuat Azumi untuk tersenyum tengah malam. Ia tidak terlalu buruk seperti yang dipikirkannya.

Sungguh, kalau ia tidak meminta pertemanan pada Tobirama malam itu, semua tidak akan serumit ini. Dan mereka tentu tidak akan sedekat ini. Jika laki-laki itu merasa dekat juga tentunya dengan dirinya. Namun bagaimana ia melupakan fakta bahwa laki laki itu, ia adalah seorang Senju. Sungguh, walau ia punya satu aturan dengan ayahnya yaitu "tidak boleh berteman dengan Senju", ia akan mengabaikannya. Ia bukan orang pemilih dalam berteman. Namun, ada satu fakta yang membuat Azumi seperti ini. Bahwa pria itu, pria itu...

Adalah penyebab mimpi buruknya.

"HHH" Azumi tersadar dari lamunannya. Kata terakhir itu kembali menaikan intensitas ketegangan di area sekitar. Hal ini membuat Azumi memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Tes

Azumi menengadah dan menemukan satu tetes air hujan jatuh di telapak tangannya. Itu membuat Azumi mempercepat langkahnya untuk segera pulang ke rumah. Ia rasa tubuhnya sudah cukup untuk menerima rasa sakit. Cukup mentalnya yang terluka, fisiknya tidak perlu.

Azumi mempercepat langkahnya saat hujan sudah semakin deras, setengah jalan lagi ia sampai ke rumahnya. Mungkin kalimat sebelumnya akan berhasil jika tidak terjadi sesuatu hari ini. Dari kejauhan ia menatap seorang lelaki berambut perak yang melakukan hal sama dengannya, saling menatap dari kejauhan. Tak mau berlarut, Azumi melangkah dengan normal walau ia tahu ia pasti akan melewati orang tersebut. Ia tidak mau berurusan lagi dengannya.

Hanya jalan melewati dan tidak perduli

Kata kata itu ia tuturkan dalam hatinya, ia memantapkan niat untuk maju dan ternyata Tobirama pun melakukan hal yang sama. Seperti tidak ada yang baru saja terjadi. Nampaknya hal itu cukup berhasil karena ia rasa ia baru melewati seseorang dengan langkah cukup normalnya. Ia mengutuk dirinya mengapa memperlambat langkahnya hanya untuk melewati orang tersebut, dan berimbas pakaian ia basah kuyup sekarang. Ia akan segera berlari pulang sekarang.

"Jangan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa...

... Azumi"

Namun tiba tiba perkataan laki-laki itu mengurungkan niatnya. Ia masih tidak berbalik menatap lawan bicaranya. Sepertinya orang tersebut melakukan hal yang sama. Terciptalah sebuah percakapan dibawah langit diguyuri oleh air hujan dengan dua tokoh yang saling membelakangi. Sangat absurd.

"Oh ya ? Memangnya apa yang terjadi, tuan Tobirama ?" Setelah diam berkepanjangan, akhirnya Azumi membuka suara. Diakhiri ejekan untuk sang adik dari Hokage. Ia harus menunjukan tata kramanya sekarang pada orang ini.

"Aku rasa kita berdua tahu jawabannya" Seru Tobirama mantap. Hal itu membuat Azumi berbalik dan sedikit terkejut ternyata Tobirama pun sudah berbalik. Keduamata mereka saling memandang dengan tajam walau wajah mereka dibasahi air hujan.

"Aku tahu kau orang seperti apa Tobirama, dan aku tidak perlu mengatakannya didepanmu untuk membuatku mengambil langkah menjauhi orang sepertimu. " Ancam perempuan itu namun belum cukup kuat untuk membuat orang didepannya ciut. Tobirama hanya melipat tangannya, mengambil sikap santai dan terkekeh.

"Memangnya, orang seperti apa diriku ini, nona ?" Ia ingin tahu bagaimana penilaian wanita ini terhadap dirinya. Ia tidak tahu mengapa tiba tiba ia bertindak seperti memedulikan perjataan orang lain mengenai dirinya. Ia bukanlah orang seperti itu sebelumnya. Namun orang didepannya berbeda, ia lebih dari orang orang lain. Ia adalah sekutu dari kelompok ornag yang paling Tobirama benci. Berbincang kecil dengannya mungkin diperlukan.

Azumi terkekeh sebentar, tiba tiba ia berhenti dan raut matanya menatap tajam. Tobirama bisa melihat itu, ada perasaan marah bercampur kesal, benci, amarah, kesedihan dan kekecewaan terdapat didalam sana. Namun yang paling mendominasi adalah..

Dendam.

"Ayolah, mengapa tidak kau hentikan permainan ini, Tobirama. Kau tahu perayaan tadi pagi hanyalah drama bagimu benar. Kau hidup didalam kedamaian tapi terasa bagimu bahwa kau hidup didalam peperangan bukan ? Perang adalah bagian dalam hidupmu. Kau tidak ingin mengakui ini namun jika ingin memilih perdamaian atau peperangan antar klan kau pasti memilih peperangan benar begitu ?"

"Kau hidup dalam jiwa kompetisi Tobirama. Kekeluargaan, persahabatan itu tidak ada artinya bagimu. Kau adalah satu dari sekian banyak orang egois yang mementingkan kejayaan klan dibanding penderitaan anak kecil yang sudah turun tangan dalam masalah sialan ini."

"Aku tebak, tujuanmu setelah ini ingin menjadikan klan mu nomor satu dan klan-klan lain tunduk sebagai budaknya. "

"Atau mungkin hanya klan tertentu yang menjadi budaknya"

"Klan Uchiha... "

Azumi mengakhiri kalimat tersebut dengan mantap membuat orang didepannya tak percaya. Seringai tak terhindarkan dari wajahnya. Tentu ia terkejut dengan semua penuturan yang Azumi jelaskan namun yang terakhir... Ia bahkan tidak bisa berkutik apa - apa. Wanita ini lebih buas dari perkiraannya.

Aktualisasi Konoha | TobiramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang