8 ● Pertanyaan Besar

210 25 5
                                    

sepertinya ini akan menjadi last part di september ini karna besok ada PTS. Hiatus bentar tapi gatau juga ya... btw happy birthday to me !!!

additional note : kinda weird pengalaman pertama nulis di HP (typo mulu :)

xxx

"GILA !!!" Sang pria dengan rambut berwarna perak berteriak dengan napas terengah-engah

"Kecilkan suaramu, Tobirama !" seru sang Hokage.

"Apa yang dia katakan tentang Batu Uchiha itu tidak masuk akal kak. Sampai kapanpun dia tak akan pernah menjadi Hokage !"

"Tobirama, aku ingin memerintah desa ini dengan demokrasi, dengan adil. Semua orang wajar dan berhak menjadi Hokage." kata Hashirama dengan tegas.

"Iya aku tahu, tapi bukankah kau sudah lihat sekarang ? Ia akan meinggalkan desa dan memberontak. Bagaimana jika ia yang sekarang menjabat menjadi Hokage kak ? pikirkan itu !" pekik Tobirama lebih tenang. Sang kakak pun terlihat sedang berpikir.

"Aku minta maaf. Itu tidak disengaja" seru Danzo sambil membuang muka.

"Hei kalau meminta maaf yang tulus dong Hahahaha" seru anak sebelahnya seraya tertawa melihat Danzo meminta maaf dengan gugup.

"Bukan urusanmu, Hiruzen" Sang anak terlihat kesal.

"Tak apa aku maafkan," seru Azumi tersenyum lembut.

"Aku minta maaf atas perbuatan temanku ya nee-chan, aku berjanji hal itu tidak akan terulang lagi. Mohon diwajarkan ya kak, temanku yang satu ini memang aneh Hahaha" seru Hiruzen yang berhasil membuat Danzo melotot sedang Azumi hanya tertawa melihat kelakuan mereka berdua.

"Hiruzen, ayo pulang !" tiba tiba terdengar suara bariton dari ujung taman tempat para orang tua berkumpul, terlihat laki laki melambaikan tangannya.

"Ayah !" pekik Hiruzen girang. Ia segera pamit pada Danzo dan Azumi.
"nee chan, Danzo aku pamit dulu ya, sampai jumpa !" seru Hiruzen berlari pada ayahnya yang dibalas lambaian oleh Azumi sedsng Danzo menatap itu iri.

"eh Sasuke-sama" terdengar beberapa orang tua membungkukan badannya kepada ayah Hiruzen. Ayahnya tersenyum sedikit lalu berjalan pergi menggandeng anak laki-lakinya.

Azumi melihat logo klan di belakang baju Ayahnya Hiruzen.
"Klan Sarutobi, tidak salah yang tadi pasti Sasuke Sarutobi" batin Azumi. Azumi tentu mengenal klan ini. Ia segera tersadar bahwa taman sudah mulai sepi namun Danzo masih berada di dekatnya. Tatapannya terlihat iri pada Hiruzen dan ayahnya, begitupula pada anak lain yang berjalan pulang dengan orang tuanya.

"Eh danzo, kau belum dijemput Ayahmu ?" tanya Azumi khawatir, pasalnya Danzo lah anak terakhir di taman ini, semua sudah pulang ke rumahnya masing-masing.

"Dia sudah meninggal dalam perang."  jawab Danzo pelan, menghadap kosong. Jawaban Danzo membuat Azumi terkejut, ia sekarang memahami tatapan Danzo pada Hiruzen sekarang.

"Eh maafkan aku," Azumi meminta maaf menanyakan hal yang salah pada Danzo.

"Tidak apa, aku pulang sekarang" ujar Danzo dingin seraya melangkahkan kakinya pulang. Azumi iba pada anak itu, disaat orang lain pulang bersama orang tuanya, anak itu dengan mandiri pulang ke rumahnya sendiri.

Azumi menatap logo di baju Danzo. "Klan Shimura" batin Azumi, tentu ia juga tahu klan itu. Tiba tiba Azumi tersadar sesuatu.

"Oh iya jacket !!!" pekik Azumi. Bagaimana ia bisa lupa, ia belum mengembalikan jacket Tobirama.
Namun yang menjadi masalah adalah ia belum tahu dimana rumah Tobirama. Setelah berpikir lumayan lama, ia lebih baik kembali ke kantor Hokage dan menanyakan alamat rumah Tobirama untuk mengembalikan jacketnya. Ia segera berlari dari taman berbalik menuju kantor Hokage.

"Tobirama aku mengetahui kekhawatiranmu," seru Hashirama sabar, berbeda dengan Tobirama yang dari tadi menumpahkan amarahnya dengan berjalan mondar mandir.

"Cepat atau lambat ia pasti akan menyerang desa kak, kau harus segera mencari dan membunuhnya." seru Tobirama.

Tidak terima dengan kalimat akhir Tobirama, Hashirama bangkit dadi duduknya dan sedikit menggebrak meja.

"Tobirama, jaga ucapanmu !" Kata-katanya tajam dan suaranya meningggi.

"Buka matamu kak ! Kau adalah pemimpin di desa ini ! Siapapun yang berniat menghancurkan desa ini, kau harus mencegahnya kak ! Baik itu Keluargamu atau Sahabatmu atau siapapun ! Mereka adalah PENGKHIANAT" Seru Tobirama penuh penekanan di setiap kata nya. Suaranya sangat keras hingga terdengar sampai luar.

"Tapi––" ucapan Hashirama terpotong dengan sebuah ketukan pintu. Hashirama duduk menenangkan emosinya, begitupula Tobirama dengan napas yang terengah-engah.

"Masuk" seru Hashirama tegas.

Tampaklah Azumi dengan sebuah Jacket di tangannya. Ia kaget melihat perawakan laki laki berambut perak itu. Ternyata daritadi lelaki itu belum pulang dan masih ada di kantor ini. Ia maju mensejajarkan posisinya dengan Tobirama. Namun laki laki itu belum melihat siapa yang datang.

"Hokage sama.." seru Azumi. Tobirama yang mendengar suara Azumi terheran lalu menengok, tidak jauh darinya Azumi sedang berdiri menatap sang Hokage.

"Aku datang kesini tadinya ingin meminta alamat rumah Tobirama untuk mengembalikan jacketnya, namun karena Tobirama sudah berada disini aku akan mengembalikan langsung padanya."

Tobirama yang mendengar namanya disebut, terkejut. Ia menatap Azumi dan benar Jacketnya ada di tangan Azumi.

"Baiklah" seru Hashirama, Azumi berjalan dan memberikannya pada Tobirama.

"Ini jacketmu, maaf aku lupa mengembalikannya" kata Azumi seraya menyodorkan jacket itu ke Tobirama.

"Hn" jawab laki laki itu cuek sambil menerimanya.

Azumi berjalan ke posisi semula untuk izin pergi dari ruangan itu. Sedang Tobirama masih tinggal di tempatnya. Dan dibalas anggukan oleh Hashirama sambil tersenyum. Namun setelah beberapa langkah, Ia berhenti karena Hashirama mengatakan sesuatu.

"Namun aku rasa aku juga bisa memberikan alamat Tobirama jika kau mau" kata Hashirama menggoda dan langsung mendapat tatapan tajam dari Tobirama.

"Tidak perlu Hokage-sama Terimakasih" seru Azumi masih membelakangi, lalu cepat cepat keluar dari ruangan itu berusaha menyembunyikan wajahnya.

Setelah Azumi keluar Hashirama menggoda Tobirama dengan tersenyum sambil mengangkat alisnya melihat jacket itu. Sepertinya ia menuntut penjelasan.

Namun apa daya, Tobirama tetaplah Tobirama. "Aku pulang sekarang" seru Tobirama dingin lalu keluar dari ruangan itu. Saat berjalan ia melihat ke arah jendela dan menemukan Azumi berjalan menuju gerbang pintu keluar. Tobirama menatap dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ia berpikir apakah Azumi mendengar omongannya dengan kakaknya barusan ?

Sedangkan orang yang ditatapnya berjalan dengan raut wajah serius. Ia memikirkan satu kata yang meninggalkan banyak sekali pertanyaam di kepalanya. pengkhianat.

"Apakah ada pengkhianat di desa ini ? Siapakah dia ?" batin Azumi.

Aktualisasi Konoha | TobiramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang