"Bagaimana rasa masakanku?" Sebuah tanya diberikan Helena begitu Austin memakan beberapa sendok masakan buatannya.
"Hmmn ... enak," puji Austin, dan kembali menyuap sesendok demi sesendok lasagna beef, makanan khas Italia yang dibuat oleh Helena. Hasil dari kursus memasak. Perempuan itu mungkin ahli dalam bidang houte couture.
Helena tersenyum mendengar pujian suaminya. Austin menatap Helena yang masih menopang dagunya menggunakan kedua tangan di atas meja makan, menatap dirinya.
"Aku tahu aku tampan, tapi tolong, jangan menatapku seperti itu."
Perempuan itu mendengkus. "Kamu jangan berpikir jika setiap kali aku memandang wajah jelekmu, aku tengah mengagumimu. Aku hanya berpikir, setan apa yang telah merasukiku saat itu sampai bisa menjadi seorang istri dari pria sepertimu."
Austin mendengarkan ocehan Helena tanpa berniat menyela. Perempuan itu masih mengoceh. "Entah mantra apa yang kamu berikan padaku hingga aku tidak bisa membencimu."
"Jadi, kamu bahagia bersamaku?" Austin yang baru saja menyelesaikan makanannya menatap Helena.
"Apa kamu mencintaiku?" Helena bertanya, meminta pengakuan Austin sebelum mengatakan betapa bahagianya dirinya bersama lelaki ini.
Austin mencondongkan tubuhnya untuk bisa menyentuh pipi Helena dengan jemari hangatnya. "Aku mencintaimu," jawab Austin tulus.
Helena lalu menangkap tangan Austin yang tengah berada di pipinya dan menggenggamnya erat. "Aku selalu bahagia bersamamu selama kamu mencintaiku."
Austin tersenyum puas mendengar pernyataan tersebut. Dia menarik tangannya yang masih berada dalam genggaman tangan Helena.
"Bersiaplah, kita akan pergi setelah ini kita akan pulang ke Jakarta." Austin berdiri, melangkah pergi dari meja makan bersama seorang Asisten.
***
Malam ini agak dingin dari biasanya, Kenan menyulut rokoknya untuk sekadar menghilangkan kebosanan di sudut sebuah kelab malam Exodus Club dalam Kuningan City Mall. Sebuah gelas kaca bening yang berisikan cocktail itu hampir tidak tersentuh sama sekali, bahkan lelaki itu hanya meliriknya sesekali dengan pandangan malas. Jika bukan karena ada janji dengan seorang teman, Kenan Pradipta tidak akan datang ke kelab ini. Duduk seorang diri sambil dilirik beberapa orang yang ingin mencoba dekat dengannya; dalam artian sekadar untuk menjadi teman tidur.
Dari kejauhan seseorang tengah memerhatikan sosoknya sorotan mata penasaran, dan Kenan menyadari itu dia adalah orang yang bisa membedakan antara hanya melihat dan tertarik, karena dia tahu, dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Dengan hanya memakai celana jeans ketat dan kaus abu-abu tipis berlengan panjang, akan tetapi memperlihatkan leher jenjangnya. Tidak ada lelaki mau pun perempuan yang bisa menahan diri untuk tidak melihatnya walaupun hanya sekilas. Kecuali kalau itu orang buta.
Tak lama setelahnya Kenan melihat lelaki itu bertanya kepada salah seorang temannya. Entah apa yang mereka bicarakan. Setelah selesai lelaki yang dari tadi memperhatikan Kenan kini berjalan ke arahnya. Kenan dapat melihatnya melalui ekor matanya, dan meminum seteguk bir bersamaan saat lelaki itu mendudukkan pantatnya di kursi bar samping kiri Kenan.
"Sendirian?" tanyanya. Tersenyum kepada Kenan, lelaki itu melihat sosoknya dari atas ke bawah.
Sedangkan Kenan kembali mengisap rokoknya dan mengembuskan asapnya tanpa menjawab ataupun menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...