"Ahh ..." Yudha mendesah panjang, usai menegak habis sebotol coca-cola ukuran satu liter yang dari tadi dinikmatinya bersama Kenan. Sedangkan Kenan sendiri masih sibuk mengunyah burger. Awalnya, Yudha ingin makan tacos, tetapi niat itu dia urungkan karena Kenan lebih memilih burger keju ukuran jumbo.
Sadar akan dirinya yang sehari tadi diperhatikan oleh Kenan—sambil mengunyah burgernya, Yudha dengan percaya diri bertanya, "Kenapa memperhatikanku terus? Apakah aku tambah tampan?"
Kenan spontan terkekeh. Setelah menelan burger dia bertanya, "Sejak kapan kamu berhenti memakai kacamata?"
"Sejak lulus SMA."
Kenan mengangkat sebelah alisnya, seolah tak percaya.
Yudha menjelaskan. "Kacamata yang kupakai hanya kacamata baca, mataku tidak minus ataupun rabun."
Kenan mengangguk mengerti.
"Ngomong-ngomong, Kenan, boleh aku bertanya? Pertanyaan ini mungkin agak menyinggung masa lalumu."
"Tanyakan saja! Hei, sejak kapan kamu merasa sungkan?" Kenan terkekeh pelan.
Yudha ikutan terkekeh. Dia kemudian bertanya, "Bagaimana hubunganmu dengan Austin?"
"Dibandingkan waktu silam, ya ... bisa dikatakan jauh lebih baik." Kenan kembali menggigit burgernya.
"Aku baru tahu kemarin, ternyata kamu sudah kembali ke Keluarga Keano." Yudha ikut senang, begitu tahu bagaimana kondisi Kenan sekarang. Sedangkan ada hal lain yang membuatnya miris pada sang sahabat; enan telah terjerumus dalam kelamnya hidup pecandu barang terlarang. Sudah banyak dia bertemu orang-orang pemakai barang ilegal tersebut. Beragam alasan Yudha dapatkan. Sebagian besar dari mereka yang mencoba lari dari depresi dan berujung di jeruji besi.
Sewaktu SMA, hanya Kenan teman yang dimiliki Yudha. Kenan selalu membela ketika Yudha dibully—sebab masa lalu ayah Yudha yang seorang pencuri. Meskipun hanya memiliki satu teman, Yudha senang. Apalagi hari pertama Kenan masuk di JIHS. Dia dengan ramah meminta Yudha agar memperbolehkannya duduk satu meja dengan. Yudha pun menerima dengan senang hati. Sejak saat itu, keduanya berteman baik.
Sekarang, sebagai sahabat, Yudha ingin menolong Kenan lari dari kecanduan obat terlarang. Dan dia berjanji, sebisa mungkin akan melindungi Kenan dari jeratan hukum dan jeruji besi.
***
Angin berembus di Rabu malam awal bulan Oktober, tepatnya tanggal 3 tahun 2018. Setelah puas dinner berduaan dengan Helena, Austin berencana akan mampir ke salah satu butik langganan. Membeli beberapa lembar jas sebagai hadiah ulang tahun untuk seseorang. Tak peduli siapa pun yang berada di sisinya, dengan siapa ia, melakukan apa pun dirinya. Austin tidak pernah mengenyahkan Kenan dalam pikirannya.
Jika ada yang beranggapan bahwa— Austin ingin memiliki keduanya, orang itu telah keliru. Perhatian penuh yang dia curahkan kepada Helena, itu semata adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Juga sebagai bukti pedulinya pada calon buah hati. Austin membutuhkan calon penerus untuk perusahaannya di masa depan. Terlepas masihkah dia berstatus sebagai suami Helena—ataukah nanti urutan kedua dalam daftar kartu keluarganya adalah nama Kenan. Tak peduli kartu keluarga itu sah atau tidak secara hukum.
Austin berencana akan menikahi Kenan di masa depan. Tak tahu kapan hari itu tiba. Lima tahun lagi? Sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Entahlah. Namun, dalam benaknya telah ada bayangan tentang dua orang lansia yang saling duduk di balkon rumah sembari mendengarkan musik klasik saat mereka masih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...