30. Chapter XI: A Tree

269 16 0
                                    


"Aktor multitalenta, Farrel Moni Elvano, tertangkap kamera wartawan sedang bersama seorang wanita seusai menonton pertunjukan musik klasik di Jakarta Music Hall ..."

Melalui televisi, seorang wanita—pembawa acara berita selebriti sedang mengabarkan berita terhangat pekan ini. Suaranya berbaur dengan bunyi peralatan makan. Tepat di ruang makan mansion keluarga , tiga orang lelaki tengah asik menikmati menu santapan makan malam mereka. Tak ada sedikitpun minat dari ketiganya-untuk melirik pada layar televisi yang terpasang di dinding ruangan berupa konter bar mini yang berbatasan langsung dengan ruangan makan.

"Makanlah yang banyak, aku tak mau kamu kurus," Monsieur Serge berujar, usai meletakkan sepotong steak saus teriyaki ke dalam piring Kenan yang letak duduknya menghadap langsung kepadanya. Lelaki paruh baya itu baru saja pulang dari rumah sakit petang tadi dengan kondisi yang begitu sehat, setelah tiga hari penuh menginap di rumah sakit.

Menusuk daging panggang menggunakan garpu, Kenan langsung melahapnya setelah mengangguk singkat sembari tersenyum pada Monsieur Serge.

Di sebelah ayahnya, Austin memperhatikan kedua lelaki berbeda usia itu. Ekspresinya biasa saja, tanpa berkomentar apa-apa. Dipotongnya sepertiga steak saus lada hitam miliknya, lalu diletakkannya di piring Kenan yang daging panggangnya baru dimakan sesuap.

Makan malam kali ini istimewa. Jadi, karena itu, Monsieur Serge memesan mix steak daging sapi Kobe.

"Makan juga yang itu," pinta Austin, tak mau kalah dengan ayahnya untuk memberikan perhatian lebih. Sudah jelas sekarang, tak seperti dahulu-perasaan iri ketika sang ayah lebih memperhatikan Kenan dibanding darinya-sudah tak ada. Karena Austin mencintai Kenan, sebagaimana ayahnya menyayanginya. Namun, jelas keduanya memiliki jenis cinta yang berbeda.

Menatap pada saudara atau yang lebih tepatnya sang kekasih, senyuman yang lebih lebar. "Terima kasih, Austin."

Lelaki itu balas tersenyum meski mulutnya tengah sibuk mengunyah.

Menyaksikan keakraban dua putranya, Monsieur Serge ikut senang. Beberapa saat dia perhatikan, Austin dan Kenan tak berhenti saling melempar tatap. Jenis tatapan yang membuatnya berpikir akan hal yang janggal, tetapi apa?

Dahulu, saat masih remaja, keduanya tidak pernah sedekat ini. Sebagai seorang ayah, dia selalu berharap keduanya dapat akur. Dan sekarang keinginannya terwujud. Namun, dia merasa bahwa kedua putranya bisa dikatakan terlalu akrab.

Monsieur Serge bertanya, "Kau tak mengajak istrimu?"

Austin sedikit tertegun atas pertanyaan itu. Dia bergumam, "Istriku?" Netra langsung dia alihkan kepada Kenan.

Lelaki itu masih mengunyah, karena merasa diperhatikan, dia menatap balas.

Beberapa detik kemudian baru Austin tersadar. "Helena bilang sedang ada urusan."

Seorang Austin hampir saja melupakan siapa istrinya, Kenan atau Helena? Sejak pertengkarannya dengan perempuan itu tiga hari yang lalu, Kenan yang mengurusi keperluan kecil seperti mengancingkan kemeja, mengikatkan dasi, dan memberinya kecupan ringan di bibir.

"Apa kalian sedang terlibat masalah?" Ayahnya bertanya lagi, tanpa menatap langsung kepada Austin.

Austin diam sesaat. Dia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi antara dia dan isterinya. Di satu sisi, dia juga tidak bisa berbohong. "Itu ..." Austin agak kesulitan menjawab, "hanya sedikit kesalahpahaman."

Ayahnya mengangguk pelan tanda mengerti. "Jika kalian punya masalah, selesaikanlah secara pribadi dari hati ke hati. Perceraian bukanlah jalan keluar yang bagus. Kuharap kamu tidak mengikuti jejakku yang gagal dalam pernikahan dengan perempuan itu."

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang