32. Chapter XII: Trapping The Actor

241 14 0
                                    

Butuh waktu lebih dari satu jam bagi Kenan untuk sampai ke tempat tujuan.

Saat taksi yang ditumpanginya berhenti, Kenan langsung disuguhkan bangunan besar yang dikelilingi pagar besi dan kawat berduri. Jika dilihat dari jauh, kawat-kawat berduri itu seolah dapat bergerak dan hidup, siap menangkap dan melilit siapa saja yang mencoba melarikan diri.

Tanpa pikir panjang, Kenan segera keluar dari taksi, tak lupa membayar ongkosnya sebelum pergi. Dari bawah sampai atas, dia memandang bangunan yang jaraknya masih lima puluh meter itu. Sementara taksi yang tadi ia tumpangi sudah pergi jauh.

Penjara ini berisikan narapidana dengan tingkat kejahatan seperti; pembunuh, pemerkosa, koruptor, bandar narkoba, teroris dll.

Kenan berpikir, mengapa narapidana jenis seperti itu tidak ditempatkan di pulau terpencil saja? Pulau Fiji contohnya.

Ingat untuk apa tujuannya ke tempat ini, Kenan segera membuang pikiran tentang mengurusi narapidana.

Begitu masuk, Kenan hanya perlu menunjukkan kartu identitasnya—sebagai salah satu keluarga Leon Keano—kepada seorang sipir. Dan dengan senang hati, sipir itu mengantarkannya untuk bertemu salah satu narapidana yang ingin Kenan temui.

Melewati lorong demi lorong, Kenan menatap apatis pada deretan sel berteralis besi—yang seolah tengah membelenggu binatang buas di dalamnya. Ketika Kenan membalas tatap pada salah satu narapidana, jenis tatapan lapar penuh berahi yang dia dapatkan.

"Jangan tanggapi tatapan dari mereka, Pak. Beberapa adalah narapidana yang terjerat kasus pemerkosaan dan homoseksual." Sipir itu memberitahu. "Mereka bahkan lebih rendah dari binatang."

Kenan tak menanggapi. Baginya, tatapan seperti itu tak berpengaruh apa-apa. Bukan karena Kenan tak menanggapi, melainkan sudah seperti pemandangan sehari-hari. Orang-orang di dunia bawah—sering kali menatapnya seperti itu. Satu alasan mereka tidak memangsa Kenan ialah Markus. Mereka  takut dengan lelaki itu, tetapi di sisi lain, dirinyalah yang harus dimangsa lelaki itu. Juga, dari singa jantan yang mengklaim—dirinya adalah miliknya. Jika Kenan hanya berdua dengan si singa di kandangnya, si singa pasti langsung berahi.

Hanya melalui sepuluh sel, sipir itu sampai mengantarkan Kenan pada sebuah sel—tempat seseorang yang ingin Kenan temui.

Padahal, Kenan tak perlu sampai mendatangi sel jika sekadar berbicara. Dia bisa saja menunggu di tempat pertemuan yang dikhususkan untuk narapidana bertemu dengan orang luar. Hanya saja, bagi Kenan, tempat itu tak leluasa berbicara, maka dari itu, Kenan sampai menunjukkan kartu namanya sebagai anggota keluarga Keano dan memberikannya sedikit sogokan untuk sipir yang mengantarnya ini.

"Tahanan Randi Hammani, ada seseorang yang ingin menemuimu."

Seorang lelaki tengah berbaring di atas mantras biru—tempat tidurnya, melirik sekilas melalui ekor matanya kepada sipir. Mendapati sipir tersebut tak sendiri, keningnya mengernyit singkat.

Randi bangun dengan malas. Sedang, si sipir membuka sedikit jeruji sel. Masuklah setelahnya lelaki tampan berjas hitam dengan bibir yang melengkungkan senyum tipis. Senyuman itu untuk Randi—Kenan berusaha membangun kesan ramah di pertemuan mereka yang pertama.

"Tinggalkan kami berdua!" pinta Kenan. Sipir itu mengangguk singkat, serta mengunci kembali sel dari luar untuk berjaga-jaga.

Begitu derap langkah sipir kian memudar, sebelum atmosfer sunyi tercipta, Randi lebih dulu membuka suara. "Apa kita pernah bertemu?" tanyanya sambil sandarkan punggung ke tembok.

Kenan masih berdiri di dekat pintu, masih setia dengan senyumannya.

"Kita memang tidak pernah bertemu, tetapi ... kurasa kita pernah tersakiti oleh orang yang sama." Lekukan bibir Kenan terkesan hambar, usai dia membalas.

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang