"Kenan!"
Suara rendah berdenting di telinga Kenan, begitu dirinya keluar dari toilet khusus pria. Kenan menoleh dan mendapati sosok perempuan tersenyum manis kepadanya.
Bersikap apatis seolah tak mengenal perempuan itu, Kenan kembali melangkah, sebelum Freya berseru, "Menyerah lah, Kenan! Helena sudah mengetahui apa rencanamu."
Mendengar hal itu Kenan mendelik di tempatnya berpijak, menatap Freya dengan ekspresi yang tumpah tindih.
***
Di tempat parkir. Austin menatap arlojinya beberapa kali. Sudah lebih dari lima menit sejak Kenan ke toilet. Namun, lelaki itu tak kunjung kembali.
Tetap menunggu, atau menyusul. Austin mondar-mandir di samping mobilnya selama kurang lebih satu menit sambil menggenggam kunci mobilnya. Hingga tiga detik berikutnya, lelaki itu tanpa pikir panjang langsung menyusul Kenan di toilet.
***
"Tinggal satu minggu lagi, bisakah kamu mendapatkan uang sebanyak itu darinya? Kamu gak mungkin meminta langsung kepadanya, 'kan?"
"Memang tidak," jawab Kenan, matanya menatap dingin Freya lalu melanjutkan, "Berapa kali lagi aku harus mengatakan padamu, pergilah dari hidupku!" Kenan menekankan setiap kata-katanya.
Freya terdiam tak dapat berkata-kata. Seteguk saliva ditelannya guna membasahi tenggorokan yang terasa kering. Seolah dirinya baru saja menjelajahi gurun pasir.
Toilet sekarang tengah sepi. Tak ada seorang pun selain Kenan dan Freya. Saat samar-sama suara langkah kaki yang mengetuk lantai mendekat. Sigap Freya menarik Kenan ke dalam toilet dan memohon untuk tak memberontak saat lelaki itu membulatkan matanya. Si pemilik dari suara langkah kaki tadi sudah berdiri tepat kepada Kenan berpijak. Matanya menatap sekitar toilet dan membuka setiap baliknya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya. Memegang sebuah pistol yang disembunyikan dari balik jaket kulit yang dia pakai.
Derit pintu yang dibuka perlahan menyambangi pelan telinga Kenan dan Freya. Tiap pintu dari satu persatu dibuka, bersamaan dengan langkah pelan sepasang tungkai yang menjejakkan lantai.
Dalam toilet, Kenan dapat mendengar Freya meneguk saliva kasar. Sedang atensinya terpaku tegang pada pintu toilet. Getar dari jemari milik perempuan itu yang memegangi lengannya, menahannya untuk tetap diam seolah merambat ke jantungnya. Membawa degupan menggema sampai ke telinga.
Sepasang sepatu boots itu bergerak pelan, semakin mendekat dan semakin mendekat pada bilik toilet tempat Freya dan Kenan bersembunyi.
Ada dua toilet khusus di restoran Jepang itu. Wanita dan Pria. Kedua toilet dibatasi lorong menuju tempat pembuangan sampah di belakang restoran. Di setiap toilet ada empat bilik toilet dan tiga buah wastafel. Kenan dan Freya bersembunyi di toilet panggil ujung sebelah kiri. Sedang, orang misterius membawa pistol itu membuka tiap bilik toilet dimulai dari kanan.
Derit pintu meraung. Orang itu sudah membuka tiga bilik, tinggal satu bilik yang tersisa. Yaitu bilik tempat mereka bersembunyi.
Tepat di depan pintu yang tertutup, orang itu berdiri. Kenan dapat melihat sepasang sepatu boot hitam dari balik celah pintu toilet. Seperti Freya, Kenan ikut meneguk ludah kasar. Keringat mengaliri pelipisnya. Bersembunyi dari bahaya. Berdiam diri dari rasa takut. Hal seperti ini sudah pernah dialami Kenan sebelumnya. Bahkan hampir mendekati kata sering. Namun, untuk yang kali ini, rasa takut yang menyambangi hati dan pikirannya begitu sulit untuk ditepis.
Kenapa? Kenan bertanya pada dirinya sendiri. mengapa dia begitu takut saat ini? Apakah karena masalahnya yang terus bertambah-menumpuk, menjadi beban pikiran dan hatinya. Hingga menimbulkan kecemasan yang terlalu berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...