13. Chapter V: Underneath The Black Umbrella

729 30 0
                                    

Malam ini Austin menghabiskan waktu luangnya ditemani sebotol wine dan sebungkus rokok. Lelaki itu juga perokok, tetapi tak sesering Kenan. Ia tak beranjak dari balkon kamarnya sejak satu jam yang lalu. Bayangan wajah Kenan pada malam mereka menghabiskan waktu bersama setengah malam di hotel kembali berputar di benaknya. Dia tak habis pikir mengapa dia mengajak lelaki itu ke hotel untuk memuaskan nafsunya, padahal dia sendiri sudah beristri.

Kenan tidak pernah sama sekali menyakitinya, Austin pikir dengan terus membenci dan berlaku semaunya kepada Kenan tidak akan pernah menghasilkan apa-apa kecuali penyesalan seperti yang dilakukannya di masa lalu. Lagipula mereka bukan remaja lagi, mungkin ini saatnya dia membangun ikatan baru dengan Kenan. Seperti yang ayahnya inginkan, yaitu ikatan saudara. Namun, ... bisakah Austin tidak melampaui ikatan itu agar lebih jauh?

Sebuah kebenarannya sederhana bagi Austin jika dirinya takut untuk mengakui jika dirinya telah mencintai Kenan. Pengecut, satu kata yang pantas menggambarkan dirinya sekarang. Austin yang arogan itu, kini tampak tidak bisa berbuat apa-apa. Teringat segala hal tentang Kenan membuat hatinya seakan tercakar-cakar.

Termenung menyendiri beranjak dari tempat duduknya untuk ke suatu tempat, langkahnya sedikit terseok-seok. Hingga sampai di sinilah dia sekarang, di depan pintu bercat coklat tua yang merupakan pintu kamar Kenan.

Apakah dia sudah tidur? tanya Austin dalam hati.

Tangannya perlahan terulur untuk mengetuk pintu itu, tetapi niatnya langsung diurungkan begitu saja mengingat malam ini Helena akan pulang. Sesaat, tangannya kembali tergantung di samping tubuh. Sebelum akhirnya dengan cepat membuka pintu kamar Kenan tanpa permisi.

Pintunya tidak terkunci, perlahan menjejakkan kaki dalam kamar Kenan. Lelaki itu mendapati seseorang yang terlelap di atas tempat tidur dengan selimut yang agak kusut menutupi setengah tubuh. Kenan tidur dengan posisi menyamping tepat menghadap ke jendela dekat pintu, dan itu mempermudah Austin untuk memandangi wajah manisnya dari kejauhan meskipun hal tersebut tampak tak memuaskan keinginannya untuk memandangi Kenan dari jarak yang dekat sampai kakinya terus melangkah mendekati lelaki itu sampai akhirnya Austin tersadar jika dia telah berada di sisi tempat tidur Kenan.

Diam tak bergerak, seperti sebuah patung yang memandangi pemiliknya. Austin merenungkan bagaimana caranya lelaki di hadapannya ini bisa begitu sempurna sekaligus rapuh pada saat bersamaan. Seindah artefak, kebahagiaan menyeruak seperti cendana yang memancarkan bau yang khas. Kenan seperti artefak yang tak kehilangan daya tariknya walaupun pernah terabaikan. Tangannya terulur untuk menyentuh Kenan meskipun tidak bisa memilikinya.

Hanya dengan seujung jari, Austin merasakan embusan napas Kenan menerpa kulitnya lembut, dalam sekejap Austin merasakan seluruh kulitnya dialiri rasa hangat.

Satu bisikan menghasilkan rangkaian kata, "Jika mencintai seseorang lelaki semudah mencintai seorang wanita, hanya dalam satu detik setelah aku menyadari perasaanku, aku akan langsung mengungkapkannya padamu. Tak peduli seberapa banyak cacian dan kebencian yang akan kamu berikan padaku untuk membalas cintaku."

" ... "

"Dari jauh hari setelah kamu pergi sepuluh tahun yang lalu, saat itulah aku menyadari perasaanku. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku tidak pernah membencimu. Namun, rasa benci pada diriku sendirilah yang membuatku menjadikanmu pelampiasan dari kebencian itu. Aku benci hidupku yang tidak pernah bebas dalam memilih segala hal yang aku inginkan. Namun, sekarang aku sudah menjadi seorang pria dewasa, aku bisa memilih jalanku sendiri. Akan tetapi, janji yang terucap kepada Helena tidak bisa aku abaikan begitu saja. Aku tidak ingin menjilat ludahku sendiri, dan menjadi penghianat bagi keluargaku."

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang