23. Chapter IX: Meeting Old Fucking Friends

400 13 0
                                    

Saat membuka pintu, aroma nikotin beserta alkohol yang kental menyambutnya bersama dengan lagu milik Linking Park berjudul Burn it Down yang volumenya tak terlalu keras namun tidak bisa dikatakan tidak berisik. Sofa dan meja kopi panjang, beberapa kotak rokok, tabung rokok elektrik, korek api dan beberapa cangkir kosong juga sebuah meja bilyard yang tak jauh darinya terdiri dari dua lelaki dengan salah seorang duduk di sofa sambil memainkan ponsel.

Menyadari kedatangan seseorang, salah satu dari mereka, laki-kaki berperawakan jangkung membuka suara. "Akhirnya kamu datang." Felix memanggil, menghampiri Austin untuk memberi tepukan ringan di bahu kanan, dan dibalas oleh yang bersangkutan dengan senyuman tipis.

"Ke mana saja lo?" Farrel melempar tanya, diberikannya secangkir vodka dan diterima dengan senang hati oleh Austin.

Tak langsung menjawab, Austin mendudukkan diri di sofa untuk kemudian menyesap vodka. "Gue baru datang dari rumah sakit, ayah kecelakaan dan akhirnya gue harus menemaninya beberapa jam." jelasnya usai vodka dalam gelas tandas.

"Ayah lo kecelakaan?" Brandon tampak sedikit terkejut.

Austin cuma balas mengangguk. Tak berniat menjelaskan lebih rinci perihal ayahnya yang hanya menabrak tiang listrik.

"Ngomong-ngomong, ada seseorang yang ingin bertemu kalian." Austin menatap ketiga temannya bergantian sebelum atensinya berpindah ke arah pintu.

Mengikuti ke arah pandangan Austin, ketiga lelaki di ruangan menampakan raut terkejut begitu sosok figur yang sudah lama tak mereka temui.

"Hai!" Kenan menyapa, bibirnya mengembangkan senyum tipis.

"Kenan Pradita, lama tak bertemu." Farrel yang lebih dulu menyambutnya, lelaki itu cepat menghampiri dan ...

Bunyi "bruk" terdengar jelas memasuki rungu keempat lelaki dalam ruangan, tak terkecuali Kenan. Farrel telah memojokkan tubuhnya agak kasar pada pintu setelah ditutup.

Gestur tenang Kenan tak cukup untuk menutupi ringis pelan yang sempat keluar dari bibirnya. Mengangkat satu alis, Kenan balas menatap lelaki berwajah dingin dengan garis wajah yang bisa dikatakan mirip dengan kekasih rahasianya. Ralat kata rahasia, karena ketiga lelaki dalam ruangan itu sudah mengetahuinya.

"Sungguh sebuah kejutan luar biasa lo mau kembali berkumpul bersama kami," ucap Farrel, tangan kanannya terulur untuk menyentuh surai hitam Kenan. Namun, belum satu helai pun dapat tersentuh lelaki itu, Kenan lekas menangkap pergelangan tangan Farrel lalu dia cengkraman erat. Kenan tahu, lelaki itu pasti akan langsung menarik rambutnya.

Reaksi cepat Kenan di luar dugaan Farrel, dia memicingkan mata atas tindakan Kenan barusan. Lelaki itu balas menatap penuh ketidaksukaan.

Untuk sekilas, keheningan turut bergabung bersama mereka sebelum Felix berseru, "Jangan melakukan hal yang sia-sia, Farrel!"

Sekejap, sudut mata Farrel melirik kepada lelaki jangkung itu sebelum kembali melihat Kenan dan berkata, "Lepaskan tanganku!"

Sebelah sudut bibir Kenan berkedut-tampak hendak membuat senyum miring walau diurungkan. Netranya menatap bergantian seluruh orang yang berada dalam ruangan, dan berhenti di manik Austin yang tersirat kecemasan meski wajahnya datar seperti biasa. Sementara Felix hanya bersikap santai, dan Brandon yang tampak apatis.

Sebelas tahun berlalu sejak hari itu. Dan seperti inilah pertemuan Kenan dengan teman-teman lamanya. Pikirkan lagi. Apakan pantas status teman disematkan pada mereka? Apakah kata teman begitu murahan jika Kenan menganggap mereka teman setelah apa yang mereka lakukan kepadanya sebelas tahun lalu?

Lupakan sejenak masa lalu. Kenan akhirnya melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Farrel. Sementara lelaki itu mengelus pergelangan. Kenan berjalan mendekati meja bilyar dan duduk di atasnya.

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang