-
Austin menguap begitu tungkainya melangkah memasuki pintu utama penthouse. Di belakangnya, seorang lelaki yang diketahui adalah saudara angkatnya mengikuti.
Jikalau malam tadi Austin tidak bergadang semalam; duduk berjam-jam dalam mobil sambil menahan rasa kebas di bagian paha-karena tubuh bagian itu dipakai untuk memangku Kenan yang terlelap selepas mabuk, dia tidak akan pulang dengan wajah kuyu.
Sebenarnya, Austin bisa saja membangunkan Kenan untuk beralih tempat setelah dia membopongnya menuju mobil sebelum Kenan sepenuhnya tak sadarkan diri. Namun, niat itu urung dia lakukan. Wajah manis Kenan menjadi penyebabnya, wajah manis yang begitu damai dalam lelap ketika si empunya terbaring nyaman dalam pangkuannya. Menenggelamkan Austin dalam pesonanya agar ia terus memandanginya, sesekali mengelus wajah tampan sekaligus manis milik kekasih gelapnya itu.
Membentangkan lengannya guna melemaskan otot-ototnya, Austin bertanya tanpa, sebelum merespons salam Pelayan Rhys yang telah sepuluh tahun bekerja pada keluarganya. "Di mana Helena?"
Pelayan Rhys berkedip. "Nyonya belum pulang dari tadi malam, setelah dia lekas-lekas pergi." Sama dengan Austin, lelaki paruh baya itu juga terkejut. Dia mengira Austin tahu ke mana istrinya pergi, tetapi ternyata tidak.
Sementara di samping Austin, Kenan memandang lelaki itu yang tampak terlihat cemas. Bibirnya berkedut hendak menciptakan senyuman timpang sebelum dia memilih berpaling dan pergi ke kamarnya di lantai atas dengan mengulum senyum yang sempat ditahannya beberapa detik lalu saat Austin masih memandang kepadanya.
Baru empat langkah Kenan beranjak dari sana, bariton tegas memanggil, "Kenan!"
Kenan berpaling, dengan senyum timpang yang sudah menghilang di wajah. "Ya?" Ekspresinya dibuat sepolos mungkin, menatap Austin yang entah sudah sejak kapan raut ngantuk yang sedari tadi merundung wajahnya telah sirna.
"Aku ingin bicara denganmu."
Kenan terkesiap detik lengan kanannya digenggam erat oleh jemari kuat Austin, lelaki itu membawanya ke lantai atas tanpa peduli pada Pelayan Rhys yang agak melongo atas perubahan drastis Austin menarik Kenan serta membawanya menaiki tangga dan pergi ke sayap kiri penthouse yang tak lain adalah tempat Kenan menginap selama numpang tinggal dengannya. Ralat kata numpang tinggal, karena mereka sepasang kekasih dari hubungan gelap itu bisa dikatakan tinggal bersama.
Pintu bercat coklat itu ditutup rapat oleh Austin begitu keduanya sampai dan tangannya yang memegang kuat lengan Kenan dilepaskan.
Sementara punggung bersandar pada pintu, netranya menatap lurus Kenan yang juga menatapnya lekat. Kenan tahu betul, apa yang dikatakan dalam iris gelap milik lelaki itu kepadanya-meskipun bibir si empunya masih tertutup rapat.
"Tadi malam, istriku melihat kita melakukannya, 'kan?"
Tepat seperti yang Kenan pikirkan. Austin pasti menanyakan hal itu kepadanya. Jadi, apakah dia harus malu seperti wanita jalang karena ketahuan merayu suami orang? Bukan hanya sekadar merayu, mereka bahkan sampai bercinta dengan liarnya.
Masih segar dalam pikiran Kenan setiap detik saat sesi dirinya bersanggama dengan lelaki yang berstatus suami orang ini malam tadi.
Lantas, apakah dia harus malu?
Jika kata malu diingatkan kepadanya, dirinya secara otomatis akan mengingat saat dimana lelaki itu dulu mengajaknya nonton video rekaman dirinya yang digilir saat kerja kelompok. Waktu itu, Austin mengatakan jika harga dirinya bahkan tak lebih dari satu rupiah saat dia melempar selembar uang tersebut tepat di depan Kenan sebagai harga jasa dirinya menemani teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...