Meski laju motor Austin sudah dalam tempo sedang. Namun, debar jantung Kenan masih belum melambat ke batas normal. Masih berdegup kencang dalam dada, seolah hendak mematahkan tiap rusuk. Pun, gemanya merambat ke tubuh lelaki di depan yang masih dipeluknya erat.Yah, setidaknya Kenan bisa lebih tenang begitu atensinya menangkap papan nama besar bertuliskan Hotel Leon Company.
Helaan napas meluncur mulus dari mulut Kenan, seperti motor bermesin 1000cc itu-yang kini meluncur menuju gedung elite tersebut.
Letak gedung Hotel Leon Company di sebelah kiri, sedang mereka di sebelah kanan. Melirik sekilas pada kaca spion-memperhatikan jalan dengan saksama, lantas Austin pun berbelok untuk menyebarang di perempatan. Begitu motornya berbelok, tanpa diduga, dari arah kiri sebuah mobil Mercedes Benz hitam melaju pesat ke arah mereka.
Beruntung Austin sempat mengerem motornya, tabrakan pun dapat terelakkan.
"Oi!"Austin berteriak, detik mobil Mercedes Benz tersebut memelankan lajunya.
Entah karena teriakan Austin atau tak berhasil menabrak mereka. Namun, jelas si pengemudi menatap tajam dua orang yang turun dari motor yang mereka tunggangi-melalui kaca spion. Fokusnya tertumpu pada pemuda manis yang juga menatap mobilnya dengan ekspresi resah.
"Keparat itu!"Austin mengumpat, hendak mendatangi si pengemudi yang mobilnya telah berhenti jarak sekitar sepuluh meter dari mereka. Namun, langkahnya terhenti tatkala sepasang tangan memeluk lengannya erat.
"Austin hentikan! Kita tak punya waktu berurusan dengan seseorang." pinta Kenan, mencoba mengurungkan niat lelaki tersebut untuk mendatangi si pengemudi. "Kumohon ..." sambungnya.
Menatap wajah Kenan yang juga menatapnya, Austin dapat melihat ada ketakutan yang melintas melalui manik coklatnya, tangannya semakin erat memegangi lengan Austin.
Dua pertanyaan muncul di benak Austin; apa yang menyebabkan Kenan memancarkan raut ketakutan seperti itu? Shock karena hampir tertabrak, ataukah karena si pengemudi mobil Mercedes Benz tersebut?
Untuk kali ini, Austin mengalah. Lelaki itu menarik napasnya panjang, lalu dihembuskan perlahan. Itu terjadi dua kali bersamaan dengan perginya mobil Mercedes Benz karena diabaikan setelah Austin berteriak memanggilnya.
"Tks, siapa orang gila itu?" Decakan lidah terhempas kasar, begitu dia merogoh saku jasnya untuk mengambil sesuatu, ponsel.
Sebelum mobil itu hilang sepenuhnya dari pandangan, Austin mengarahkan layar ponselnya pada plat mobil tersebut. Namun, belum sampai kamera menangkap gambarnya, Kenan merebut dan mencium bibirnya.
Aksi Kenan ini tentu saja menimbulkan keterkejutan dari diri Austin. Lelaki itu terdiam beberapa saat ketika Kenan menekan bibitnya dengan bibir ranumnya. Austin merasa-waktunya seakan terdistorsi beberapa saat sebelum ciuman itu terlepas. Tak memedulikan pengendara ataupun pengguna jalan yang melewati mereka. Kenan menatap lekat Austin untuk memperhatikan ekspresi lelaki itu. Matanya berkedip dua kali, bibirnya terkatup rapat-sedikit tertegun atas keberanian Kenan yang nekat menciumnya di depan umum.
Sejujurnya, berciuman di depan publik adalah sesuatu yang lumrah bagi Austin. Dia sering berciuman dengan Helena setelah dirinya memenangkan pertandingan MotoGP yang setiap tahun dia ikuti-sebelum menjadi CEO di Hotel Leon Company menggantikan ayahnya. Namun, kali ini sensasinya berbeda. Bukan karena dia tidak sedang memenangkan balapan, melainkan orang yang menciumnya kali ini membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda, karena orang adalah Kenan.
"Ayo pergi!" ajak Kenan. Dia mengakhiri tatap mereka untuk kemudian mengambil helmets dan memasangnya kembali.
Manik gelap Austin mengikuti ke mana lelaki itu pergi sebelum akhirnya tungkainya bergerak menghampiri motor dan mengenakan kembali helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...