29. Chapter XI: A Tree

284 16 0
                                    

397654,397655,397656,397657,397658,397658,397659,397660...

"Huh ..." Entah sudah yang keberapa kalinya, Kenan mendesah frustasi—setelah kode berangkas lemari berbahan dasar besi stainless stell itu selalu tak cocok. Dengan selembar kertas, Kenan tak menyerah mencocokkan setiap digit angka untuk membuka lemari berangkas itu, tanpa melecetkannya sesenti pun.

Ketika mengetahui Austin akan mengadakan pertemuan penting, Kenan segera bergegas pergi ke villa ayah angkatnya, Monsieur Serge. Lelaki paruh baya itu masih berada di rumah sakit, mungkin lusa dia akan pulang. Kesempatan ini tidak ingin dia sia-siakan.

Membuka berangkas milik Serge, di villa mewahnya yang seperti kastil. Kenan awalnya tak punya rencana soal ini. Namun, saat Bernard meminta tolong kepadanya untuk mengantarkan berkas dokumen, niatan itu pun muncul tanpa diminta. Jika dia berhasil mengambil dokumen Hotel Leon Company beserta seluruh aset saham berharganya, Kenan tak perlu pusing tentang segalanya. Yang dia lakukan hanyalah menyuruh Austin menandatangani surat perpindahan kepemilikan. Namun, apakah Austin mau secara sukarela melakukan itu?

401230. Beberapa angkat digit terakhir yang dia tekan, tetapi pintu berangkas tetap tak terbuka.

Ayo berpikir Kenan ... apa kodenya ...

Lelaki itu memijat pelipisnya, yang berdenyut sakit karena telah lama berpikir. Sudah tiga jam dia mencoba membuka berangkas ini, tetapi tak membuahkan hasil.

Suara samar dari knop pintu mengalikan perhatian Kenan. Ketenangannya yang tingal sedikit seolah sirna, begitu mendapati seorang lelaki berdiri di belakangnya—yang sedang mencoba memecahkan kode berangkas milik Monsieur Serge.

"Kukira kamu sudah kembali ke kantor, Kenan."

Bariton milik lelaki yang baru masuk—Bernard—tak menyiratkan nada terkejut sedikitpun ketika dia mendapati Kenan dalam ruangan kantor pribadi kakaknya, Monsieur Serge.

Memasang gestur biasa, Kenan tersenyum kepada Bernard seraya berucap, "Ini juga aku mau kembali."

Dengan tenang, Kenan memasukkan berkas berupa lembaran kertas ke dalam, serta menutup kembali lemari besar berbahan dasar kayu mahoni setinggi hampir dua meter itu. Dalam sana juga terdapat berangkas besi yang kodenya belum berhasil Kenan pecahkan. Dari ambang pintu, Bernard diam memperhatikan Kenan membereskan lembaran kertas yang sebelumnya dia bongkar. Anehnya, lelaki itu tak menunjukkan sedikitpun kecurigaan kepada Kenan—atas tindakannya yang bisa dikatakan lancang.

"Mau aku bantu?" tawar Bernard.

"Tak usah," tolak Kenan.

Sepintas, kecurigaan justru muncul di kepalanya. Bernard tak menunjukkan respons berati setelah mendapati dirinya membongkar hampir seluruh isi lemari kantor ayah angkatnya, juga saudara dari lelaki ini.

Sambil berjalan, Bernard memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Dia berdiri di belakang Kenan yang tengah merapikan beberapa map lagi.

"Ingin bermain teka-teki?" tawar Bernard.

Kenan menghentikan pergerakan tangannya, wajahnya mendongak pada wajah lelaki itu yang kini menampilkan senyum simpul.

Sebelum Kenan menjawab, Bernard telah memutuskan sepihak. "Kau tidak akan menolaknya." Setelah itu, Bernard mengalihkan pandangan pada foto Monsieur Serge yang terpajang di dinding ruangan itu. Dalam foto, figurnya berwibawa dengan jas hitamnya.

Mengikuti arah pandang Bernard, Kenan ikut menatap foto ayah angkatnya. Bibirnya masih terkatup rapat tanpa hendak berucap. Tak lama, tangannya kembali merapikan map yang tadi sempat terabaikan.

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang