Kenan menatap lamat-lamat layar ponsel di genggamannya erat. Merenung dalam diam, dia mengkonsentrasikan seluruh pikiranya pada rencana yang telah dia susun rapi.
Padahal, beberapa saat sebelum bertemu Farrel, ia masih dapat menenangkan pikiran. Tak segugup ini seperti sekarang ini.
"Akh!"
Kenan terperanjat pada posisinya tatkala tangan kiri Farrel meremas paha kanan dan merambat ke bagian dalam. Terus seperti itu sampai tangan nakal tersebut menelusuri selangkangannya.
Tak sepenggal kata pun Kenan lontarkan—sebagai bentuk protes atas ulah tak senonoh aktor itu. Kenan terus fokus mengirim beberapa pesan sembari mengabaikan tangan Farrel.
"Siapa yang lo hubungi?" Farrel bertanya.
Saat ini Farrel tengah menyetir mobil dalam perjalanan pulang ke apartemen. Dari tadi esensinya terus fokus ke jalanan karena kecepatan mobil terbilang cukup tinggi. Sesekali juga dia melirik Kenan melalui kaca spion depan.
"Austin, kah?" tebaknya.
"Ya." Kedua alis Kenan bertaut saat menjawab, disebabkan tangan Farrel sudah memegang miliknya yang masih terbungkus celana.
Andai saja Kenan tak sedang menjalankan rencananya, sudah pasti dia akan mematahkan tangan lelaki ini—detik ujung jari itu menyentuhnya.
"Matikan ponselnya! Gue gak suka lo menghubunginya saat lo bersama gue." Suara Farrel dingin dan tegas secara bersamaan. Cemburu adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini.
Kenan mendesah panjang. Dia mempercepat gerakan jemarinya—menekan keyboard yang tertera di layar sebelum buru-buru mengantongi ponsel pintar itu ke dalam saku celana.
Ujung bibir Farrel sedikit terangkat. Dia senang—Kenan mematuhi perintahnya. Sementara Kenan, dia lega karena Farrel tak langsung merampas ponselnya—hanya memperingatkan. Tak seperti Austin, merampas ponselnya dan langsung menyerang, seperti mencium bibir atau menggigit lehernya. Farrel lebih memiliki kesabaran terhadap Kenan—jika dibandingkan Austin.
Mungkin karena lelaki itu tahu, bahwa Kenan bukan miliknya.
Sekitar sepuluh menit waktu berselang. Mobil ferarri merah milik Farrel memasuki kawasan apartemen elite.
Keluar dari mobilnya, secara apatis Farrel melemparkan kunci mobil kepada tukang parkir. Dengan hormat, lelaki itu menerimanya. Tanpa mengindahkan, dia hanya melengos. Sedang dari belakang, Kenan mengikuti dalam jarang lima meter. Sebelum keluar, Farrel sudah meminta Kenan untuk menjaga jarak—selama menuju apartemennya. Dia tentu tak mau berita seperti; Aktor Utama Film My Cool Husband, Farrel Elvano, tengah tertangkap kamera sedang membawa seorang pria datang ke apartmentnya. Apakah kekasih gay-nya? Masuk ke trending topik seperti kasus sebelumnya.
Sementara Kenan, dia sempat terkagum pada keindahan arsitektur bangunan apartemen elite ini. Dia akui, bahwa ini adalah apartemen impiannya. Dan jika dia ingin, dia bisa memilikinya. Mengajak kedua adik-adiknya tinggal di sini. Eric juga—jika hubungannya kembali membaik dan Kenan berharap sahabatnya itu berhenti memperdebatkan masalah Helena yang tersakiti.
"Cepat masuk!" Berada di ambang pintu, Farrel menatap kepada Kenan yang sedari tadi atensinya menyisir seluruh lorong.
Segeralah ia masuk. Farrel lebih dulu menatap sekelilingnya serta menutup kembali pintunya.
"Jangan terburu-buru, gue bukan gigolo yang bisa langsung lo tiduri." Kenan mencegah, ketika Farrel langsung menangkap pinggangnya seraya mengendus lehernya.
Farrel menjauhkan wajahnya dari potongan leher Kenan. Ia menatap seolah mengatakan, apa yang lo inginkan?
Berniat menggoda, Kenan lah yang kali ini mendekatkan wajahnya. Dibisikkannya sebaris kata di telinga Farrel dengan nada mendesah. "Beri gue kokain dulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...