8. Chapter III: Kenan Plans

813 45 0
                                    

Suara pecahan kaca terdengar nyaring-menggema ke seluruh ruang. Di bawahnya, Austin hanya menatap takjub kepada Kenan yang melayangkan tatapan tajam disertai napas yang memburu. Sedangkan di sampingnya botol kaca itu telah pecah-menyebarkan kepingan tajam yang dapat melukai kulit jika tak hati-hati menyentuhnya.

"Sudah cukup!" bentak Kenan, satu tangannya yang memegang botol gemetar seiring memudarnya deru napas bersama emosi yang mati-matian dia tekan.

Jelas di mata Austin kalau Kenan sudah benar-benar di ambang batas. Mata lelaki itu menyipit melihat bagian bawah botol yang sudah membentuk garis runcing tajam yang tak beraturan. Austin bisa membayangkan bagaimana sakitnya sakitnya jika tertusuk itu, tetapi dia tidak takut.

"Jangan kamu pikir, aku adalah Kenan yang dulu," ancanya penuh penekanan, "Dan lagi, jika kamu berniat bertindak seperti tadi. Maka aku akan benar-benar memecahkan kepalamu."

Usai mengatakan ancamannya, Kenan berdiri dari atas tubuh Austin. Suara tawa datang dari arah belakang Kenan setelah dia berpaling-membuat Kenan kembali menatap Austin, si pemilik tawa. Di sana, dalam jarak yang tak lebih dari satu meter darinya- Austin menatap lurus Kenan. Ada atmosfer yang aneh dan tak dapat Kenan artikan.

Kali ini kejutan kembali datang menyertainya, melalui sepasang bola mata lelaki itu Kenan melihat pacaran sorot cahaya yang belum pernah dilihatnya-pada diri Austin yang dulu. Tak perlu cahaya untuk membedakan setiap jenis sorot yang diperlihatkan oleh mata lelaki itu. Melalui kegelapan pun Kenan sudah bisa membedakannya, karena dirinya telah mengenal Austin dari luar dan dalam.

Kenan mengerutkan kening, dia menatap Austin melalui naluri. Sekilas perasaan asing melewati hatinya, tetapi secara bertahap memudar seiring waktu.

"Kamu berutang penjelasan padaku."

Kening Kenan semakin mengernyit. Dia bertanya, "Apa yang harus kujelaskan padamu?"

Austin masih menatapnya. Sampai, satu jawaban yang mengganjal di hatinya diungkapkan, "Apa hubungan lo dengan Markus?"

Sekilas saja, garis tenang roman muka Kenan mulai menunjukan ketegangan. Dia ingin sekali memalingkan wajahnya saat ini, tetapi hal itu justru malah membuat Austin semakin penasaran. Pada akhirnya, Kenan hanya menjawab sambil terus berusaha mempertahankan ketenangan ekspresinya.

"Hanya seorang kenalan, aku pernah bekerja kepadanya," jawabnya ada getaran emosi samar dalam nada suaranya.

Austin tersenyum meremehkan. "Sebagai simpanannya?"

Belum sedetik pun ada jeda saat Austin berkata, suara yang berasal dari telapak tangan yang menghantam kencang kulit pipi itu terdengar nyaring di telinga keduanya.

Kenan pelakunya, menatap tajam Austin dengan kilatan memenuhi mata coklatnya-yang terlihat jelas dalam ruangan remang-remang ini.

Austin seperti patung. Diam membeku membiarkan rasa kebas dari tamparan Kenan menyelimuti pipi putihnya yang memerah akibat bekas dari tampar tangan lelaki itu.

"Bukankah kamu selalu mengatakan jika aku jalang? Kamu bahkan mengajak teman-temanmu untuk ...."

Kenan tidak bisa melanjutkan. Satu tangannya yang tadi dia gunakan untuk menampar Austin kembali terkepal erat, bersedia untuk melayangkan pukulan susulan. Namun, ketika dia menatap ekspresi Austin, lelaki itu hanya bisa mendesah kasar memalingkan tatapannya muak. Dia berbalik-sebelum sempat melihat segaris ekspresi menyesal Austin-tidak mampu mengabaikan rasa bersalah yang berkumpul di tenggorokannya. Tampaknya kesadarannya sudah mulai pulih akibat terkena tamparan keras dari Kenan tadi.

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang