Pukul sembilan lebih waktu malam hari, kedatangan Austin disapa sepi begitu memasuki kamarnya. Angka sembilan dan nol enam di atas naskah sempat mendapatkan perhatian dari lelaki itu selama tiga detik. Berjalan menuju kaca, dia melepaskan dasi yang melilit rapi kerah kemejanya dan melepaskan kemeja tersebut beserta celana sebelum dengan malas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kisaran setengah jam, lelaki itu keluar dengan keadaan tubuh lebih segar dengan selembar handuk melilit di pinggangnya, guna menutupi tubuh telanjangnya. Namun, tanpa diduga, dari arah belakang sepasang tangan melingkar di sekitar bahu dan lehernya.
"Aku sudah lama menunggumu, tetapi kamu baru datang." Si pemilik lengan berbisik di telinga kanan Austin dan meniupnya, menyebabkan tubuhnya sedikit menegang dan lekas membalikkan tubuh untuk menatapnya.
Austin tersenyum miring begitu mata mereka bersitatap, "Datang diam-diam dan memelukku, apa kamu sedang menggodaku, Kenan?"
Kenan menyeringai, dikecupnya bibir Austin singkat sebelum kembali membisikkan sesuatu, "Jika iya, memang mengapa?"
Austin tak menjawab, namun bibirnya merekahkan senyum. Buku telunjuknya bergerak naik menelusuri garis rahang halus hingga ke dagu. Pernahkah dia mengatakan kepada Kenan betapa dia menyukai tatapan lelaki itu? Seperti laut Bandung di kala malam, membuai dan menghipnotis. Atau seperti ombak yang bergerak lambat menyeretnya lebih jauh.
"Kau yang meminta," ucapnya dan dalam sepersekian detik membawa kaki-laki itu ke suatu ruangan di penthouse-nya, kamar Kenan. Namun, Kenan justru malah memeluk Austin lebih erat, enggan untuk pergi barang selangkah.
"Kita lakukan di sini."
"A-aku tidak bisa." balas Austin pelan.
"Kenapa? Takut dia datang?"
" ... "
"Pengecut." Kenan mencibir.
Dia hendak pergi dari sana. Namun, belum Kenan mengambil satu langkah sebuah tangan menarik lengannya dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Selanjutnya, dalam hitungan detik Austin sudah berada di atasnya dan mengungkungnya.
Dalam hati, Kenan menjerit senang.
Sulit untuk Austin melarikan dari dari Kenan. Detik dia terbuai dan jatuh dalam rengkuhan lelaki itu, akan selalu terasa sulit demi bisa melepaskan diri.
Bercinta.
Itu yang diinginkan Kenan. Dan Austin akan memberikannya, jadi jangan sebut lelaki itu bajingan karena Kenan lah yang menginginkannya duluan.
Apa itu bermain di belakang? Apa itu berkhianat? Austin tak lagi mengerti itu. Yang diketahuinya hanyalah sosok lelaki manis yang sudah merebut hatinya, membelenggu kedua kaki dan tangannya dengan rantai tak kasat mata, yang kapan pun Kenan menarik rantainya, Austin pasti akan patuh di bawah kakinya.
――
🔞 Bagian ini sengaja dicut dan hanya tersedia dalam versi ebook PDF
――
Di tengah aktivitas panas mereka, Kenan menoleh ke samping, tepat pada pintu yang sempat samar-samar terdengar ditutup oleh seseorang. Bibirnya mengukir senyum saat kembali melihat manik penuh nafsu Austin yang tak berhenti menatapnya. Pada detik selanjutnya bukan desahan yang keluar dari mulut itu, melainkan tawa. Kenan tertawa sambil menutup matanya saat Austin masih menghujam tubuh bawahnya.
"Apa yang lucu?" Austin bertanya dengan suara sengau. Diraihnya pergelangan tangan lelaki itu dan ditahan di atas kepala si empunya.
Kenan menggeleng, lalu mengangkat kepalanya, membawa Austin dalam ciuman penuh hasrat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...