36. Chapter XIII: Happiness in A Gram of Cocaine

246 12 0
                                    

Sebuah mobil berjenis Sergio Ferarri merah melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Tak dipedulikan si pengemudi pada bunyi klakson yang sahut menyahut tatkala mobil tersebut menyelip beberapa mobil yang dianggap menghalangi jalannya.

Si pengemudi mobil—Kenan—tak berhenti mengumbar senyum meski sakit di pantat masih terasa. Demi melancarkan rencananya, dia telah berkorban banyak dengan tubuh dan harga dirinya.

Kenan menyerah pada tujuannya yang lain; merasakan bagaimana dirinya menjadi dominan untuk lelaki itu. Austin benar-benar seorang dominan, juga penyiksa yang tangguh. Kenan tak habis pikir, mengapa Helena bersikeras ingin tetap di samping Austin, padahal ada Ivan yang benar-benar tulus mencintai perempuan itu.

"Pilihlah yang kamu sukai!"

Sembari merangkul pinggang Kenan, Austin berjalan mengitari seluruh koleksi mobil mewahnya yang terparkir rapi dalam basement. Lelaki itu tak ayal seperti sedang mengajak sang kekasih memilih mobil untuk dibeli.

"Milikku, adalah milikmu juga." Dengan mudah Austin mengatakan itu, seakan-akan kalimat tersebut tak berarti apa-apa.

Ayahnya dan Hotel Leon Company juga adalah miliknya. Itu berarti milik Kenan juga, hanya tinggal menyingkirkannya agar bisa memiliki semuanya seorang diri. Bahkan istrinya juga, tetapi perempuan itu bukanlah tipe Kenan.

"Aku ingin yang paling cepat di antara semuanya," ucap Kenan.

Putusan di pihak Austin, karena lelaki itu tahu semua kapasitas mesin yang dimiliki mobil-mobilnya. Pilihan jatuh pada mobil merah Sergio Ferarri yang katanya hanya ada enam unit di dunia.

Kenan terkagum-kagum melihat tampilannya. Dia sentuh body depan mobil itu. Begitu mulus, tak ada debu sedikit pun. Bahkan, bayangannya dan bayangan Kenan dapat terlihat jelas.

Sementara Kenan mengamatinya lebih detail, dari belakang Austin memeluknya. Satu tangannya melingkari perut sekitar pinggang Kenan, sedangkan satu tangannya lagi menenteng sebuah kunci mobil. Kenan langsung menggapainya, tetapi keduluan Austin. Lelaki itu kembali memasukkan kunci mobilnya ke dalam balik jasnya.

Austin tidak memberikan Kenan untuk protes—karena tak segera menyerahkan kunci mobilnya. Lelaki itu memeluk Kenan, langkanya terus maju secara perlahan saat Kenan terus mundur hingga menabrak body depan mobil. Dalam gerakan kilat, Austin memerangkap tubuh Kenan di antara mobil dan tubuhnya. Bersamaan dengan dorongan pelan supaya Kenan terbaring di atas cap mesin mobil tersebut. Saat itu juga ciuman agresif Austin dimulai.

Kenan yang terkejut atas tindakan Austin—tak punya waktu untuk tertegun, segera dibalasnya ciuman panas lelaki itu tak kalah agresifnya.

"Hmmpphh ..." Kenan melenguh, tatkala Austin membuka ritsleting celana jeansnya lalu menariknya. Hal yang sama seperti Farrel lakukan tadi malam. Lelaki itu hanya berharap Austin tak melihat bercak memar di daerah pribadinya.

Menghentikan ciumannya sejenak, Austin mengecup hidung Kenan dengan mata yang berkabut nafsu.

"Lakukan dengan cepat," Kenan meminta.

Austin mengangguk. Dimulai dari satu tarikan napas dalam-dalam di antara napasnya yang telah memburu. Lelaki itu melorotkan celana Kenan hingga batas lutut. Dibantu oleh Kenan, dia menarik satu kakinya keluar dari celana. Sementara kedua tangannya menyangga tubuhnya agar tidak sepenuhnya berbaring di bagian cap mobil.

Menyaksikan bagaimana Kenan yang terlihat begitu seksi di hadapannya, api dalam diri Austin semakin menyala, siap membakar seluruh tubuh si empunya, panas menjalari setiap inci.

"Ngghh!" Kenan melenguh saat Austin melebarkan kedua kaki Kenan dan memasukkan satu jarinya. Paha Kenan bergetar hebat begitu Austin menambahkan dua jarinya juga tempo kecepatan tusukan.

[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang