Derap langkah kaki menggema memecah sunyi merangkap ke udara, mendengung di sepanjang koridor gelap.
"Trisha ... Trisha! Kamu di mana?"
Rangkaian kalimat diteriakkan oleh seorang lelaki di antara deru napas yang terengah-engah.
Di sepanjang koridor sepi minim cahaya, lelaki itu berlari tanpa kenal lelah. Setiap pintu yang dia temui didobrak—demi menemukan seseorang yang dari tadi namanya dia teriakan.
"Trisha!!!"
Seruan yang sama kembali terdengar, gemanya menembus ke dalam sebuah ruangan mewah berarsitektur baroque yang didominasi warna coklat. Suasananya sunyi, hanya jam dinding antik yang berdetik bersama erangan parau seseorang.
Pintu didobrak kasar. Si pelaku pendobrak dialah lelaki yang dari tadi lari sambil berteriak menyebut nama Trisha. Dia berhenti di ambang pintu dengan napas terengah-engah. Bulir-bulir keringat membasahi pelipis. Jas hitamnya yang lusuh tak lagi dipedulikan.
"Enggh!" Terdengar erangan tersendat dipangkal tenggorokan dari seorang perempuan dari dalam ruangan.
Cahaya lemah menerangi wajahnya yang berlinang air mata. Tubuh si gadis tengah duduk di kursi dengan kedua tangan terikat tali, berlatar sinar rembulan yang menembus kaca jendela. Semilir angin menembus, menggoyangkan gorden yang tersingkap.
"Trisha ..." Perasaan terkejut dan lega tumpang tindih memenuhi wajah si lelaki. Akhirnya dia menemukan sosok perempuan dia cari sedari tadi.
Tatkala lelaki itu melangkah masuk, perempuan dipanggilnya Trisha menggeleng kuat dan berseru tak jelas—seolah tidak membiarkan si lelaki masuk ruangan tersebut.
Dan benar saja, di langkah yang kedua, lelaki itu tercekat begitu merasakan benda tajam dan dingin menancap tepat di perutnya.
Teriakan histeris Trisha kembali terdengar seiring tubuh si lelaki ditendang oleh seseorang yang tiba-tiba muncul dari sisi gelap ruangan, tepatnya disamping pintu.
Tubuh lelaki itu terguling ke lantai dengan cukup kuat. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Detik si lelaki hendak bangkit, rasa sakit tajam menyerang bagian bawah perutnya, menyebabkan erangan tertahan meluncur mulus. "Ugghh!"
Si pelaku penusukan yang juga seorang lelaki tersenyum. Wajahnya dipenuhi suka cita dan dia tertawa dengan nada rendah. Mendadak, ekspresi Trisha membeku, bibirnya gemetar tanpa suara.
"Gak gue sangka, lo bisa menemukan dia secepatnya ini, Alex," ucap si lelaki yang tadi menusuk, langkahnya tenang keluar dari sisi gelap ruangan sambil menggenggam sebilah pisau berlumuran darah.
"CUT!"
Instruksi dari seorang sutradara—menandakan jeda pada adegan yang tadi dilakoni oleh tiga orang. Salah satunya merupakan Farrel, dia adalah lelaki yang tadi berlari di sepanjang lorong untuk mencari kekasihnya yang hilang.
Berpindah ke sisi lain. Seorang perempuan yang tadi tangannya terikat—duduk di kursi dalam ruangan remang yang sekarang bercahaya—melepaskan tali yang mengikatnya tanpa bantuan siapa pun karena ikatan tersebut memang dipasang longgar. Datanglah setelahnya seorang perias perempuan membenarkan make up-nya. Tak butuh waktu lama, begitu si perias selesai, perempuan itu langsung menghabur pada Farrel.
"Beb, malam ini kamu ada waktu luang?" tanya Joanna. Gadis itu menyisipkan beberapa helai rambut hitamnya yang panjang ke belakang telinga.
Entah apa pun yang dilakukan perempuan itu, Farrel tampak tak peduli. Dia hanya memfokuskan diri pada luka palsunya. Bekas tusuk lawan mainnya—Haikal—yang seketika tercuri perhatiannya ketika Joanna menghampiri Farrel. Melalui sudut matanya, Haikal memperhatikan mereka berdua. Lebih tepatnya memperhatikan Joanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...