"Ayo angkat ..."
Kenan mondar-mandir di depan meja dengan sebuah telepon di telinga. Tak sabar menunggu orang di seberang mengangkat panggilannya agar dia bisa bicara.
Ini sudah percobaan kedua Kenan menghubungi seseorang, dan yang dihubungi tidak mengangkat panggilannya selama itu juga. Dan barulah-sesudah bunyi "tuutt" ke empat orang itu mengangkat teleponnya.
"Sudah gue bilang, sebelum batasan waktunya sampai, jangan pernah ganggu gue!" Marah Kenan tanpa menunggu orang itu memberi sapa terlebih dahulu.
Terdengar tawa sarkastik selanjutnya. Lelaki di seberang-Markus-begitu senang, ternyata Kenan masih ingat dengannya dan semua utangnya.
"Kenny Honey, gue senang banget lo masih ingat akan hal itu, ahahaha!"
Kenan berdecak geram. "Jangan panggil gue dengan sebutan menjijikkan itu, keparat!"
Terdengar embusan napas ringan dari seberang. "Tks, mulut lo masih pedas, tak semanis muka lo."
Saat ini, wajah Kenan mengeras mendengar kata-kata itu. Ponsel di genggamannya pun dia remas kuat-seolah hendak meremukkannya.
Suara Markus berubah datar seketika. "Satu minggu lagi, batas perjanjian itu berakhir. Lo tahu? Gue harap lo tak terlalu banyak bermain dengannya."
Sambungan diputuskan secara sepihak oleh Kenan. Selepas panggilan terputus, dia mengusap wajahnya kasar. Gemuruh di dada kembali dia rasa seolah mengoyak gendang telinga. Kenan frustrasi, tetapi dia tidak bisa menyerah. Tidak boleh.
Mendudukkan diri kembali di kursi, dirinya menatap keluar kaca jendela. Berpikir, Kenan kembali memaksa otaknya untuk bekerja. Lama dia menatap gamang gedung-gedung di luar sana, sampai akhirnya sebuah rencana muncul dalam kepalanya. Kenan tak punya banyak waktu lagi, dia akan melakukan rencana ke dua. Karena dirinya sudah tak punya pilihan lagi.
Diambilnya kembali ponsel yang sempat menganggur di atas meja. Kemudian dia menekan panggilan cepat nomor satu pada ponsel pintarnya. Tak menunggu lama, sambungan pun terhubung. Bibir Kenan mengembangkan senyuman manis untuk orang yang dia telepon kali ini.
***
Bukan keinginan Helena-setelah dia keluar dari ruangan suaminya, perempuan itu bertemu dengan kekasih gelap sang suami. Hatinya berhasil dibuat tertohok dua kali. Begitu pandangan mereka saling bertatap, Helena menemukan senyum samar terukir di wajah Kenan
Sejujurnya, jika Kenan adalah perempuan sepertinya-sudah pasti Helena tidak akan menahan dirinya seperti sekarang ini. Dia akan menjambak dan mencakar Kenan, memberinya umpatan bertubi-tubi karena telah membuat Austin-suaminya mengkhianatinya. Namun, hal itu hanya angan-angan belaka.
Jadi, segitu mereka berselisih Helena hanya berkata, "Kuharap kamu lekas kembali kepada Markus."
Langkah Kenan berhenti, tentu saja. Setelah langkah mereka saling membelakangi-Kenan berpaling dengan ekspresi jauh berbeda dari sebelumnya. Senyum samar yang tadi terhias indah di bibirnya kini lenyap bagai asap.
Helena ikut berhenti, satu senyum peringatan dia berikan kepada Kenan-sebelum akhirnya menghilang di tikungan koridor. Dengan itu, Helena telah memulai kudeta.
***
Austin baru menyadari kedatangan seseorang di ruangannya begitu sepasang tangan meletakkan beberapa lembar map di atas meja. Lelaki itu hendak mengumpat kepada si pemilik lengan, karena masuk ke ruangannya tanpa permisi ataupun izin terlebih dahulu. Namun, ketika dia mendongak dari posisi semula tertunduk sambil memijit pelipis, niat itu langsung dia urungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang END
RomanceAustin Keano, seorang pebisnis hotel berbintang, menjalin hubungan cinta terlarang dengan saudara angkatnya, Kenan Pradipta, di tengah pernikahannya yang mulai terasa membosankan dengan istrinya, Helena Rey Surendra. Percaya cintanya kepada Kenan bu...