Sekali lagi Gun menggerakan teleskopnya mencari-cari benda langit yang bertaburan di langit malam ini. Rasanya sejak tadi Gun tidak menemukan apa yang dia cari.
Merasa kesal, Gun kembali masuk ke kamarnya, terduduk lesuh di depan meja belajar. Tangan mungilnya menopang dagu, memikirkan pencariannya yang tidak berhasil malam ini.
Padahal besok adalah hari pertama MOS, tapi Gun malah sibuk mencari salah satu benda langit yang berada dalam Galaksi.
Tok tok.. itu suara ketukan di pintu kamarnya membuat Gun sedikit berjengit kaget. Dia bangun, lalu membuka pintu untuk seseorang di balik pintu itu.
"Adek.. udah selesai siap-siapnya?" Tanya Mamanya seraya berjalan masuk kekamar Gun yang selalu terlihat sedikit berantakan dari kamar Tay, anak sulung Mama.
"U-udah kok ma.." jawab Gun sekali lagi membenarkan letak kacamatanya
"Atribut upacara?" Tanya mama memastikan
Gun berjalan kearah lemari, lalu membuka salah satu pintunya
"U-dah juga ma" jawabnya dengan gaya khasnya yang bagi sebagian orang terlihat aneh dan jelek, sebab Gun adalah remaja culun dengan kaca mata besar, curl hair, tubuh ringkih dan pendek, cara jalannya aneh dan bicaranya sedikit gagap, bisa dibayangkan apapun yang ada pada diri Gun saat ini terlihat sangat aneh dimata sesama remaja lainnya. bahkan Gun pernah dikatai sebagai remaja yang abnormal hanya karena dia culun.
"Atribut MOS?" Mama masih juga bertanya. Kali ini kaki Gun melangkah menuju meja melajarnya menunjukkan atribut MOS yang wajib dikenakan saat mengukuti MOS besok.
"U-dah Gun Si-apkan maaa..." jawabnya sedikit tersendat. Mama tersenyum lembut sembari berjalan mendekatinya, lalu mengelus rambutnya penuh sayang
"nggak kerasanya yah,,, sekarang kamu udah SMA, padahal baru kemarin kamu belajar jalannya" ucap Mama merasa haru. Gun tersenyum lembut sembari menggenggam tangan sang mama
"papa pasti bangga diatas sana" lanjut mama membuat wajah Gun seketika keruh karena sedih. hatinya terasa diremat dengan kuat hingga terasa sangat menyakitkan, mengundang air matanya untuk keluar dari pelupuk matanya yang bulat
"ma... G-Gun minta maaf" ucapnya lirih. Mama menggeleng pelan, masih setiah mengelus rambunya
"bungsu mama nggak pernah ngelakuin kesalahan kok...." jawab Mama menguatkan hati sang anak
"Ta-tapi...."
"udah.... sekarang Gun bobo yah, besokkan harus bangun pagi sayang...." Mama mengecup dahinya sebentar
"Maaf yah sayang, mama nggak bisa antarin kamu kesekolah besok..." Mama terlihat sedih
"Mama selalu nggak ada yah, diacara-acara penting kamu...." lanjut mama dengan wajah yang sedih, membuat Gun makin sedih melihatnya.
"ng-nggak apa-apa kok, ma..." Gun meneguk salivanya sekali "Kan a-ada kak Tay" lanjutnya mencoba meyakinkan sang mama bahwa dirinya baik-baik saja selama ada Tay.
Mama tersenyum, sekali lagi mengecup dahinya, tapi kali ini juga di kedua pipinya dan kedua matanya.
"Tidur yah sayang... Mama berangkat dulu" pamit mamanya
Gun mengangguk "hhati-hati ma.... G-Gun sayang mama.." balas Gun lalu mengecup pipi sang mama sebelum mamanya keluar kamar. Malam ini mamanya akan terbang ke Filipina demi pekerjaan, meninggalkan Gun yang kembali termangu memandang teleskopnya yang masih berada di balkon.
Tadi Gun mengatakan, dirinya baik-baik saja selama ada sang kakak, Tay Tawan. Namun nyatanya, pria yang dipanggilnya kakak tidak pernah menjalankan tugasnya sebagai seorang kakak yang baik pada adiknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/333605615-288-k427396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
G U N
FanfictionBahagia itu milik siapa? kesedihan juga milik siapa? aku? dia? kami? ataukah mereka? Bukan Gun namanya kalau tidak menuruti permintaan Tay, Kakaknya, termasuk dia harus menyembunyikan identitasnya sebagai adik Tay dari semua orang. sampai Off Jump...