BAB 1: Seorang Gadis yang Diberkati dengan Pengulangan

4.3K 62 6
                                    

Dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dingin. Menusuknya dingin kian menggerogoti diri sampai membuat tulang terasa nyeri. Malam itu, tatkala salju berangsur-angsur turun sampai mengubur jalanan kota, tidak ada apa pun yang menghangatkan dirinya kecuali sehelai kain merah bata. Duduk di pinggiran kota dalam kesendirian, tidak memiliki tempat membuatnya harus melawan salju meski kedinginan.

Rasa lapar mahadahsyat kian mengobrak-abrik perutnya yang kurus memprihatinkan. Berdiri pun tak sanggup karena selain tidak punya tenaga, melawan dingin rasanya susah. Wanita itu sampai berpikir bahwa mati pun tak apa, dirinya sama sekali tak punya gambaran tentang bagaimana caranya hidup setelah salju reda.

Malam itu, ketika si wanita berambut hitam sedang sekarat dan merenggang nyawa, dia mempertanyakan satu hal dalam hatinya. "Sejak kapan hidupku mulai hancur berantakan?"

Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan Hidup

Kelembutan ini. Kehangatan ini. Kenyamanan ini. Entah kenapa, rasanya tidak asing. Itulah yang terpikirkan oleh sang gadis berambut hitam tatkala dirinya terbangun dari tidur. Dia ambil posisi duduk, mendapati ranjang megah sedang menjadi alas tidurnya yang terasa nyaman.

Perasaan ini, suasana ini, aroma ini. Entah kenapa, rasanya tidak asing. Sang gadis beranjak berdiri, meraih cermin mewah dengan ukiran pahat emas yang menghias sisi lingkaran. Ia lihat wajahnya secara saksama, satu-satunya tanggapan yang keluar dari mulutnya adalah:

"Oh."

Dia ambil penjepit rambut, diikatnya rambut terurai itu sebagaimana biasa, kemudian melihat ke arah cermin sekali lagi. Kali ini dia menganga, terdiam membatu tatkala melihat wajahnya yang putih bersih masih terawat dengan baik.

Dia gebrak meja rias keras-keras, beberapa alat rias berjatuhan dan cermin sedikit bergetar. "A-APA, APA YANG SEBENARNYA TERJADI!"

Bersama dengan diteriakkannya kalimat bingung, pintu kayu dengan ukiran megahnya terbuka tipis. "Selamat pagi, Nona Rena. Air hangat untuk Anda mandi sudah siap."

Gadis yang dipanggil dengan nama Rena itu menoleh, melihat seorang wanita berseragam hitam putih dengan postur ala pelayan yang sempurna. "Lalatina?" tuturnya bertanya-tanya tatkala melihat seorang pelayan berambut perak datang ke kamarnya.

"Ada sesuatu yang ingin Anda sampaikan, Nona Ren--"

Belum diselesaikannya satu kalimat tanya, pelukan erat langsung menghampiri si pelayan berambut perak. Membuat Lalatina kebingungan, bersikap kaku ketika dirinya dipeluk seseorang yang notabenenya adalah majikan.

"Nona Rena?"

"Lalatina, berapa umurku sekarang?" tanya Rena bahagia sembari memeluk Lalatina erat-erat.

Pelayan berambut perak menjawab, "Saat musim dingin kemarin, umur Nona genap menginjak 18 tahun."

"Tolong beritahu aku kalau ini bukan mimpi!"

[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang