BAB 6: Seorang Gadis yang Berusaha Membuat Keturunan

727 38 3
                                    

"Yo, Sahabat! Sepertinya aku memutuskan untuk mampir lagi hari ini."

"Jika kau resmi jadi pengangguran maka sebaiknya cari kerja saja, kurasa. Selain itu, sahabat? Ursami yakin kalau hubungan kita tidak sedekat itu, faktanya."

"Hehe, maaf. Aku tidak tahu kenapa ... rasanya seperti ada sensasi aneh di pintu ini sehingga aku segera membukanya."

Pintu yang Rena maksud ialah pintu kayu yang barusan dia buka. Dengan kata lain, itu adalah pintu yang mengantarkan dirinya ke ruang ramu, tempat di mana Ursami berada untuk meracik ramuan.

"Jangan seenaknya memasuki ruang ramu hanya karena Kakakku memberi izin, ya. Perhatikan juga tata krama seperti mengetuk pintu dan sopan santun, kurasa."

Celotehan ketus dengan baiknya diucapkan oleh seorang gadis kecil berambut hijau. Dia yang tengah serius meramu potion nampak sangat ahli, seakan-akan menunjukkan bahwa dirinya adalah profesional dalam hal itu.

"Memberi izin? Dari Ursama? Apakah itu ada hubungannya dengan diriku yang bisa merasakan sensasi aneh dari suatu pintu? Ketika aku membuka pintu yang dirasa aneh, ternyata itu adalah ruang ramu di baliknya," tutur Rena mengira-ngira, berpikir seakan dirinya telah menerima perlakuan khusus dari sosok bernama Ursama yang misterius.

"Itu karena Kakakku merasa kerepotan atas perbuatanmu, faktanya. Kau seenaknya saja membuka seluruh pintu dalam wastu. Jika ada orang asing yang secara tidak sengaja melihat tindakan bodoh itu, maka rahasia kami akan tersebar luas, kurasa."

Menekan dagu lancip, Rena nampak serius memikirkan dampak dari perbuatannya yang terburu-buru. "Aku paham, rupanya aku telah mengacaukan rahasia kalian. Maafkan aku, ya?"

Jika semua orang tahu tentang kelemahan sihir pintu milik Ursama, maka usaha Ursama dalam menyembunyikan ruang ramu akan sia-sia. Daripada membiarkan Rena membuka 81 pintu setiap kali ingin berkunjung, lebih baik memberinya izin sehingga Rena mampu mendeteksi pintu mana yang sedang mengilhami ruang ramu.

"Lupakan soal itu, kurasa, apa maksud kedatanganmu kali ini? Jika kau masih bersikukuh dengan ramuan pemikat, maka itu sia-sia saja, faktanya."

"Tidak, kali ini lebih serius."

"Biar Ursami dengar, lelucon serius macam apa yang akan kau katakan."

"Kurasa aku telah dikutuk, bisakah kakakmu memeriksa keadaanku?"

Menautkan alis, gadis kecil itu menoleh ketus seraya bertanya, "Apa maksudmu?"

"Kurasa aku telah dikutuk, bisakah kakakmu memeriksa keadaanku?"

"Tidak ada yang memintamu untuk mengulangi kalimatnya, kurasa! Selain itu, kau serius? Ursami baru menyinggung soal kutukan tadi pagi dan kau merasa sudah dikutuk? Apakah Penyembuh Tua itu sudah memastikan keadaanmu?"

"Aku sudah berkonsultasi pada Vincent dan dia berkata kalau kutukan ini tidak bisa diatasi oleh dirinya. Sesuai permintaanmu, aku mendatangi ruang ramu."

"Dengan kata lain, kau ingin Kakakku memberi pertolongan, ya. Bisakah sebutkan alasan yang pantas untuk Kakakku memberi pertolongan?"

Memasang wajah bak gadis penggoda, Rena tersenyum lebar seperti gadis menyebalkan. Dia mengangkat telunjuknya kepada Ursami, membungkukkan badan sehingga wajahnya sejajar dengan gadis kecil di hadapan.

[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang