BAB 28: Bencana Terbesar yang Menolak Kelahiran Pahlawan

251 9 0
                                    

Kedatangan Renata menuju Watahabi sungguh menghebohkan suasana istana. Kepada Renata yang sedang duduk di atas sofa cokelat, datang ibu kandungnya dengan langkah tergesa-gesa. Gaun cokelat yang terlampau panjang membawa risiko tersandung di seiring langkah. Kekhawatiran itu membuat ibunya Renata sedikit mengangkat kain dengan tangan.

"Tidak habis pikir! Tidak bisa dibiarkan! Bagaimana bisa Keluarga Santo membiarkan putriku mendatangi Watahabi dalam keadaan seperti ini! Apakah negara adidaya sepertinya begitu miskin hingga tidak memiliki kereta kuda dan pengawalan?" omel wanita tua itu seiring langkahnya yang mengentak lantai marmer.

Menanggapi ibunya, Renata sebisa mungkin menjelaskan keadaan buruk tentang dia bersama Lalatina dan Aisha. "I-ibunda, ini tidak seperti yang Ibu lihat. Kami semua diserang, Kultus Liberal menangkap--"

"Kultus Liberal?" potong ibunya Renata. Wanita itu menatap tajam ke arah Renata, melotot lebar sampai lehernya ikut menampilkan gestur miring. Dia kemudian menyambung, "Ada apa dengan sekumpulan orang-orang sesat itu?"

Berdiri di belakang Renata adalah dua orang pelayan yang mengantarkannya sampai ke sini. Salah satu di antara mereka, pelayan yang rambutnya berwarna perak menundukkan kepala. "Mohon izin menjawab, Baginda Ratu. Karena kelalaian serta kesalahan saya, Nona Renata sempat diculik oleh Kultus Liberal selama berminggu-minggu," jelas pelayan berambut perak tersebut.

Mendengar penjelasan Lalatina, mata lebar sang ibu semakin membelalak. Segera wanita itu berlari dalam ruangan dan duduk di samping putrinya. "Renata, tatap mata Ibunda," perintahnya sembari menempelkan kedua telapak tangan di samping pipi Renata.

Tatkala keduanya sudah saling tatap dalam-dalam, sang ibu melanjutkan kalimat tanya. "Hal buruk terjadi? Apakah mereka melakukan sesuatu padamu? Apakah kau baik-baik saja?"

"Seperti kelihatannya, aku hanya sedikit lelah, Ibunda. Aisha dan Lalatina sudah menyelamatkanku dari penculikan kultus. Mereka juga yang mengantarku dengan selamat sampai ke sini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Ta-tapi, kenapa bisa? Maksud Ibunda, bagaimana bisa kau sampai terculik? Memangnya apa yang sudah terjadi? Apakah Santorini tidak memiliki pengawal atau sejenisnya? Bukankah mereka memiliki sistem proteksi karena berkat dari Roh Agung Bintang Kembar?"

"Yaaah, sebenarnya saat itu, aku sedang dalam perjalanan menuju Watahabi dengan kereta kuda. Lalu di tengah perjalanan, Kultus Liberal mengepung kami dan membawaku ke markas mereka. Bahkan, sopir yang membawaku dengan kereta kuda langsung tewas terpenggal di tempat."

"Ini benar-benar masalah. Sepertinya, Kultus Liberal sudah mengambil langkah yang cukup berani untuk menggagalkan perjodohan kalian. Padahal mereka tidak pernah melakukan gebrakan sebesar ini sebelumnya. Apakah ada semacam pemicu?" gumam sang ibu, mencoba menganalisis penyebab dari pergerakan Kultus yang tidak wajar.

Tentu saja, Renata tahu betul tentang pemicu dari semuanya. Berawal dari aksinya yang mencabut kutukan mandul, Kultus Liberal mulai secara agresif mengincar Renata. Tujuan utama kultus sudah jelas. Mereka ingin mencegah kelahiran pahlawan, sosok yang digadang-gadang akan lahir dari hasil perkawinan Renata dengan Pangeran Arthur.

"Terlepas dari itu ..., Ibunda, aku ingin bertanya tentang sesuatu. Apakah itu diperbolehkan?"

"Sesuatu tentang apa? Langsung tanyakan saja pada Ibunda," balas ibunya Renata sambil mengusap lembut pundak putrinya.

Perasaan asing ini benar-benar Renata rindukan. Terakhir kali dirinya pulang ke kampung halaman, baik itu ibu, ayah, atau siapa pun yang melihatnya, mereka semua memperlakukan Renata dengan dingin. Itu semua karena Renata yang didiagnosis sebagai wanita mandul dan gagal melahirkan anaknya pangeran.

[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang