Di depan jamuan hangat yang mengekspos banyaknya uap rebusan serta gorengan, Renata terdiam mutlak seperti tenggorokannya telah disumbat. Gadis itu mendadak payah dalam menelan makanan, rasanya berat sampai dia membutuhkan air untuk menurunkan makanan yang belum sempat dirinya kunyah.
"A-apa maksud ayah? Aku, dikembalikan pada Watahabi?"
Hal semacam ini tidak pernah terjadi di kehidupannya yang lalu. Adapun jika momen ini benar-benar akan terjadi, maka itu adalah saat ketika Rena telah dinyatakan positif mandul dan mustahil untuk mengandung keturunan Pangeran.
"Seperti kedengarannya, aku memang bermaksud begitu. Bersama Arthur putraku, kau, Renata, harus segera meninggalkan wastu ini."
"Aku, meninggalkan wastu bersama Pangeran Arthur? Kenapa?"
"Tindakan Kaum Pembangkang mulai berbahaya dan kami tidak bisa menjamin keselamatan kalian. Kupikir, akan lebih aman jika kalian berdua diungsikan ke Watahabi selagi bisa. Lagi pula Watahabi adala--"
'Brak!'
Terdengar suara gebrak meja memotong kalimat Raja yang belum selesai. Suara tidak sopan itu datang dari tindakan Rena yang memukul meja makan dengan tangan cantiknya dalam keadaan mengepal.
"Rena?"
"Da-dasar! Ayah bikin aku panik saja. Kupikir aku akan dikembalikan ke Watahabi dan harus bercerai dari Pangeran. Lain kali tolong katakan semuanya dengan jelas!" omel Rena penuh kesal sambil mengacungkan garpu penuh kecap pada sang raja.
Meski dirinya tidak sadar betul dengan kesalahannya, raja berusaha mengalah agar pembicaraan bisa berlanjut dengan lancar. "Maaf jika ada kalimat yang membuatmu salah paham. Intinya, bagaimana? Kau dan putraku akan melakukan perjalanan jauh menuju Watahabi. Sampai kondisi di sini kami nilai aman, kalian berdua sepertinya tidak bisa kembali."
Dalam keadaan pipinya yang tengah menggembung ketika mengunyah daging, Rena menjawab dengan ekspresi acuh. "Yah, aku sebenarnya sama sekali tidak keberatan dengan itu. Lagi pula Watahabi adalah kampung halamanku, rasanya tidak buruk untuk berkunjung setelah sekian lama. Tapi ...."
"Tapi?"
"Apakah itu benar-benar berguna untuk membawa kami pergi? Jika itu Kaum Pembangkang, kupikir tindakan tadi sama sekali bukan masalah bagi mereka. Orang-orang gila itu hanya perlu mengikuti perjalanan kami dan lanjut menyerang kami di Watahabi. Karena, tidak seperti kediaman ini, kediaman lamaku sesungguhnya sangat lemah dan serangan mereka mungkin saja akan menghancurkannya. Tentu saja, akan ada beberapa prajurit yang selalu bersiaga, tetapi aku tidak yakin kalau mereka semua mampu menghalau sekelompok Iblis petarung."
"Se-sebentar, Renata. Apakah kau lupa dengan poin terpenting di kampung lamamu sendiri?" Wajah terkejut yang kali ini bertanya adalah sesosok wanita dengan gaun mewah berwarna merah marun.
Rena kemudian balik bertanya, "Aku tidak paham dengan maksud Bunda. Apa itu poin terpenting yang Bunda maksud?"
"Sepertinya kau serius tidak ingat apa pun soal itu. Bisakah kau menerangkannya untuk dia, Lalatina?"
Mengalihkan tugas pada seorang pelayan berambut perak, baik itu raja atau ratu sama-sama lanjut menikmati makan malam mereka. Pelayan yang baru saja menerima tugas itu membungkukkan badan, menyanggupi atas perintah yang baru saja tuannya bebankan.
"Watahabi adalah kerajaan yang dijuluki sebagai "Tanah Suci" karena makhluk jahat seperti Iblis, Demon Beast [1], dan makhluk sejenisnya tidak bisa memasuki wilayah tersebut. Watahabi memiliki sistem Perlindungan Ilahi yang membuat kerajaan tersebut bisa mengisolasi diri mereka dari berbagai bentuk kejahatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan Hidup
FantasyAku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan Hidup [ARTHURA] Ini adalah kisah tentang Renata yang diberkati dengan pengulangan setelah kematiannya di usia 30 tahun. Renata menyadari bahwa satu keping puzzle telah hilang di kehidupannya y...