BAB 14: Hari-Hari Berat Sebagai Tahanan

229 16 0
                                    

Dilemparnya Renata ke dalam ruang pengap sementara jeruji besi memberi sekat pada dirinya. Di hadapan Rena yang tengah terduduk lemas adalah seorang wanita cantik berambut merah muda. "Tetaplah duduk dengan tenang, ya? Jika kau berperilaku baik, kau mungkin akan diperlihatkan dengan Pangeran Pirang yang kau cari-cari. Yah, entah dalam keadaan hidup atau mati, yang terpenting adalah kau bisa melihatnya, 'kan?"

Mencengkeram jeruji dan menatap benci, Renata merasa geram atas kalimat Lusty yang barusan. Gadis itu berkata, "Apa yang kau perbuat pada Pangeran?"

"Mengurus keturunan Santo sesungguhnya bukan pekerjaanku. Meski Greedy sangat kejam ketika menggali informasi, dia adalah ahlinya untuk membuat tawanan tetap hidup. Karena itu, tenang saja. Pangeranmu yang gagah perkasa itu tidak akan mati meski sedang menerima siksaan berat dari Uskup Agung Greedy. Doakan saja kebaikan padanya dari balik jeruji ini."

______________________

Hari pertama dalam penjara, Renata hanya terdiam membatu sambil meratapi nasib buruknya. Sambil terus mengkhawatirkan keadaan Pangeran, Lalatina, bahkan keadaannya sendiri sebenarnya cukup memprihatinkan. Jika ini terus berlangsung tanpa adanya perkembangan, entah nasib malang macam apa yang akan menimpa Rena.

Memeluk kaki dan meringkuk lemah di ujung ruangan, Renata mencium lututnya dan menangis sesak penuh kesedihan. Padahal aku hanya ingin membuat keturunan dengannya. Padahal aku hanya ingin bertahan hidup dan bahagia bersamanya. Apakah yang seperti itu benar-benar tidak bisa aku rasakan?

"Jika tidak ada akhir bahagia untukku di perulangan mana pun, kurasa akan lebih jika aku mati saja."

Derit karat terdengar nyaring, jeruji besi di hadapan Rena mendadak terbuka karena kedatangan seseorang. Rambutnya berantakan, seperti tidak pernah mandi atau dirawat selama berbulan-bulan. Membawa nampan besi dengan beberapa alat tajam seperti gunting operasi dan jarum suntik, semua tindak-tanduknya sukses membuat Rena menelan ludah.

"Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci."

Mulutnya tak henti-henti berucap layaknya doa yang senantiasa terucap seiring napas. Laki-laki lusuh yang jalannya bungkuk itu nampak sangat bahagia ketika mendapati Renata sedang terduduk manis di penjaranya.

"Kau menginginkan darahku?"

"Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci."

Pertanyaan baik Rena diabaikan begitu saja sementara si laki-laki lusuh bermantel hitam meraih jarum suntik dari nampan besi. Dia tusukkan jarum itu ke lengan Rena dan mengambil beberapa mili darah yang disebut-sebut sebagai "Darah Suci".

"Syukurlah, ya? Akhirnya kau bisa mendapatkan darahku."

"Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci. Darah Suci."

Selesai dengan suntikan pertama, laki-laki itu mengambil jarum suntik yang lain dan mengambil darah Rena untuk kedua kalinya. Terus bergilir sampai sekitar tujuh suntikan membekas luka di lengan Rena, air liur yang menjijikkan mengalir deras dari mulut laki-laki itu.

"Kalau diambil terlalu banyak, nanti aku bisa kehabisan darah, loh? Apakah itu tidak masalah jika aku akhirnya mati karena kehabisan darah?"

[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang