BAB 2: Ramuan Pemikat

1.2K 51 3
                                    

"78 ... 79 ... 80!"

Mengelilingi wastu dari ujung kanan sampai ujung kiri, dari lantai satu sampai lantai delapan, Rena berakhir kelelahan saat dia sampai di pintu ke-81. Dia yang tertatih membuka pintu terakhir, mendapati ruang sederhana dengan banyak ramuan asing di dalamnya.

"Akhirnya aku menemukan kalian."

Gadis itu nampak sangat lega tatkala dirinya berhasil masuk ke ruang abu-abu yang penuh dengan botol kaca berisi ramuan. Berbagai bau dedaunan serta racikan dengan alaminya terhirup oleh hidung mancung itu. Namun, tidak ada bau apa pun yang menyengat atau mungkin mengganggu Rena.

Nuansa bata abu-abu yang mengilhami ruangan ini sesungguhnya sangat tidak serasi dengan gaya mewah dari wastu milik keluarga Santorini. Namun, keberadaan ruang inilah yang membuat wastu memiliki pintu sampai 81 jumlahnya.

Di hadapan Rena yang berdiri lelah adalah seorang gadis kecil yang tengah asik membuat ramuan. Gadis itu memiliki rambut panjang berwarna hijau yang terurai begitu saja sampai pinggang. Kostum penyihir kehijauan menambah kesan unik terhadapnya, tetapi wujudnya tetaplah gadis kecil menggemaskan. Tinggi badan gadis cilik itu tidak lebih unggul dari pinggang Rena yang ramping.

Gadis kecil itu memperlihatkan iris matanya yang berwarna hijau cerah, menatap sinis Rena tatkala dia datang ke ruangannya tanpa sopan santun yang seharusnya. "Ada urusan apa, ya?"

"A-ah ... aku hanya mau menyapa dan beramah tamah. Kabarmu baik, Ursami?" Menggaruk kepala akibat canggung tak tertahankan, Rena tetap bertahan meski suasana berat menerpa dirinya. Tatapan gadis cilik di depannya entah kenapa sangat mengintimidasi bahkan sampai menekan mental.

"Keadaan kami baik-baik saja sampai kau datang ke ruangan ini, kurasa. Jika tidak ada urusan penting maka kau sebaiknya pergi saja, ya. Ursami [1] punya banyak pesanan potion [2] dan harus diselesaikan hari ini juga, faktanya."

"Ja-jangan dingin begitu, dong ... kau seperti biasanya selalu giat dalam membuat potion, ya? Hebat sekali."

"Pujian itu sama sekali tidak bernilai jika terdapat niat terselubung di dalamnya, kurasa. Cepat katakan tujuanmu atau Ursami akan meminta Kakak untuk mengusirmu, ya."

"Duh, kau ini pemaksa banget, deh. Baiklah, aku akan katakan tujuanku." Rena bicara penuh antusias dan memvisualisasikan dirinya dengan jari telunjuk. Dia kemudian menyambung, "Bisakah kau membuat ramuan pemikat laki-laki untukku?"

"Ramuan pemikat? Untuk seseorang yang sudah bersuami seperti dirimu? Bicaramu sepertinya sangat kacau, kurasa. Kepalamu baru saja terbentur?"

Sibuk meracik ramuan dengan larutan ini dan larutan itu, tetapi Ursami tetap menanggapi Rena meski ketus. Gadis mungil itu bolak-balik dari meja yang satu ke meja yang lain, dengan lihainya membuat ramuan potion untuk memenuhi pesanan kerajaan.

"Jangan salah paham dulu. Aku butuh ramuan pemikat untuk memikat suamiku sendiri. Memangnya itu salah?"

"Haah? Istri macam apa yang tidak memiliki kemampuan untuk memikat hati suaminya? Kau mungkin saja telah gagal sebagai seorang istri, atau bahkan telah gagal sebagai seorang wanita, kurasa. Selain itu, terlepas dari memikat atau dipikat, usiamu dan usia Arthur baru 18 tahun! Terlalu cepat untuk melakukan hal-hal yang seperti itu, kurasa."

"Heeee, meski kau kelihatannya seperti gadis kecil, pikiranmu yang mengerti ucapanku sangat bertolak belakang. Berapa usiamu sebenarnya?"

"Tiga hal yang terlarang untuk ditanyakan adalah keyakinan, pekerjaan, dan usia. Kau menanyakan itu pada Ursami? Kau sudah tidak sayang nyawa, kurasa."

"Maaf, deh, maaf. Kesampingkan soal itu, bagaimana dengan ramuan pemikat yang aku minta?"

"Ditolak. Bahkan meski kau sudah cukup umur, memikat hati laki-laki dengan cara curang sangatlah tidak bermoral. Ursami tidak akan membiarkan hal-hal seperti itu terjadi di kediaman ini, kurasa."

[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang