"Sejujurnya ...., ini sangat membingungkan ketika Ursama harus membawa kalian ke tempat yang jauuuh dengan sihir teleportasiii. Meskipun Pelayan Setengah Binatang bisa melacak keberadaan gadis itu dengan bantuan Roh Kuasi ..., meskipun lokasinya sudah bisa dipastikan berkat bantuan Roh Kuasi ..., apakah kalian yakiiin dan mampu untuk menangani situasi di sanaaa?"
"Untuk itulah saya ikut bersama Aisha," ujar Lalatina pasang badan, menawarkan keikutsertaan dirinya sebagai kekuatan tempur yang bisa diandalkan.
Termasuk dengan Aisha, gadis setengah binatang itu juga turut memproklamirkan dirinya yang bersedia maju. "Diri-kyu ini juga lumayan kuat! Jangan remehkan seorang Pengguna Roh [1]," ujarnya bersemangat sambil memasang kedua tangan di tepi pinggang.
"Yang Kakak maksud sebenarnya bukan hal itu, kurasa. Kalian akan melawan Kultus Liberal, atau mungkin lebih buruk dari itu, faktanya. Apakah kalian sendiri tidak keberatan dengan itu?" ketus Ursami menimpali mereka bertiga, terlihat dingin dan sinis seperti biasanya. "Kalian mungkin akan mati, kurasa."
"Kali ini berbeda." Mengatakan itu, gadis pelayan berambut perak nampak bersemangat sampai matanya terlihat menyala-nyala. Lalatina kemudian menyambung, "Kali ini, saya tidak akan setengah-setengah!"
"Yah ..., jika kalian sudah sampai seperti ituuu, maka Ursama juga tidak punya hak untuk menahan kaliaaan. Membawa kalian pergi ke sana dengan teleportasi adalah hal mudaaah, tetapi untuk jalan kembalinyaaa, kalian pikirkan sendiri, yaaa?"
_______________________________________"Lalatina! Aisha!"
Renata yang terkejut dengan spontan meneriakkan nama mereka. Dua gadis pelayan yang sama-sama berasal dari Wastu Santorini, mendatangi Renata dengan tekad siap untuk bertarung sampai mati.
"Walah ... rupa-rupanya kalian memang mampu mencapai tempat ini. Lantas setelah itu, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Moloneal tanpa sedikit pun beranjak bangun dari posisi duduknya. Dia sama sekali tidak bersikap waspada, ekspresinya malah menampilkan ketenangan mutlak dan tersenyum tipis seperti biasa.
"Nona Rena, siapa wanita berambut putih ini?" tanya Lalatina penasaran, sembari memasang kuda-kuda yang sempurna untuk pertarungan serius di ruang makan.
Renata dengan ragu-ragu menjawab, "Dia, di-dia, dia--"
"Kalian terlalu lama dalam bertindak, nih."
Segera setelah Moloneal mengatakan itu, langit-langit megah mendadak hancur karena serangan cakar raksasa. Apa yang terlihat dari atas sana adalah sosok raksasa dengan mata merah menyala-nyala.
"Kelihatannya, Michael sudah menyelesaikan tugasnya dengan satu Iblis Dosa. Meski belum sempat dijinakkan, setidaknya Iblis ini masih bisa kami uji coba," sambung Moloneal sambil beranjak bangun dari duduknya.
"I-Iblis ... Dosa?"
Di dalam mulut bertaring Iblis raksasa adalah sosok laki-laki lusuh yang perutnya tertusuk gigi sampai mati. Iblis itu kemudian memuntahkannya sampai jasad si laki-laki lusuh terlempar menyedihkan ke depan Renata. Tergeletak, dalam keadaan isi perutnya yang tak lagi utuh, laki-laki lusuh itu terlelap payah di mana nyawa sudah tak lagi melekat padanya.
"O-orang ini ...."
"Benar sekali. Dia adalah Michael, laki-laki yang katanya mengambil darahmu untuk membangkitkan Iblis Dosa. Sayang sekali karena dia sudah mati, sepertinya bawahanku harus mencari orang lain yang dapat menjalankan markas penelitian," jelas Moloneal santai sambil berjalan ke ujung ruangan, menuju ke lubang hitam yang sepertinya adalah portal teleportasi.
"Tidak akan kyu-biarkan kau kabur!" teriak Aisha keras-keras, gadis itu segera berlari kencang layaknya harimau betina yang ingin menerkam mangsa. Namun, lubang hitam lainnya mendadak muncul dan mengembalikan Aisha pada posisi awal. Itu adalah pengaruh dari sihir teleportasi yang membuat Aisha tidak mampu mendekati Moloneal meski jarak mereka sebenarnya cukup dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan Hidup
FantasíaAku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan Hidup [ARTHURA] Ini adalah kisah tentang Renata yang diberkati dengan pengulangan setelah kematiannya di usia 30 tahun. Renata menyadari bahwa satu keping puzzle telah hilang di kehidupannya y...