Bab 24: Iblis yang Memanggil Sosok Ibu

105 10 0
                                    

Di tengah gurun ketika malam menaungi dirinya, Renata membuat pertaruhan besar pada situasi yang mengancamnya. Benar untuk dikatakan bahwa gadis itu belum pernah bertaruh sampai seberani ini sebelumnya.

Di depan Renata yang sedang menunggu momen adalah sosok gadis pelayan berambut perak. Melompat dengan lincahnya, hampir mendekati terbang dengan keperkasaan si gadis ketika melompat. Dia tidak henti-hentinya merapal, "Uru Clarista!" Memotong tangan demi tangan yang dipenuhi cakar mengerikan milik Iblis Dosa yang menggila.

Sementara Lalatina sedang sibuk mengulur waktu, Renata dan Aisha masih sibuk dengan diskusi mereka.

"Sekarang, siapkah Nona untuk bertaruh? Aku ingin segera menyelesaikan ini dan kembali pada Tuan-Kyu," ucap seorang gadis bertelinga kucing yang saat ini sedang berdiri di samping Renata.

Menanggapinya, Renata dengan yakin menjawab, "Kurasa aku memang terlahir untuk melakukan hal semacam ini."

"Jangan ragu, ya? Diri-kyu dan Lalatina akan selalu menjaga Nona dari belakang."

"Benar. Jagalah aku meski kalian harus mati demi melakukannya!"

Dengan itu, mereka berdua mulai berlari sekuat tenaga. Berlari ke arah depan, menuju sosok iblis raksasa untuk segera ditaklukkan.

Kecepatan Aisha dalam wujud setengah binatang memang tidak bisa dibandingkan dengan Renata. Gadis itu langsung berlari, mencakar, dan memotong setiap tangan yang datang dari depan untuk menerjang. Dia membukakan jalan agar Renata dapat dengan aman mendekati Iblis Dosa.

Dari belakang, mendekat belasan tangan penuh cakar yang menggeliat lincah. Semua tangan itu mengejar Renata dengan kecepatan yang berbahaya. Namun, sosok yang mengawasinya tidaklah luput dalam memberi perlindungan.

"Ere Clarista!"

Belasan tangan di belakangnya terpotong-potong, berhenti mengejar sehingga Renata bisa lanjut berlari dengan aman. Dia yang barusan merapal adalah Lalatina, menyerang tangan Iblis dengan sihir anginnya yang destruktif. Makin jauh Renata berlari dan tangan-tangan Iblis mulai memenuhi jalurnya. Baik itu kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang, semua tangan Iblis Dosa menyerang Renata dari berbagai arah.

Dua pelayan yang mengiringinya tidak henti-henti merapal, menyerang, dan melindungi sosok yang tengah membuat pertaruhan. Dalam jarak tertentu ketika Renata merasakan momennya, Aisha segera mendekat dan mengeksekusi rencana awal.

Digenggamnya tangan Renata, kemudian Aisha memutar tubuhnya dan melepas Renata dengan tenaga penuh. Tindakan itu membuat Renata terlempar, jauh menuju atas sampai dirinya tiba di atas kepala Iblis Dosa.

Sementara dari bawah, Aisha kepada Lalatina berteriak. "Lalatina! Potong kakinya dan buat dia telentang!"

"Sebenarnya apa yang ingin kalian lakuka--"

"Lakukan saja apa yang kuminta!" balas Aisha berteriak, mengabaikan Lalatina yang bertanya karena kebingungan.

Atas permintaan Aisha yang dikira mendesak, Lalatina tidak punya pilihan lain kecuali menurutinya. "Ara Clarista," ujarnya merapal, membuat kedua kaki Iblis Dosa menjadi putus secara spontan.

Sedikit dorongan dari depan membuat Iblis raksasa itu terjatuh ke arah belakang. Berakhir telentang sementara Renata berusaha keras menjaga keseimbangan. Jatuhnya Iblis raksasa membuat Renata memegang daging Iblis itu kuat-kuat, mempertahankan tubuhnya agar tidak sampai terpental atau terjatuh dengan tragisnya.

Dalam waktu yang singkat itu, ketika Iblis Dosa belum sempat meregenerasi kakinya, Renata bangun dan melepas pegangannya. Mengeluarkan satu dari twin blade yang Aisha pinjamkan, memposisikan tangannya serta belati tajam di atas mulut raksasa Iblis Dosa.

Taringnya menguning sementara tenggorokannya beruap, pemandangan mulut sang iblis benar-benar pemandangan yang mengerikan atau mungkin menjijikkan. Renata sampai merasa ngeri ketika melihat wujud mahluk ini dari dekat. Namun, tidak ada waktu untuk merasa ragu. Gadis itu segera menyayat tangannya dalam-dalam, memaksa Iblis raksasa untuk meminum darahnya ketika menganga.

Tidak ada kepastian tentang reaksi macam apa yang akan dihasilkan. Setelah semua pengorbanannya, setelah usaha Renata untuk melukai tangannya, Renata masih belum tahu apakah rencana ini akan berhasil atau tidak.

Namun, hal seperti itulah yang membuat peristiwa ini sangat cocok dikatakan sebagai pertaruhan. Tatkala Iblis itu sudah meminum darah Renata cukup banyak, terjadi getaran hebat pada tubuhnya yang berwujud raksasa.

"Sekarang, reaksi macam apa yang akan kau hasilkan?" Tanggapan angkuh Renata atas reaksi si Iblis yang tidak diduga.

Renata dengan sembrono mengabaikan situasi, tidak mengerti jika puluhan tangan penuh cakar mulai menggeliat dengan gila dari bawah sana. Tanahnya bergetar, bumi pun menjadi gempa. Getaran yang dihasilkan Iblis Dosa sangatlah kuat sampai retakan pasir terlihat timbul di bawah tubuh raksasanya. Lalatina pun melompat tinggi, mengangkat Renata seperti masa lalu ketika dia membopongnya lari.

"Terlalu berbahaya untuk berada di dekatnya!" kata Lalatina.

Renata yang sedang dibopong itu kemudian bertanya, "A-apa yang sekiranya akan terjadi?"

"Entahlah. Kita perhatikan saja."

Di belakang sana, terlihat puluhan tangan raksasa menggeliat lincah. Memamerkan cakarnya yang tajam dan berbahaya, menghancurkan apa pun di sekitarnya tanpa pilah-pilah. Beberapa tangan mulai memelesat ke arah Renata. Namun, Lalatina hanya harus memotong tangan-tangan kotor itu seperti biasanya. "Uru Clarista!" Sihir angin miliknya sangatlah efektif untuk memotong daging jenis apa saja.

Tidak berhenti, puluhan tangan si Iblis semakin menggeliat membabi buta. Memporak-porandakan tanah berpasir, menghancurkan apa saja yang berada di sekitarnya. Andaikata Iblis ini mengamuk di tengah kerajaan, maka hancurnya kerajaan itu sudah dapat dipastikan. Untung saja lokasi pertarungan mereka berada di gurun pasir tak berpenghuni. Tidak ada kekhawatiran tentang penduduk setempat atau bangunan yang berpotensi rusak.

Beberapa saat setelah amukannya yang membabi buta, Iblis Dosa di hadapan mereka diselimuti cahaya putih yang bersinar terang. Perlahan bercahaya, menerangi sekitar layaknya matahari yang hendak terbit dari tempatnya. Cahaya putih itu benar-benar terang, Renata yang silau sampai menutupi mata dengan telapaknya.

Tangan-tangan raksasa yang menghancurkan sekitar mulai memendek, semakin mengecil sampai akhirnya menghilang ke ujung sana. Pun dengan tubuh raksasa si Iblis yang juga kian mengecil dan semua kejadian ini terlihat jelas di mata Renata yang menyipit.

Saat wujud kecilnya yang diselimuti cahaya mulai terlihat, muncul sosok mungil yang tertidur tak sadarkan diri di tengah sana. Keraguan akan bahaya atau rasa aman membuat Renata enggan mendekati sosok si Iblis yang terlihat lemah.

Namun, kalimat Aisha di sampingnya memberi keyakinan. "Diri-kyu tidak merasakan adanya bahaya dari sosok itu."

"Mu-mungkinkah, kalau Nona berhasil menjinakkan salah satu Iblis Dosa?" kata Lalatina menimpali situasinya.

"Cepat maju dan periksa keadaannya," lanjut Aisha sambil mendorong punggung Renata agar maju.

Renata, dengan langkahnya yang ragu, dia mendekati sosok lemah itu. Melewati tanah berpasir yang sudah berantakan, tak lagi berbentuk datar seperti sebelumnya. Semakin maju dan kian mendekat, sosok mungilnya yang terbaring lemah mulai terlihat jelas.

Berbentuk seperti gumpalan daging yang tak berbulu. Memiliki sisik layaknya hewan reptil yang pernah Renata lihat. Di punggung makhluk kecil itu adalah beberapa tangan dengan cakar. Wujudnya yang lemah tak lebih unggul dari betis Renata kalau soal ukuran. Tak lama setelah Renata menyaksikan wujudnya, sosok mungil itu membuka mata.

"Mama?" Dia langsung mengucapkan sesuatu kepada Renata yang tak mengerti apa pun. Sementara ketiga gadis itu dibuat bingung karena keadaannya, sosok mungil yang baru bangun itu sekali lagi bertanya. "Mama?"

Iblis yang Memanggil Sosok Ibu

[R18] 🔞 Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang