40. Hilang

48 5 12
                                    

___________________

___________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________

Sore ini Zaki tengah mengelap bersih motor kesayangannya. Ia sibuk dengan memutar musik seraya bernyanyi pelan.

"Dan angin membawakan jawabannya, karena detak jantung dan nadi ku akan selalu..."

"Merindukanmu..."

Deringan handphone membuyarkan semuanya. Lagu yang Zaki putar terhenti. Ia kemudian meletakkan lap di atas motor dan segera menjawab telepon seseorang.

"Ki!"

"Apa? Panik banget kayaknya."

"K-ketua meninggal."

"Innalilahi. Yang bener Fer!"

"Ck. Datang aja sekarang ke Rumah Sakit Kasih Bunda."

"O-oke, gue otw."

Sambungan telepon seketika terputus. Baru saja Zaki memiliki niat untuk menjenguknya nanti malam, dan mungkin ini yang pertama dan terakhir kalinya Zaki bertemu. Dengan secepat kilat dirinya membuka garasi, menyalakan motor, dan segera pergi dari sana.

"MANG TOLONG TUTUPIN GARASI!" Titahnya pada satpam saat melewati pos satpam.

Zaki semakin menaikkan kecepatannya. Ia tahu cerita tentang persahabatan antara Elang dan Gabriel-sang ketua. Entah bagaimana perasaan Elang jika tahu semua tentang ini. Kedekatan Elang dan Gabriel tak diragukan lagi, seperti adik dan kakak.

Pikirannya terus beradu, ia merasa bersalah karena tidak secepatnya untuk menjenguk Gabriel. Bang, Gabriel dipanggil Allah katanya dalam hati.

Kini dirinya sudah sampai di Rumah Sakit Kasih Bunda. Sesegera mungkin mencari ruangan yang sudah dikirim oleh Ferry lewat chat. Dari luar ruangan sudah terlihat beberapa anggota Xion. Menangis, memukul-mukul dada, merasa sangat kehilangan.

"Ferry dimana?" Tanya Zaki.

"Di dalam" jawab seseorang.

Zaki membuka pintu ruangan, menampakkan Ferry yang tengah duduk di sofa, menyenderkan punggungnya, menatap ke atas, dan menangis. Zaki menghampirinya, sontak Ferry menengok dan segera memeluknya. Menangis terisak dalam pelukan Zaki.

Mengapa mereka bisa sehancur ini?...

"Maaf, gue belum sempet jenguk" ucap Zaki.

Ferry melepaskan pelukannya, "gak papa, bukan salah lo."

Dan tepat di depan matanya, Gabriel terbujur kaku dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Zaki berjalan ke arah jenazah Gabriel, membuka selimut yang menutupinya. Ia menatap lekat wajah Gabriel yang kini memucat. "Pulangnya yang tenang ketua. Urusan Elang biar gue aja" ujarnya, kemudian menutup kembali wajah Gabriel.

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang