8. Kasih Sayang?

115 21 11
                                    

___________________

___________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________


Pagi ini, lapangan sekolah dipenuhi oleh siswa siswi yang akan merayakan hari ulang tahunnya Ica. Acara ini di adakan setahun sekali, dan mungkin ini akan menjadi tahun yang terakhir. Karena tahun esok Ica tidak lagi bersekolah di sini.

Acara tersebut diawali dengan menyanyikan lagu happy birthday, serta meniup lilin. Ini memang terlihat kekanak-kanakan, tapi ini sebenarnya bukan kemauan Ica, ayahnya lah yang memaksa. Heri sangat menyayangi putrinya, tak heran jika ia terus memanjakannya.

Tak seperti biasanya, ketika hari ulang tahunnya dirayakan ia akan terlihat cemberut karena malu dengan tingkah laku ayahnya yang sangat sering memanjakannya. Kali ini tidak, Ica terlihat sangat excited untuk merayakannya, kemungkinan besar karena kartu ucapan kemarin.

Tidak sedikit para siswa yang memberikan kado, tapi tidak bagi Kania. Untuk apa ia memberikan Ica kado? Toh gak bakalan diterima juga, yang ada cuma dibuang gitu aja.

Akhirnya... Acara selesai! Saatnya Ica untuk pergi ke halaman belakang. Rasa sabar tidak dapat dibendung lagi. Namun aneh sebenarnya, jika saja Pandi akan menembak Ica kenapa tidak saat acara berlangsung saja? Atau mungkin Pandi memang pemalu hingga memintanya pergi ke halaman belakang? Itu sudah menjadi rahasia alam.

Saat sesampainya di halaman belakang, Ica tidak melihat seorang pun di sana. "Pandi,lo dimana?" mata Ica memencar mencari keberadaan Pandi. Kemudian secara tiba-tiba seseorang memeluk Ica dan menutup kedua bola matanya.

"Hm... Gue tebak, pasti lo Pandi kan? Mau ngomong apa?" ucap Ica dengan senyuman lebar yang terbit diwajahnya.

Di sisi lain...

"Woy buruan itu foto!" Nisa berbisik pada Kania.

"Iya iya, sabar!" Kania sibuk mengarahkan kamera dengan posisi terbaik, "nah dapet".

Nisa mendekat untuk melihat "berapa? Yang banyak Kan!"

"Iya Nisa! Bawel banget!"

"Kok gak dijawab?" Ica melepaskan tangan yang sedari tadi menutup kedua matanya, lalu berbalik ke arah belakang.

"Hai" sapa Wendy sembari melambaikan tangannya.

Bagai petir disiang bolong, perasaan Ica campur aduk saat itu juga. Kecewa berat dialaminya. "Ih! Kok elu sih bukan Pandi!" Ica menghentakkan satu kakinya.

"Kenapa? Hm?" tanya Wendy dengan nada dingin. Matanya lamat-lamat menatap Ica.

Ica memundurkan tubuhnya satu langkah kebelakang, "jangan deket deket gue, Jijik! Jangan pernah berharap bisa milikin gue!" ucapnya dengan memalingkan wajah.

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang