44. Bi Fatimah

39 7 2
                                    

"Aku menginginkanmu abadi. Namun, aku lupa jika manusia pasti akan pergi"

~ Kania Casandra Melani



Hari-hari berjalan seperti biasa, tapi sekarang luar biasa. Semuanya berkumpul di meja makan untuk sarapan. Keluarga itu tetap utuh, karena Leni lebih memilih kembali mualaf. Dan kini hubungan antara Kania dan Heri semakin dekat, walaupun tak jarang Ica menatapnya sinis.

"Bi Fatimah kemana?" Tanya Kania pada Heri.

"Bi Fatimah? Ayah gak tau" ia mengangkat bahunya.

Kania mengedarkan pandangannya, menatap ke sekeliling "biasanya suka ada."

Sesaat setelah Kania mengatakan hal tersebut, seorang pelayan datang dengan wajah cemas dan tentunya tergesa-gesa. "Maaf tuan, a-anu tuan."

Semuanya menengok, termasuk Leni dan Ica. "Anu apa?" Tanya Heri.

"Bi Fatimah jatuh, kepalanya berdarah."

Kania sontak membulatkan matanya, ia segera bangkit dari duduknya. "Dimana?! Jatuhnya dimana?!" Frekuensinya menaik.

"Ikut saya non" ujarnya, kemudian semua yang berada di sana mengikuti langkah demi langkah pelayan tadi hingga sampai di kamar mandi.

"Bi!" Kania segera memeluk Bi Fatimah.

"Bi jangan becanda Biiii, gak lucu!" Ia mengguncang-guncangkan tubuh lemah Bi Fatimah.

Heri menghampiri Kania yang tengah terduduk di atas lantai. Dirinya lalu mengecek denyut nadi Bi Fatimah, dan hasilnya tidak ada...

Heri menggeleng seraya menatap Kania "innalillahi wa innailaihi raji'un."

Air mata menetes begitu saja dari kedua matanya. Kania sesegera mungkin mengeratkan pelukannya, menangis sejadi-jadinya.

"Bi Fatimah jangan pulang dulu..." suaranya parau. "Temenin Kania di sini," dirinya terus menerus mengguncang tubuh Bi Fatimah.

"Yaelah pembantu doang ditangisin" ucap Ica sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Amarah Kania sudah tak terbendung lagi, ia segera berdiri dan melawan apa yang dikatakan Ica barusan, "CUMA PEMBANTU?! IYA?! LO ITU GAK TAU KALO CUMA BI FATIMAH SATU-SATUNYA YANG PELUK GUE KETIKA SEMUANYA HANCUR CA! KETIKA SEMUANYA NYAKITIN KANIA CUMA BI FATIMAH YANG ADA!..." Dadanya terasa sangat sesak.

Dan disaat itu juga Heri memeluknya dari arah belakang, "maafin ayah, ayah juga pasti berperan jadi orang yang paling nyakitin."

"SEMUANYA NYAKITIN!..." Kania memberontak, membuat Heri melepaskan pelukan tersebut.

Telunjuknya menunjuk ke arah dada "baru kali ini Kania ungkapin semuanya sama kalian! Dan kalian gak tau KALO KANIA PERNAH PENGEN MATI! KANIA PENGEN MATI GARA-GARA KALIAN!" Teriakan kencangnya memenuhi ruangan.

"Dan liat sekarang" Kania menunjuk jasad Bi Fatimah, "sumber pelukan tulus Kania udah pergi! Bahkan mama yang katanya gak akan tinggalin Kania, buktinya apa?! Apa?!"

"Alah, lebay lu" ujar Ica, kemudian pergi meninggalkan tempat. Dan Leni? Dirinya hanya bisa terdiam kaku dengan menatap kosong ke arah depan.

"Kalo dunia terus terusan bikin Kania sakit jemput aja Kania ya Allah! Jemput! Kania selama ini gak baik-baik aja..." Ia memukul-mukul dadanya dengan sangat kuat.

Semua yang Kania rasakan selama ini meledak pada waktu itu. Bahkan Leni yang tadinya terdiam kini meneteskan air matanya, menangis terisak.

"Jemput Kania... soalnya kalo pulang sendiri nanti Allah marah..." suaranya begitu lirih.

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang