46. Rusuh

56 9 9
                                    

____________________

____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________

Pagi hari ini Kania tengah berjalan menuruni tangga untuk menuju dapur, karena sarapan bersama akan dimulai, hal tersebut sudah menjadi rutinitas setiap harinya. Namun yang berbeda adalah adanya keributan, entah karena apa, Kania tidak mengetahui apapun. Yang jelas, salah satu pembantu dimarahi oleh Hendra dan Ica.

"M-maaf, waktu itu saya gak sengaja pecahin piala non pas mau bersihin kamar" ucapannya terbata-bata.

"Halah! Kalo emang gak sengaja kenapa gak ngaku aja?! Kenapa harus takut kalo emang gak salah?! Lo gak tau kalo itu piala kebanggaan gue sekaligus bunda!" Jari telunjuk Ica terus mengarah pada pembantu itu. Dirinya kemudian menyilangkan tangan di depan dada, "ayah, pecat aja dia, gak becus!"

Hendra menatap sinis pada pembantu tersebut "kalo itu maunya kakak, ayah pasti turutin."

"T-tapi tuan saya butuh uang, saya mohon jangan pecat saya" pelayan itu bertekuk lutut untuk memohon.

"Gak perlu mohon-mohon, pergi saja sana, atau perlu saya usir sama security?"

Sang pembantu nampaknya pasrah. Ia bangkit dengan pandangan yang menunduk, sebenarnya dirinya merasa bersalah, tapi untuk menghindari permasalahan ia lebih memilih tidak mengaku yang ternyata berakhir seperti ini. Untung saja cctv di depan kamar Ica merekam semuanya, jika tidak pelakunya tidak akan pernah ditemukan.

"Maaf tuan, saya pamit..." Dia pergi menuju kamar khusus pembantu, tentunya untuk mengemasi barang-barang.

Ica kemudian menyadari kedatangan Kania langsung membentaknya, mungkin karena emosi yang belum terkontrol "ngapain lo di sini?! Pergi!"

Kania merasa terkejut, "eehh i-iya maaf" dia lalu pergi meninggalkan tempat.

Hendra yang mendengar itu segera menegur Ica "kakak."

Ica tidak menggubrisnya, "ayahhhh pialanya udah rusaakkkk..." dirinya merengek seperti anak kecil.

Tanpa berlama-lama lagi Hendra memeluk anak kesayangannya tersebut "maaf ya ayah gak bisa ganti, kakak harus ikhlas..." Hendra mengelus lembut punggung Ica.

Ica menggeleng "enggak, kakak gak ikhlas ayaaahh."

Hendra melepas pelukannya, jari jemari miliknya menghapus jejak air mata Ica "sshuutt gak boleh gitu, di dunia ini gak ada yang abadi kak."

Mendengar penuturan kata yang halus dan sikap manis seorang Hendra, akhirnya Ica luluh, ia mengangguk pelan tanpa mengatakan apapun.

***

Kania sekarang sedang berkacak pinggang di dalam kamarnya, ia mengambil nafas jengah "gak sarapan, gitu?" Dirinya memutar bola mata malas.

Ting!

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang