42. Konsekuensi

47 7 0
                                    

_______________________

_______________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________________

Susana sekolah sangat ramai, tidak seperti biasanya. Hal itu bisa dimaklumi karena hari ini adalah hari pembagian rapor akhir semester satu. Tak terasa, hari kelulusan tinggal beberapa bulan lagi.

Sialnya Zaki baru saja semalam dimarahi habis-habisan oleh Hendra, dan hari ini adalah hari yang sangat menegangkan. Semoga saja nilainya tidak menurun. Ia harap nilainya bisa naik, minimal tetap. Jika tidak hal yang tidak diinginkan mungkin akan segera terjadi lagi.

"Pipi lo memar?" Nizar mendekatkan pandangannya pada pipi Zaki.

"Heh!" Zaki sedikit menepisnya. "Jangan deket-deket lu, bau."

"Parah lu Ki, mentang-mentang ganteng" Nizar berkacak pinggang.

"Itu ulah bokap lo?" Tanya Pandi.

"Hah? Kok tau?"

"Ya karena lo semalem balapan" jawab Pandi dan Nizar serempak.

Zaki terkekeh-kekeh, "ternyata gini rasanya jadi Abang gue."

"Jadi pengen ketemu Abang lo" celetuk Geri.

dahi Zaki berkerut "lah? Ngapain?"

Geri mengangkat bahunya singkat "pengen aja."

Sesaat kemudian beberapa orang keluar dari ruangan kelas karena telah menyelesaikan pembagian rapor akhir semester satu. Jantung Zaki sudah tak karuan, ia hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Bismillah ranking satu.

Hendra kemudian menghampiri Zaki yang tengah berdiri menunggunya bersama rekannya. Melihat kedatangan Hendra, sontak Geri, Nizar, dan Pandi menyapanya dengan ramah.

"Pagi om" mereka tersenyum ramah.

Hendra hanya membalas dengan senyuman kecil, kemudian mengalihkan pandangannya pada Zaki. "Kamu ranking dua," ia menyerahkan buku rapor itu dengan cara sedikit kasar.

Overthiking Zaki benar, nilainya turun. Hening yang dirasa, semuanya hanya diam. Dan sekarang, Hendra mengajak Zaki untuk segera pulang dengan cara memegang pergelangan tangannya.

Ya Allah... batin Zaki.

***

"Bi!" Kania dengan seluruh rasa gembiranya memanggil Bi Fatimah.

Dengan segera Bi Fatimah menghampirinya, "iya non apa?"

Kedua tangan Kania meraih tangan Bi Fatimah dan berjingkrak-jingkrak tak karuan. "Kania ranking satu bi! Ngalahin Zaki, hehe" mendengar hal tersebut Bi Fatimah menghadirkan senyumannya.

"Wahh selamat."

"Oh iya" Kania membuka lembaran rapot miliknya. "Liat deh, nilai matematika Kania gede banget" ujar Kania, Bi Fatimah hanya menggelengkan kepalanya tipis.

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang