49. Pengkhianat

51 7 3
                                    

_____________________

_____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________

Tak terasa, malam sudah tiba. Memang, semenjak siang hari hingga kini kegiatan sedang kosong. Namun, Kania masih merasa mood-nya menurun karena kejadian tadi.

Di balik gabutnya para siswa-siswi, ternyata para panitia pelaksana hari itu sangat amat sibuk. Kenapa? Mereka sibuk mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun yang bisa dibilang cukup besar. Dan setelah mungkin mereka beristirahat dua jam, kegiatan berikutnya akan dilaksanakan.

"Perhatian perhatian semuanya, tolong keluar tenda untuk acara api unggun!" Titah panitia.

Secara beramai-ramai seluruhnya keluar dari dalam tenda. Tidak seperti biasanya duduk melingkar, kini siswa-siswi yang berada di sana diperintahkan untuk berdiri. Tumpukan kayu kering terpampang jelas di hadapan mereka. Setelah itu, sang ketos maju mendekat ke arah tumpukan kayu dengan tangan kanan yang membawa secarik kertas.

"Malam semuanya!" Sapanya dengan wajah tersenyum.

"Malam!" Jawab semuanya.

Ia tersenyum hangat, "untuk yang pertama, saya ucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang mengikuti kegiatan ini sampai di malam terakhir, gak kerasa besok siang waktunya buat pulang. Semuanya pasti udah tau, perpisahan tinggal sebentar lagi. Jadi, kita buat malam ini menjadi malam yang paling membekas di hati kalian."

"Lihat ke langit" dirinya menunjuk langit, membuat semua yang ada di sana melihat ke atas. "Bintang, bulan, serta awan-awan yang mengambang secara lengkap menghadiri malam ini. Saya sendiri berharap setelah perpisahan tidak ada kata asing untuk kita semua, tetaplah bersama layaknya saudara."

"Gak akan pernah terhitung banyaknya canda tawa yang kita lewatin sama-sama. Dan kalian masih ingat dengan Rara? Dia satu-satunya teman kita yang pergi tanpa merasakan hangatnya malam ini."

Kania yang mendengarnya tersenyum gentir, lalu satu tetes air mata terjun ke pipinya. Sosok Rara, walaupun kekanak-kanakan, tapi Rara mampu membuat Kania merasa sangat amat kehilangan.

"Pasti banyak diantara kalian yang tau kalo people itu come and go. Entah pergi karena sebuah masalah, perpecahan, tanpa alasan, bahkan kematian. Jadi sebelum semuanya hilang satu persatu, yuk buat malam ini jadi malam terhangat dengan ditemani api unggun dan nyanyian lagu."

Satu panitia lainnya berjalan ke tengah-tengah untuk menyalakan api unggun. Secara perlahan api kian membesar, dan benar, suasana menjadi hangat.

"Yuk rangkul temen yang ada di dekat kamu. Sesekali jangan becanda terus, harus bisa serius."

"Lagunya pasti familiar nih di telinga kalian, judulnya selamat jalan." Setelahnya alunan musik mulai terdengar, volumenya diperbesar. Semuanya merangkul satu sama lain, suasana terasa tidak seperti biasanya. Hari itu, rasa haru menyambut ditengah-tengah mereka.

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang