52. Lara Menikam

67 6 3
                                    

____________________

____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________

Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di rumah sakit. Dengan setelan jaket berwarna hitam yang sama persis, mereka terburu-buru menaiki tangga untuk sampai di lantai dua.

Dan setelah sampai, keberadaan Nizar dan Geri terlihat jelas. Nakky dan Ferry, serta yang lainnya berlari mendekat untuk menanyakan dimana keberadaan Zaki.

"Zaki mana?" Tanya Nakky pada keduanya dengan wajah panik. Mereka tidak menjawab, hanya Geri yang menunjuk dengan ujung dagunya ke arah ruangan.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, dirinya langsung membuka pintu. Dari sana ia melihat Hendra dan Nina, namun keberadaan keduanya seolah-olah tidak dihiraukan. Begitu juga dengan Hendra dan Nina, keduanya hanya bisa menatap mereka yang memasuki ruangan tanpa adanya larangan apapun.

Setelah sampai, tepat di samping ranjang, Nakky membuka kain yang menutup seluruh permukaan wajah Zaki. Dunia terasa hampa, ternyata pertemuannya sesingkat ini.

"Lo beneran pergi Ki? Padahal besok ada majelis" Nakky masih belum percaya. Dadanya sesak, kemudian pandangannya terangkat berusaha untuk tidak menangis.

"Lo tau Ki? Gue udah putusin pacar gue dengan susah payah biar bisa berubah. Dan sekarang lo pergi dengan seenaknya?" Ujar Ferry dengan setetes air dari kelopak matanya.

Lalu seseorang mendekat ke jenazah Zaki "lo bilang hidayah lebih mahal dari H2, ternyata kehilangan lo lebih mahal dari segalanya..."

Geri dan Nizar yang tadinya berada di luar, kini ikut serta masuk ke dalam ruangan. Setelahnya Nizar menepuk pundak Ferry dari arah belakang, "Vino sama Pandi pelakunya."

Ferry menoleh "Vino?! Pandi?!" Alisnya berkerut. Seluruhnya yang berada di sana terdiam, begitu juga dengan Hendra dan Nina yang mendengar pernyataan tadi.

Nizar mengangguk kecil "Zaki sendiri yang ngomong."

Lalu, ia mengeluarkan handphone dari saku kanan celananya. Dirinya memencet rekaman suara yang dinamakan 'untuk Xion'.

"Assalamualaikum, Xion. Maaf kalo gue harus pergi hari ini, dan makasih buat semuanya yang udah kalian kasih ke gue. Kenang gue dalam peranan yang baik dalam hidup kalian, hehe. Maaf juga kalo malam itu gue pernah bikin kalian kecewa."

"Makasih banyak udah mau kasih kesempatan bahagia buat abang gue ketika hidup lagi kerasa perih perihnya. Pesan gue, jangan pernah ninggalin sholat, sekalipun kalian pernah ngelakuin hal yang bejad. Allah maha pengampun kok guys hahahah... udah ah, assalamu'alaikum" tawa renyahnya membuat siapapun yang mendengar akan menangis.

"Kenapa harus pergi sih?!" Nakky terus menerus memukul dadanya.

"Xion butuh lo buat bisa terus berubah Ki!" Ujar Ferry dengan tangan yang mengepal kuat serta dada yang naik turun.

Kanza : Kania X Zaki [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang