Beberapa Tahun yang lalu\\
"Sayang, aku pulang."
Alyzaa yang awalnya tengah sibuk memasak di dapur pun melongokkan kepalanya saat mendengar suara seseorang dari belakangnya. Dan senyumnya terbit saat melihat ada siapa, suaminya, Rangga Aksara Wigara. Pria yang sudah dia kenal hampir empat tahun lamanya. Mereka menikah sekitar tiga tahun yang lalu, dan satu tahun berpacaran sebelum memutuskan untuk menikah.
Selama mengenal pria yang berstatus suaminya, Alyzaa tidak pernah sekalipun mendapati kekurangan pria itu. Seorang Rangga Aksara Wigara, atau suaminya itu adalah jenis pria yang nyaris sempurna.Tidak pernah marah, selalu mengalah dan yang penting adalah family man. Dia tampak begitu mencintai Alyzaa, itu jugalah yang membuat Alyzaa memutuskan untuk menerima pinangan pria yang kini menatapnya hangat.
"Hai," Sapanya untuk yang pertama kalnya, yang dibalas Alyzaa dengan gumaman seadanya.
Tapi senyum Alyzaa pun kian mengembang saat merasakan lengan kokoh memeluk pinggangnya. Mendekapnya erat dengan bibir tak berhenti mengecup lehernya.
Ada kekeh ringan saat ia menegur pria itu untuk menjauhkan tubuhnya karna Alyzaa tengah sibuk memasak.
"Rangga!" Tegur Alyzaa penuh peringatan.
"Ya, sayang?"
"Awas!"
Ada gelengan yang Alyzaa terima sebelum Rangga menjawab mesra.
"Ya udah lanjut aja masak, aku gak ganggu kok, sayang.''Alyzaa memutar bola mataya malas mendengar ucapan pria yang kini memeluk tubuhnya. Tak urung dia tetap pasrah mesti dengan hati setangah dongkol.Tak urung bibirnya tak berhenti tersenyum saat pria di belakangnya kian memeluk dirinya mesra.
Selama pernikahan mereka berjalan tiga tahun, sikap mesra Rangga sama sekali tidak berubah seperti dari awal menikah. Yah, meski selama itu mereka belum di karuniai anak namun tidak membuat Rangga berhenti bersikap mencintainya. Itu jugalah yang membuat Alyzaa menyebutnya lelaki sempurna. Pria itu, selalu tampak hangat dan mesra padanya. Yang kadang membuat Alyzaa bertanya-tanya, apakah dia akan terus bertahan di sampingnya meski Alyzaa tidak memberikannya keturunan. Karna setiap kali Alyzaa akan membahas perihal keturunan, Rangga dengan sabar menjelaskan.
"Tidak perlu teburu-buru, sayang. Kita masih punya banyak waktu untuk mendapatkan itu. Atau jika kamu tidak sabar untuk mendapatkannnya, kita bisa mengadopsi anak. Ada banyak anak di luar sana yang membutuhkan orang tua seperti kita."
"Tapi Rangga, aku pikir kita hanya perlu menemui dokter untuk memeriksa keadaan kita. Mungkin dengan begitu-''
"Sayang, dengar." Saat Rangga menggenggam tangan Alyzaa erat, menatapnya hangat. Alyzaa pada akhirnya diam dan menurut. "Kamu atau aku sehat. Sejak awal menikah kita bahkan sudah mendengar itu dari dokter, kan? Lalu apa lagi yang kamu takut, kan? Kita bahkan sudah berusaha sejauh ini. Dan, kalau pun tuhan belum mempercayakan itu, aku gak masalah. Bener-bener gak masalah."
"Iya, tapi-"
"Aku mencintai kamu. Dan selama kamu mau di sampingku selamanya, itu bahkan sudah lebih dari cukup."
Alyzaa menatap kedua manik mata Rangga lama. Menyelami kedua mata hitam pekat itu. Entah mengapa sejak mereka menikah, Alyzaa merasa tatapan itu lambat-lambat terasa hambar untuknya. Seperti ada sesuatu yang tidak dia mengerti.
"Sayang." Alyzaa mengerjab.
"Kamu melamun?"
"A-apa?"
"Lihat."
Alyzaa mengikuti arah pandangan Rangga dan dia meringis pelan saat menemukan apa yang ada di hadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***