"Ma, bisa tolong tinggalin Alyzaa?" Intan menatap putrinya keberatan. Bagaimana mungkin dia meninggalkan putrinya seorang diri di rumahnya?
"Za."
"Alyzaa cuman mau sendiri, Ma. Alyzaa gak papa."
"Kamu masih marah ya sama papa, mama soal nikah itu?"
Alyzaa menatap mamanya lama, baru kemudian memalingkan muka.
"Za, papa kamu gak bisa menolak, dia merasa bersalah atas apa yang menimpa sahabatnya. Dan Ares janji-"
"Alyzaa cuman mau sendiri, Ma. Mau istirahat. Mama pulang aja, ya? Alyzaa berasa capek banget soalnya."
"Kamu boleh istirahat di kamar, mama gak akan ganggu. Janji. Tapi mama jangan di suruh pulang, ya?"
"Ma."
"Nak, mama gak mungkin ninggalin kamu sendiri dalam kondisi begini."
"Alyzaa gak papa."
Intan tidak semerta-merta percaya dia menatap putrinya yang hanya diam di tempatnya.
"Alyzaa bener-bener pengen sendiri, Ma. Tolong tinggalin Alyzaa."
"Nak,"
"Alyzaa cuman butuh waktu buat menerima semua, Alyzaa janji gak akan melakukan hal-hal yang mama takutkan."
Tau jika putrinya keras kepala, Intan pada akhirnya menghela nafas pasrah. Tanda dia mengarah.
"Ya udah mama akan pulang." Intan maju satu langkah, memeluk Alyzaa erat-erat.
"Tapi setelah ini mama minta kamu untuk ikhlas, ya? Lepaskan Rangga agar dia bisa pergi dengan tenang."
Alyzaa tak menjawab dia hanya diam tak bergemiing di tempatnya. Menatap lurus dan kosong.
"Nak-"
"Mama boleh pulang sekarang.''
"Hubungi mama kalau kamu butuh sesuatu, ya?"
Alyzaa hanya mengangguk kaku, membuat Intan sebenarnya tak tega untuk meninggalkannya.
"Jam makan malam mama balik lagi ya, sayang, sama papa?"
"Alyzaa cuman pengen sendiri, Ma. Tolong."
"Ya udah, mama pulang sekarang.''
Sepeninggalanya Intan, Alyzaa hanya diam di tempatnya. Menatap lurus-lurus pada mobil mamanya yang pergi meninggalkan rumahnya. Sejenak dia merasa pernah mengalami semua ini. Dia sering berada di posisi ini, saat Rangga pergi bekerja. Dia sering menatap moobil pria itu dengan lambaian manis. Semua terasa berputar di kepala Alyzaa, memenuhi semua pikirannya hingga rasanya dia hampir gila.
"Sayang,"
Kepala Alyzaa berputar ke kanan dan ke kiri, tampak mencari-cari sesuatu. Hingga pandangannya jatuh pada satu sosok yang berdiri beberapa langkah darinya. Dia tersenyum seperti biasa, melambai dengan stelan kerjanya.
"Rangga..." Panggil Alyzaa buru-buru mendekat dengan tangan terulur hendak meraih tubuh pria itu. Tapi secepat kilat pria itu menghilang. Membuat langkah Alyzaa pun terhenti, menatap sekeliling, Alyzaa tergugu saat dia berdiri di sana, tidak ada siapa pun di sana kecuali diriinya. Yang artinya dia sedari tadi berhalusinasi.
Tak ingin berdiri berlama-lama di sana Alyzaa pun berbalik. Masuk kedalam rumahnya. Alyzaa baru menutup pintu, tubuhnya baru beberapa langkah menjauh dari pintu. Tapi ketukan pintu di belakangnya menghentikan niatnya untuk melangkah lebih jauh.
Sekali. Alyzaa hanya menatap lama pada pintu di depannya. Membuat dia ragu untuk membuka pintu itu. Karna dia yakin semua itu hanya halusinasinya. Semua tidak lah nyata. Kembali berbalik, langkah Alyzaa seketika terhenti saat mendengar ketukan pintu untuk yang kedua kalinya. Membuat dia buru-buru membuka pintu, dan melihat siapa yang berada di depanya membuat sekujur tubuh Alyzaa terasa mati rasa. Dia terdiam dengan tubuh kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***