***Sepanjang malam yang panjang, Alyzaa tidak bisa tidur dengan lelap. Berkali-kali dia terbangun, lalu menoleh ke arah samping. Yang ternyata kosong, dia tahu Ares sedang menjaga mertuanya di rumah sakit. Dan tidak mungkin pria itu pulang.
Namun, entah mengapa, perasaan Alyzaa merasa gelisah. Dia seakan merasa pria itu berada di sampingnya, memikirkannya, menatapnya, sampai dia menunggu waktu pagi datang tanpa bisa berhenti memikirkan pria itu. Berkali-kali melirik jam dinding dan berharap jam itu akan berputar cepat. Lalu pagi datang menjemput, membawa sinar mentarinya yang hangat.
Pukul enam pagi, Alyzaa sudah berada di balik meja pantry. Sibuk ke sana-kemari untuk menyiapkan sarapan paginya setelah hubungannya dengan Ares sudah baik-baik saja.
Senyum manis tak luntur dari bibirnya sejak dia membuka mata. Berkali-kali menatap jam dinding dan menunggu tak sabaran untuk kepulangan prianya.
Dengan sesekali bersenandung kecil, Alyzaa selesai menyiapkan segala menu sarapan sederhana hampir pukul setengah delapan, bertepatan dengan suara mobil dari luar terdengar. Suara yang dia yakini adalah mobil Ares. Yang artinya pria itu sudah kembali.
Segera membasuh tanganya, Alyzaa segera melangkah tergesa ke arah pintu. Hendak membukakan pintu untuk pria itu, namun langkahnya terhenti saat pria itu lebih dulu membuka pintu dari luar.
Dia sama bekunya. Sama mematungnya seperti dirinya.
Apalagi ketika kedua mata mereka bertemu. Saling tatap dan saling mengunci satu sama lain. Seakan saling menyelami kedua mata mereka dengan kedua mata mereka.
Diantara bakunya, Ares yang melangkah lebih dulu setelah menutup pintu dengan tubuh yang masih menatap Alyzaa.
Segera melangkah mendekat dan memanjangkan tangannya untuk meraup tubuh itu.
Ada dekap erat, pelukan hangat dan kecupan mesra bertubi-tubi yang pria itu berikan untuk wanita di dalam dekapannya. Yang Alyzaa terima dengan wajah bingung, meski begitu dia tetap tersenyum tipis.
"Kenapa? Semua baik-baik saja?" Tanya Alyzaa, seakan masih tak mengerti dengan apa yang dia terima.
Hanya berpisah satu malam tidak mungkin membuat pria itu sangat merindukannya, kan?
"Aku juga menyayangimu, Za. Aku juga sangat menyayangimu." Ujar pria itu diantara bibirnya yang mengecup pelipis Alyzaa.
Sejenak, Alyzaa tertegun. Terdiam dengan wajah kaku.
"Maaf, tolong maafkan aku."
Tersadar dari keterkejutannya, Alyzaa berusaha menjauhkan diri. Sedikit menjauh guna menatap wajah Ares. Tapi segala pergerakannya terhenti saat Ares menahan tubuhnya agar tetap berada di dalam pelukannya.
Menahan tekuk dan punggungnya agar tak menjauh.
"Res-"
"Aku seharusnya bertanya sejak awal. Aku mendengarkan semua alasanmu melakukan semua itu, bukannya marah seperti kemarin."
Alyzaa diam, tak lagi berusaha menjauhkan diri. Pasrah saat Ares kian memeluk tubuhnya erat.
"Maaf,"
Alyzaa hanya menghela nafas panjang, membalas pelukan Ares dan mengusap punggung pria itu lembut.
"Apa terjadi sesuatu saat di rumah sakit?" Tanya Alyzaa hati-hati. Dan dia mendapatkan jawabannya dengan pelukan Ares kian mengerat.
"Kenapa? Apa aku gak boleh tau?" Dengan hati-hati, Alyzaa mendongak. Menatap dagu pria yang kini memeluk erat tubuhnya tanpa bisa menatap wajah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***