11

7K 525 42
                                    

Sejak keluarnya Samudra Aresmana Wigara dari rumah pagi tadi, atau yang sering di sapa Ares ketika di luar rumah dan Samudra saat berada di rumah, itu pun hanya Alyzaa yang memanggilnya begitu-sejak setahun terakhir. Ares benar-benar sibuk.

Ada banyak hal yang harus dia urus juga kerjakan. Karna itu dia melewatkan jam makan siangnya- karna hari ini sekertaris yang biasa membantunya sedang mengambil cuti jadi tidak ada yang mengingatkannya di jam makan siang. Membuatnya kalap dan lupa pada asupan tubuhnya, beruntung pagi tadi dia tak melewatkan jam sarapan. Hingga pukul empat sore, perutnya baru terasa keroncongan, dia sangat kelaparan.

Duduk di balik mejanya, Ares sudah akan membereskan pekerjaannya saat merasa dia butuh makan sore ini. Setidaknya, sebelum dia kembali sibuk dengan pekerjaannya lagi.

Tapi segala kegiatannya terhenti begitu mendengar suara ketukan pintu, di susul seorang wanita masuk setelah mendengar seruannya masuk.

Gerakan tangan Ares seketika terhenti begitu melihat ada siapa yang kini muncul di hadapannya.

"Boleh saya masuk, pak Ares?"

Ares tak bergeming, dia terdiam di tempatnya, namun kepalanya tetap mengangguk, mempersilahkan wanita yang dia ketahui bernama Jesika Amelia. Mantan sekertaris kakaknya, sekaligus orang yang membuat Ares berada di sini saat ini.

Dulu, saat mendengar kecelakaan kakaknya, dia langsung meninggalkan seluruh perkerjaannya di Milan. Terbang ke ranah kelahirannya, setidaknya, meski dia tidak begitu dekat dengan kakaknya, tapi hubungan mereka juga tidak bisa di katakan buruk.

Mereka saudara kandung, belum lagi saat itu Ares tahu jika papanya, pria yang selalu menjadi panutannya, begitu menyayangi putranya.

Karna itulah dia memilih langsung meninggalkan segala pekerjaanya, selain dia khawatir dengan keadaan kakaknya, Ares juga khawatir dengan kondisi papanya. Di mana saat itu papanya sedang dalam masa pemulihan dari segala penyakit yang dia derita.

Benar saja, segala kekhawatiran Ares terjadi. Begitu dia tiba di rumah sakit, kakaknya yang saat itu mengalami kecelakaan dinyatakan meninggal di tempat, sedang papanya tidak lama dari itu langsung terkena serangan jantung.

Marah, kesal, syok dan juga murka, itulah yang Ares rasakan saat itu. Dia tidak menyangka akan mendengar hal yang begitu sangat mengerikan di dalam hidupnya, belum lagi mamanya yang saat itu langung tak sadarkan diri begitu mendengar papanya juga ikut menyusul putranya, membuat mamanya langsung dilanda stroke ringan dan tak sadarkan diri untuk beberapa waktu.

Ares yang saat itu menjadi satu-satunya orang yang tersisa di sana, karna mamanya harus ikut melakukan serangkaian pengobatan, membuat dia harus menyelidiki segalanya.

Hingga dia bertemu dengan Jesika, yang saat itu menjadi satu-satunya saksi sebelum terjadinya kecelakaan.

Selain Ares merasa tidak terima dengan penjelasan polisi, di mana mereka tidak bisa menemukan video dari kecelakaan itu, juga yang saat itu cctv di tempat sedang melakukan perbaikan, jadi semua mati. Sedang saksi di tempat sama sekali tidak membantu karna saat itu mereka mengatakan jika mobil yang dikendarai Rangga yang salah karna menabrak. Padahal jelas-jelas mobil saudaranya itu hancur di bagian samping, sedang mobil depannya dalam keadaan baik-baik saja. Membuat Ares tidak mudah percaya begitu saja.

Belum lagi saat itu mobil istrinya ikut hancur tidak jauh dari mobil Rangga. Yang membuat Ares bertanya-tanya, mengapa mereka bisa berada di mobil yang berbeda mengingat ibunya sering mengatakan jika kakak tertuanya itu begitu mencintai istrinya, hingga kadang dia rela menjadi supir pribadi wanita itu ke mana pun. Mungkin tidak ada yang salah jika saja Ares tidak kenal baik perangai kakaknya. Di mana dia adalah keturunan papanya, yang begitu mencintai istrinya, dan tidak akan membiarkan mamanya pergi sendiri tanpa supir ataupun papanya.

Turun Ranjang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang